Selasa, 06 Oktober 2009

PENGANTAR PERJANJIAN BARU 1

PENGANTAR PERJANJIAN BARU 1

Pdt. DR. John Virgil Milla, D.Th.

PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dan pembimbing Perjanjian Baru atau pengantar Perjanjian Baru, adalah bagian dalam ilmu Teologia Biblika yang baru dikenal secara umum pada abad ke 19. Sumbangsih ilmu ini sangat besar khususnya dalam penyediaan bahan-bahan penting yang dapat menolong kita menyelidiki dan menafsirkan Alkitab secara bertanggung jawab.
Pengantar Perjanjian Baru merupakan dasar untuk semua penelaahan Alkitab. Apabila seseorang mengharapkan akan mengerti suatu bagian atau suatu doktrin Alkitab, maka ia harus mengetahui apa yang diajarkan oleh Alkitab secara keseluruhan. Setiap kitab merupakan bagian dari keseluruhan itu, dan hanya dipahami sepenuhnya bila kitab itu dilihat dalam hubungan dengan seluruh aliran pernyataan ilahi yang mulai dengan kitab Kejadian dan berakhir dengan kitab Wahyu.
Figur – 1







Setiap orang dapat mengerti berita Perjanjian Baru dengan baik bila ia memahami sedikit mengenai dunia yang pertama-tama menerima berita itu. Latar belakang kesusasteraan, politik, sosial, ekonomi, dan agama dari abad yang pertama merupakan konteks bagi penyataan Allah di dalam Kristus. Istilah-istilah yang digunakan oleh para Rasul dan rekan mereka ketika mengajar telah diambil dari kehidupan sehari-hari pada zaman mereka dan tidak asing bagi khalayak ramai di jalan-jalan kota Alexadria, atau Roma. Sewaktu istilah-istilah itu menjadi jelas bagi pembaca pada zaman sekarang, maka beritanya semakin jelas juga.
Oleh karena itu untuk memahami Pengetahuan & Pembimbing atau Pengantar Perjanjian Baru 1 ada tiga topik besar yang harus dipelajari yakni: Latar Belakang Perjanjian Baru, Kanonisasi Perjanjian Baru, Masalah-masalah Dasar Kitab Injil & Kisah Para Rasul.
BAB I
LATAR BELAKANG PERJANJIAN BARU

Orang Kristen sering mendapati bahwa mengerti isi Alkitab tidaklah mudah, karena ada jurang pemisah yang cukup besar baik dalam hal waktu penulisan maupun dalam latar belakang dan budaya antara jaman PB dan pembaca sekarang. Oleh karena itu dengan mengetahui informasi yang cukup tentang segala sesuatu sekitar latar belakang penulis dan penulisannya, maka hal ini akan dapat membantu kita menjembatani jurang pemisah itu.

Figur – 2[1]
Bahasa
Budaya
Geografis
Sosial/
Ekonomi
Masa jemaat kini
Masa PL & BP
Pengkhotbah






Dengan demikian definisi secara umum dapat disimpulkan bahwa Pembimbing dan Pengetahuan atau Pengantar Perjanjian Baru adalah ilmu yang menyelidiki dan mempelajari latar belakang sejarah dan budaya sekitar jaman Perjanjian Baru, yakni jaman ketika Tuhan Yesus dan rasul-rasul masih hidup. Secara khusus akan dipelajari pula latar belakang penulisan kitab-kitab Perjanjian Baru, yakni tentang penulis, penerima, tahun dan tempat penulisan, dan hal-hal yang penting sehubungan dengan tema dan tujuan penulis menuliskan kitab-kitab PB.
Tujuan mempelajari Ilmu Pengetahuan dan Pembimbing atau Pengantar PB adalah untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang dunia PB dan penulisan kitab-kitab PB sehingga dapat memperkaya wawasan kita dalam memberikan interpretasi (penafsiran) yang tepat terhadap isi dan pengertian Firman Tuhan yang diinspirasikan dalam kitab-kitab PB.
Pembagian Ilmu Pengetahuan dan Pembimbing atau Pengantar PB, menurut M.E. Duyverman[2], dalam bukunya Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, membagi ilmu ini menjadi 2 bagian, yakni: (1) Ilmu Pembimbing Khusus yang memeriksa seluk beluk kitab-kitab PB satu persatu, dengan mengajukan serentetan pertanyaan-pertanyaan seperti: (a) Siapakah penulis kitab tsb.? (b) Kapankah dan di manakah kitab tsb. ditulis? (c) Kepada siapakah dan (d) dengan maksud apakah kitab tsb. ditulis? (2) Ilmu Pembimbing Umum yang memeriksa kitab-kitab Perjanjian Baru secara keseluruhan, termasuk didalamnya adalah Ilmu Salinan (textual criticism) dan Kanonisasi.
Jumlah kitab kanon Perjanjian Baru adalah 27 kitab dan biasanya digolongkan menjadi 3 bagian, yakni:¨(1) Kitab-kitab Sejarah: 4 Kitab-kitab Injil dan 1 Kisah Para Rasul. (2) Kitab Surat-surat: 13 Surat-surat Paulus dan 1 Surat Ibrani, dan 7 Surat-surat Am (Umum). (3) Kitab Eskatologi: Kitab Wahyu.
Ada tiga hal penting yang perlu dipelajari dari Latar Belakang Perjanjian Baru, yakni: Kehidupan di Palestina Masa Antar Perjanjian Baru, Aliran-aliran Keagamaan Dalam Yudaisme & Hari-hari Raya Yahudi.

A. Kehidupan di Palestina Masa Antar Perjanjian Baru
1. Kehidupan Politik
Masa peralihan adalah masa sesudah PL dan sebelum PB sering dikatakan sebagai masa-masa gelap karena Allah tidak mengirim nabi-nabiNya untuk berbicara kepada umat Israel. Namun demikian masa ini justru menjadi masa yang sangat penting karena sekalipun kelihatan-nya diam Allah bekerja dibalik sejarah umat manusia untuk mempersiapkan mereka menerima pelaksanaan rencana Agung-Nya. Masa "sesudah PL dan sebelum PB" ini disebut sebagai Masa Peralihan atau Jaman Intertestamental yang berlangsung kurang lebih 400 tahun. Dalam masa ini Allah memakai 3 bangsa yang mengambil peranan utama dalam mempersiapkan masa Perjanjian Baru.

Bangsa Ibrani
Bangsa Yunani
Bangsa Romawi
Tiga Bangsa
Yang Mengambil
Peranan UtamaFigur – 3






Dari catatan kitab-kitab Makabe dan tulisan-tulisan Yosefus, kita mengetahui fakta-fakta berikut ini: Bangsa Yahudi/Ibrani: Bangsa pilihan Allah ini tidak selalu berhasil dalam mentaati dan mengemban tugasnya sebagai umat pilihan Allah, sehingga Allah sering harus menghukum mereka dengan membuang mereka menjadi tawanan bangsa-bangsa lain. Namun justru dengan cara itu Allah menggunakannya untuk maksud baik-Nya. Pada waktu bangsa Israel dibuang ke tanah Babilonia, mereka tercerai berai ke seluruh dunia. Ketika bangsa ini hidup di tengah-tengah bangsa kafir yang tidak mengenal Tuhan, bangsa Israel disadarkan akan pentingnya mempertahankan iman, menyembah Allah yang monotheisme dan mentaati Hukum Taurat. Melalui bangsa inilah Allah menyediakan jalan yang sangat baik untuk memelihara kelangsungan sejarah keselamatan yang dijanjikan-Nya bagi umat manusia.
Allah juga memakai Bangsa Yunani melalui Aleksander memberikan sumbangan yang besar dalam mempersatukan seluruh dunia dalam satu bahasa, yakni bahasa Yunani. Hal ini memberikan pengaruh yang besar, karena bahasa Yunani akhirnya dipakai menjadi bahasa internasional pada masa itu. Ini memberikan keuntungan yang sangat besar karena bahasa Yunani adalah bahasa berpikir, bahasa yang sangat dibutuhkan oleh penulis-penulis kitab-kitab PB dalam mengungkapkan istilah-istilah teologia dengan benar dan akurat. Akan tetapi, penguasa Romawi yang menduduki tanah Israel (Palestina) menciptakan suasana yang relatif damai sehingga pembangunan jalan-jalan dan keamanan menjadi prioritas negara. Keadaan ini sangat diperlukan dalam mempersiapkan kedatangan Kristus dan juga ketika Injil disebarkan. Selain itu ada banyak kontribusi yang diberikan oleh orang-orang Romawi, baik dalam bidang hukum maupun filsafat yang sangat berguna bagi persiapan penulisan kitab-kitab PB.
Sebenarnya latar belakang politik dalam dunia Perjanjian Baru adalah kekaisaran Romawi. Merrill C. Tenney[3] dalam bukunya Survei Perjanjian Baru telah memberikan uraian terperinci tentang hal ini. Negara Romawi berdiri tahun 753 SM, yang sebelumnya hanya terdiri dari beberapa kelompok masyarakat di beberapa desa yang akhirnya merebut banyak kota dan menjadi kerajaan yang besar tahun 265 SM. Ada enam kaisar Romawi yang memerintah pada masa Perjanjian Baru:
(1) Agustus (27 sM - 14 M). Ketika Tuhan Yesus lahir, pemerintahan sedang dipegang oleh Kaisar Agustus. Dialah yang memerintahkan sensus penduduk di Palestina.
(2) Tiberius (14-37 M). Ia memerintah semasa Tuhan Yesus dewasa – mati.
(3) Caligula (37-41 M). Kaisar yang menganggap dirinya dewa untuk disembah. Banyak orang Kristen mula-mula yang mati karena melawan perintah untuk menyembah kepada kaisar.
(4) Nero (54-68 M). Kaisar yang kejam dan semena-mena menganiaya orang Kristen. Paulus dan Petrus mati syahid pada masa pemerintahannya.
(5) Vespasian (69-79 M). Pada masa pemerintahannya kota Yerusalem dihancurkan, termasuk bangunan Bait Allah.
(6) Domitianus (81-96 M). Melakukan penindasan yang sangat kejam terhadap orang-orang Kristen. Memerintah pada masa tua Rasul Yohanes.
Palestina menjadi salah satu negara jajahan Kerajaan Romawi diperkirakan sejak tahun 63 sM. Kisah dalam PB diawali dari masa pemerintahan Herodes (37sM - 4M) yang ditunjuk oleh pemerintah Romawi sebagai raja Yahudi. Sebutan propinsi diberikan kepada daerah-daerah baru yang ditaklukkan Romawi. Untuk propinsi yang relatif damai dan setia pada Roma, pemerintahan dipimpin oleh seorang gubernur. Sedangkan wilayah yang rawan dipimpin oleh seorang wali negeri (Kisah Para Rasul 13:7; 18:12; Matius 27:11). Daerah-daerah jajahan (propinsi) ini biasanya mendapat kebebasan (otonomi) untuk berdiri sendiri. Kebebasan agama pun juga diberikan kepada mereka (religio licita). Penarikan pajak juga diserahkan kepada pemerintahan setempat, tetapi di bawah pengawasan Roma.
2. Kehidupan Sosial
Di kalangan masyarakat Yahudi, para alim ulama adalah kelompok ningrat yang kaya karena merekalah yang menguasai perdagangan dan pajak di bait suci. Sedangkan kelompok mayoritas penduduk biasanya miskin. Mata pencaharian mereka antara lain, petani, peternak, nelayan dan wiraswastawan kecil lainnya. Dalam masyarakat non-Yahudi, ada pembagian kelas masyarakat sbb.: kaum ningrat, kelas menengah, rakyat jelata, kaum budak dan penjahat.

Figur – 4
Kaum
Ningrat
Kelas
Menengah
Rakyat
Jelata
Budak
&
Penjahat
Non
Yahudi







3. Kehidupan Ekonomi
Keadaan tanah daerah sekitar Laut Tengah masa itu cukup subur sehingga hasil pertanian menjadi sumber hasil utama. Industri belum berkembang, hanya untuk menghasilkan kebutuhan sehari-hari, misalnya bejana, kain linen, hasil keramik barang rumah tangga. Barang-barang mahal adalah hasil import negara lain.

Figur – 5





3.1 Mata uang logam yang berlaku saat itu adalah denarius (dinar), dan uang emas aureus (pound). Satu dinar adalah upah pekerja untuk satu hari kerja (Matius 20:2). Tetapi karena pemerintahan propinsi diijinkan mencetak uang sendiri, maka tidak heran kalau banyak beredar mata-mata uang yang berbeda (Matius 21:12). Usaha pinjam meminjam uang juga sangat populer saat itu.
3.2 Arus perjalanan sangat lancar jaman itu, karena adanya sistem jalan raya yang sangat baik. Sistem jalan raya ini menghubungkan kota Roma dengan daerah-daerah jajahan yang terbentang luas.
3.3 Arus perdagangan dari dan ke luar negeri dilakukan lewat laut. Pelabuhan Aleksandria adalah salah satu pelabuhan terpenting. Banyak kapal-kapal besar berlayar dari sini. Hasil perdagangan yang banyak didatangkan adalah biji-bijian.

4. Kehidupan Kesusasteraan
Di bawah pemerintahan kaisar Augustus, kesusasteraan Romawi dibangkitkan lagi. Tulisan-tulisan mereka berupa drama-drama dan cerita-cerita mitos Yunani tentang:

Figur – 6
Ilmu Pengetahuan
Bahasa
Kehidupan Kesusasteraan
Hiburan
Sistem Pendidikanan







4.1 Ilmu pengetahuan sudah dikenal ilmu alam sederhana, ilmu pengobatan umum, ilmu bahasa dan pidato. Seni dan ilmu arsitektur adalah yang paling maju pesat. Banyak dibangun jembatan, saluran air, gedung-gedung kesenian dan patung-patung. Ilmu perbintangan banyak dinikmati masyarakat.
4.2 Hiburan banyak dipertunjukkan pertunjukkan-pertunjukkan musik untuk menghibur kaum jelata. (tambur, kecapi, seruling dan harpa). Sedangkan hiburan untuk kaum ningrat (kaya) adalah pertarungan berdarah antara manusia dan hewan (gladiator) di arena-arena pertunjukkan.
4.3 Bahasa yang dipakai bermacam-macam: Latin, Yunani, Aramaik dan Yahudi (Ibrani), masing-masing bahasa mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan untuk tujuan yang berbeda.
4.4 Sistem pendidikan sudah lama dikenal, baik dikalangan masyarakat Yahudi ataupun non-Yahudi. Masyarakat Yahudi, terutama keluarga memberikan perhatian yang sangat besar dalam pendidikan terhadap generasi penerusnya. Tujuan utama adalah agar mereka memelihara budaya dan agama nenek moyang. Ketika ada di tanah Pembuangan pendidikan dilaksanakan di tempat ibadah Sinagoge.

5. Kehidupan Keagamaan
Agama primitif orang Romawi adalah pemujaan terhadap dewa-dewi Yunani, walaupun tidak berlangsung lama, (hanya sampai abad pertama) karena rakyat tidak lagi melihat manfaatnya. Bahkan justru sebaliknya, cerita dewa-dewi itu merusak moral dan kehidupan kaum muda. Pemujaan kepada kaisar sangat menguntungkan negara karena mendatangkan kesatuan. Tetapi di lain pihak mendatangkan penganiayaan bagi orang Kristen. Selain pemujaan-pemujaan itu ada juga pemujaan kepada agama-agama rahasia dan alam gaib. Namun ini pun kurang memuaskan kehidupan rohani mereka. Untuk mengatasi itu lahirlah banyak filsafat-filsafat pemikiran yang sistematis yang lebih disukai karena sanggup memuaskan intelektual yang mereka puja. Contoh aliran-aliran filsafat yang ada pada saat itu: Platonisme, Gnostisisme, Neo-platonisme, Epikurianisme, Stoicisme, Skeptisisme dll.







Figur – 7








Bangsa Yahudi dan agama Yudaisme adalah dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dunia Perjanjian Baru, karena dari sanalah kekristenan lahir. Hampir semua penulis-penulis PB adalah orang-orang Yahudi yang mempunyai latar belakang agama Yudaisme. Oleh karena itu untuk memahami tulisan-tulisan PB dengan baik akan ditentukan dari seberapa jauh kita mengerti tentang bangsa Yahudi dan agama Yahudi.
5.1 Sejarah bangsa Yahudi. Untuk memahami sejarah bangsa Yahudi kita harus kembali melihat jauh ke belakang kepada panggilan Allah terhadap Abraham, karena dari Abrahamlah bangsa ”pilihan” ini berasal. Namun demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa "penyebaran" (diaspora) yang terjadi sejak tahun 734 SM, ketika puluhan ribu orang Yahudi dibuang keluar dari tanah kelahiran mereka. Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada Taurat mulai merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati Hukum dan Taurat mereka. Sebagian dari mereka yang dibuang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang berisi hukum Taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak dicemari dengan budaya dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir. Salah seorang pelopor utama gerakan ini adalah Ezra, ia mengetuai badan yang disebut sinagoge agung. Badan yang terdiri dari 120 orang ini bertugas untuk menghidupkan, memulihkan dan menggolong-golongkan kitab-kitab PL. Tapi akhirnya badan ini diganti dengan dewan sanhedrin (Daniel 1:5-8; 3:4-7: Ezra 7:1-6).

Figur – 8









5.2 Pusat Ibadah Yahudi di Yerusalem. Sebelum masa penyebaran/pembuangan, Bait Suci di Yerusalem (yang dibangun oleh Raja Salomo) adalah satu-satunya pusat ibadah bagi orang Yahudi. Isi ibadah mereka adalah melakukan perjalanan ke Yerusalem secara teratur dan mengadakan upacara korban sembelihan di sana. Setelah mereka dibuang ke tanah asing, mereka tidak mungkin lagi ke Bait Suci untuk beribadah, apalagi setelah Yerusalem dihancurkan (586 SM). Upaya yang mereka lakukan untuk menggantikan ibadah adalah dengan menggiatkan kembali pengajaran tentang Hukum dan Taurat sebagai pusat ibadah mereka yang baru. Meskipun Bait Suci kemudian dibangun kembali, ada banyak orang Yahudi yang masih tinggal di tanah asing dan tidak kembali ke Palestina, bahkan ternyata lebih banyak orang Yahudi yang tinggal di luar negara mereka. Untuk memenuhi kebutuhan rohani dan ibadah mereka maka dibangunlah sinagoge-sinagoge di kota-kota di mana orang Yahudi tinggal. Sinagoge (artinya rumah ibadat orang Yahudi) tidak bisa dikatakan sebagai tiruan Bait Suci Yerusalem, karena selain ukuran yang jauh lebih kecil, juga tidak disediakan tempat untuk membakar korban. Sebagai gantinya dilakukan doa, membaca Taurat, memelihara hari Sabat, sunat dan memelihara hukum-hukum PL yang mengatur soal makanan. Inilah yang akhirnya menjadi pusat ibadah Yudaisme (Lihat: Mazmur 137: 1-5).
5.3 Tempat Ibadah Yahudi. Sejak jaman penyebaran/pembuangan peranan sinagoge dalam melestarikan agama dan budaya Yahudi sangat besar. Di sinilah Yudaisme bertumbuh dan mengalami kedewasaan. Di setiap kota besar dimana ada kelompok orang Yahudi tinggal didirikanlah sinagoge. Akhirnya sinagoge juga menjadi balai sosial di mana penduduk Yahudi di kota itu berkumpul setiap hari minggu untuk belajar tentang tradisi dan agama Yudaisme. Kesuksesan pemakaian rumah ibadat orang Yahudi ini sangat mengesankan, sehingga pada waktu orang- orang Yahudi perantauan pulang ke tanah airnya, sistem ibadah di sinagoge ini dibawa dan tetap dipraktekkan sampai jaman Yesus dan para Rasul. Pemimpin sinagoge disebut "kepala rumah ibadat", yang diangkat dari antara penatua berdasarkan hasil pemungutan suara. Tugasnya adalah memimpin kebaktian, menjadi penengah dalam suatu perkara dan memperkenalkan pengunjung pada jemaat. Penjaga sinagoge disebut hazzan. Tugasnya menjaga dan memelihara bangunan dan juga harta benda yang ada di sinagoge. Dalam sinagoge ada lemari untuk menyimpan gulungan kitab Taurat, sebuah podium dengan sebuah meja untuk meletakkan Kitab Suci yang sedang dibaca, dan juga lampu dan bangku serta kursi duduk jemaat (Lihat: Markus 5:22; Lukas 13:14; Kisah Para Rasul 13:5; 14:1; 15:43, dst.).
5.4 Bentuk ibadah. Dalam sinagoge kebaktian dilakukan sbb.
(1) Pembacaan pengakuan iman Yahudi yang disebut shema - (Ulangan 5). Diikuti dengan puji-pujian kepada Allah yang disebut berakot ("Diberkatilah....").
(2) Pembacaan doa, dan juga pembacaan doa pribadi oleh jemaat (dalam hati).
(3) Selanjutnya adalah pembacaan Kitab Suci (kitab Taurat dan Pentateukh, juga kitab Nabi-nabi).
(4) Kemudian diikuti dengan Kotbah untuk menjelaskan bagian yang baru saja dibacakan.
(5) Kebaktian diakhiri dengan berkat, yang dilakukan oleh imam. Bentuk/tata cara ibadah sinagoge ini juga diikuti oleh gereja abad pertama.

B. Aliran-aliran Keagamaan Dalam Yudaisme.
Meskipun semua orang Yahudi memegang hukum agama yang sama (Yudaisme) tapi dalam penafsiran dan tujuannya ada bermacam-macam aliran:
1. Kaum Parisi
Berasal dari kata parash, artinya "memisahkan". Aliran yang paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masyarakat. Mereka adalah para ahli tafsir PL, yang menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek moyang yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Karena keahliannya inilah mereka disebut sebagai ahli Taurat. Kelompok inilah yang paling banyak dijumpai berselisih paham dengan Yesus. Namun demikian tidak semua orang Parisi munafik ada juga yang sungguh-sungguh (Matius 23:13-15).
2. Kaum Saduki
Nama Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar). Mereka berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan, karena anggota mereka adalah para imam di Bait Allah di Yerusalem. Pengajaran PL yang mereka terima hanyalah 5 Kitab Pentateukh, tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural atau kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka berpegang ketat hanya pada tafsiran-tafsiran harafiah Taurat (2Samuel 15:24-29; Kisah Para Rasul 23:8).
3. Kaum Zelot
Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan diri dari penjajahan Romawi. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka sering mengadakan pembrontakkan melawan pemerintah Romawi. (Kish Para Rasul. 5:37; Markus 12:14).
4. Kaum Eseni
Eseni artinya ”saleh” atau ”suci”. Mereka ini tidak secara resmi disebut dalam kitab-kitab PB, tetapi keberadaan mereka diakui oleh tradisi sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang hidup membujang. Mereka juga menjalankan hidup sederhana dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama. Kelompok ini sering dihubungkan dengan penemuan-penemuan naskah Qumran, walaupun tidak ada bukti kuat.
5. Kaum Helenis
Kelompok ini disebut kaum Helenis karena mereka adalah orang-orang keturunan Yahudi tetapi telah mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama mereka.

C. Hari-hari Raya Yahudi
Orang-orang Yahudi banyak merayakan hari-hari penting yang pada umumnya dihubungkan dengan perayaan keagamaan yang memiliki latar belakang erat dengan sejarah kehidupan bangsa Israel. Hari-hari Raya tersebut antara lain: Perayaan Paskah, Hari Raya Roti Tidak Beragi, Hari Raya Pentakosta, Hari Raya Tahun Baru, Hari Perdamaian, Hari Raya Pondok Daun. Enam hari raya ini diadakan berdasarkan aturan dalam Hukum Musa. Sesudah masa pembuangan mereka menambah perayaan Hari Raya Meniup Serunai, dan Hari Raya Purin.
Ada tujuh pesta atau festival agama yang penting pada sepanjang tahun kalender Yahudi kuno. Empat diantaranya adalah pesta Musim Bunga (Paskah, Roti tak beragi, Buah Sulung, dan Pentakosta) yang dirayakan pada permulaan tahun agama dan tiga lagi adalah pesta Musim Gugur (Pesta Sangkakala, Hari pendamaian, dan Hari Raya Pondok daun) yang dirayakan pada tengah tahun terakhir dari tahun itu. (Imamat 23:4-44). Bila kita mempelajari secara terpisah atau bersama, hari-hari raya ini menjadi suatu jurusan pelajaran yang sangat mengesankan, namun supaya kita bisa menghargai sifatnya, tujuannya dan waktunya, perlu memiliki pengetahuan tentang dua faktor latar belakangnya, yakni: Iklim di Palestina, dan Tahun Bercocok Tanam Bangsa Yahudi. Sesuai dengan lebarnya Palestina termasuk daerah sub-tropis, dan hanya mempunyai dua musim iklim yakni musim kering pada waktu musim panas dan musim hujan pada waktu musim dingin. Musim panasnya begitu panjang, kering, dan panas karena tidak ada hujan mulai bulan Juni hingga September sehingga sepanjang musim itu semua tumbuhan layu dan seluruh negeri itu kelihatan seperti mati bagaikan padang pasir. Hampir semua sungai menjadi kering hingga turun hujan pada musim gugur. Perubahan besar diseluruh negeri itu terjadi setelah hujan turun pada musim gugur. Tanah itu tiba-tiba kembali hidup; bunga-bunga mulai keluar dari celah-celah tanah yang tadinya retak-retak, dan rumput-rumput yang tadinya sudah mati dan berwarna coklat berubah menjadi segar dalam waktu yang amat singkat. Hujan awal (hujan musim gugur) yang sering disebut dalam Alkitab, turun pada akhir bulan Oktober atau bulan Nopember untuk melunakkan tanah supaya bisa dibajak dan ditanami. Hujan ini turun hanya sedikit tetapi menjelang bulan Desember hujan deras turun lagi dengan curahan yang paling besar pada bulan Januari. Air hujan itu membasahi sampai kedalam tanah dan menumbuhkan tanaman diladang, tetapi hasil ladang yang baik harus bergantung pada curahan hujan akhir yang cukup dan tepat waktu. Hujan akhir juga banyak disebut dalam Alkitab (Ulangan 11 : 14). Hujan akhir pada musim penghujan itu hujan musim bunga. Turun pada bulan Maret dan permulaan bulah April dan merangsang biji-bijian diladang supaya matang. Jika curahan hujan terlalu sedikit pada musim hujan akhir, maka hasil ladang mereka sangat sedikit meskipun curahan hujan awal cukup banyak. Ada satu lagi karunia Allah ditanah Paestina, yakni embun yang turun agak banyak pada musim panas. Embun turun di Palestina bagian barat dibawa oleh angin yang mengandung kelembaban dari Laut Mediterranian yang mengembus gunung-gunung dimalam hari dan meninggalkan cairan yang menyegarkan kehidupan pada musim kering pada waktu mana setiap tetes air dianggap sebagai karunia. Dengan sendirinya membajak, menanam dan menuai; mengirik dan membersihkan; mengairi dan pemeliharaan umum pada pohon anggur dan pohon buah-buahanlainnya; peternakan, dsb, dalam pertanian orang Yahudi semuanya disesuaikan dengan siklus musim yang amat penting dan vital ini. Kehidupan mereka secara keseluruhan keberadaan bangsa itu sendiri tergantung atas siklus musim negeri itu. Tidak bisa dihindarkan lagi bahwa pesta tahunan perayaan agama merreka juga disesuaikan pada siklus musim yang sama dan penuaian jelai adalah kunci dari semua pesta perayaan mereka.¨ Dibulan Mei hingga Oktober hampir tidak turun hujan, karena itu membajak dan menabur biji tanaman itti mereka (jelai dan gandum) dimulai bulam November. Hasil panen pertama, pada bulan Nisan (Maret – April) bersamaan dengan paskah sehingga kedua pesta perayaan itu digabung bersamaan dengan paskah sehingga kedua pesta perayaan itu digabung bersama hari raya roti tak beragi dan buah sulung. Panen gandum tiba beberapa minggu kemudian bersamaan dengan hari raya pentakosta. Kemudian diakhir bulan Oktober yakni setelah musim panas agak panjang mereka merayakan hari raya perkumpulan atau hari raya pondok daun pada akhir musim buah – buahan (anggur, zaitun, korma, dsb). Perbedaan antara tahun agama dan tahun umum. Kalender keagamaan bangsa Yahudi selalu dimulai dengan Nisan atau Abib sesuai dengan sistem perayaan yang ditetapkan dalam hukum keimamatan. Tetapi untuk tujuan umum, permulaan tahun mereka ditetapkan pada musim gugur, bulan ketujuh atau disebut Tishzi (Etharim). Peniupan serunai pada hari pertama bulan ketujuh adalah tahun baru umum dan dirayakan oleh orang Yahudi modern sebagai Rosh Hashanah. Karena itu perlu kita bedakan dengan hati-hati antara kalender tahun agama dengan kalender tahun umum mereka. Ukuran waktu tepat yang meliputi siklus tahunan untuk perayaan sakral mereka hanya tujuh dari dua belas bulan penuh. Jadi tahun agama mereka hanya terdiri dari tujuh bulan. Hubungan lambang, wujud, tipe antitipe antara perayaan dan mitranya. Tidak diragukan lagi bahwa semua pelajar Alkitab sependapat tentang motif otentik harapan dalam Perjanjian Lama suatu perasan kurang lengkap, dipadukan dengan masa kegenapan harapan pada waktu pelepas yang di janjikan atau Mesias itu datang. Anasir harapan ini kadang-kadang disebut sebagai motif lambang wujud karena difokuskan pada perbuatan sakral atau pemeliharaan sakral yang membayangkan atau menunggu peristiwa-peristiwa tertentu. Upacara perjanjian Lama disebut Lambang dan kegenapannya pada masa yang akan datang disebut Wujud. Kehadiran hubungan lambang - wujud antara perjanjian Lama dan Perjanjian Baru diakui secara meluas dan nilainya sebagai alat tafsir juga diakui, namun tidak semua pelajar Alkitab sependapat mengenai penerapan wawasan dan isinya. Beberapa orang mempertahankan bahwa hubungan lambang wujud, berlaku hanya pada salib atau hanya sampai kebangkitan Kristus, atau pentakosta dan setelah itu selesai sudah. Yang lain mempertahankan bahwa hubungan lambang - wujud itu harus mencakup masa pelayanan Kristus sesudah penyaliban dari kenaikan hingga ahkir era Kristiani. Kelompok terakhir ini tidak menemukan titik akhir sesuai dengan Alkitab yang berlawanan dengan siklus peristiwa yang dilambangkan dan mereka sedang menyatakan suatu titik akhir yang kuat dasarnya. Penuntun pelajaran ini lebih condong pada kedudukan kedua itu karena lebih konsisten dengan pernyataan Alkitab. Logikanya ialah jika perayaan lambang itu adalah suatu siklus yang tidak terputus, ibarat mata rantai maka peristiwa-peristiwa yang dilambangkan itu sama juga dengan mata rantai yang tidak terputus. Hari-hari bangsa Yahudi dalam lambang dan wujud.
Sekarang kita mendapat suatu gambaran yang lebih jelas tentang apa makna perayaan tahunan bagi umat Allah pada zaman penantian, dan makna apa yang bisa diberikan pada kita yang hidup pada zaman penggenapan setelah hampur semua anasir ramalan dan lambang dalam Alkitab sudah menemukan apa yang dimaksudkan didalam sejarah. Sebagaimana telah dikemukakan satu siklus tahunan yang terdiri dari tujuh perayaan dan pola pelaksanaan perayaannya sudah dijelaskan dalam Imamat 23. Tiga diantara perayaan ini adalah perayaan panen atau perayaaan pengembaraan yang mengharuskan hadirnya semua pria Yahudi yang berusia dua belas tahun atau lebih di kaabah karena adanya peraturan Sabat. Perayaan atau hari perhentian dari pekerjaan yang sekuler. Pesta Panen itu terdiri dari:

P
E
S
T
A
P A N E N
Roti tak beragi
Pentakosta
Pondok daunFigur – 9







Pertama, perayaan Roti tak berragi yang dirayakan selama tujuh hari dan langsung disusul dengan perjamuan Paskan (dilakukan pada malam sebelumnya) pada pertengahan bulan pertama (Nisan) serta permulaan panen jelai ( Imamat 23:5-13 ).
Kedua, hari raya Tujuh Minggu atau Pentakosta, limapuluh hari kemudian untuk merayakan musim panen gandum (Imamat 23:15-21); Keluaran 34:22).
Ketiga, hari raya perkumpulan atau hari raya pondok daun (yakni pondok, tempat bernaung, atau kemah) pada pertengahan bulan ketujuh (Tishri) pada penutupan panen buah- buahan dan minyak zaitun (Imamat 23:34-44). Empat perayaan lainnya tidak mengharuskan kehadiran semua laki-laki; dua diadakan pada musim bunga dan dua lagi pada musim gugur. Pesta perayaan Musim bunga adalah hari raya paskah yang dirayakan pada tanggal 14 bulan Nisan (Keluaran 12:6-12; 29:33; Imamat 23:5-8; Bilangan 33:3; Ulangan 16), dan perayaan buah sulung yang dilakukan pada tanggal 16 bulan Nisan yakni hari sesudah hari raya sabat paskah tahunan (Imamat 2:12; 23:10,11). Dua tambahan hari raya musim gugur adalah peniupan serunai pada hari pertama bulan ketujuh (Imamat 23:24,25) dan hari raya pendamaian pada tanggal sepuluh bulan ketujuh (Imamat 23:23-32). Tujuan perayaan selain reuni dan persekutuan, mereka merayakan hari-hari raya itu bukan bertujuan pertemuan sosial saja melainkan untuk perbaktian. Anasir dimaksud yang mencakup sifat peringatan, mendidik, ramalan adalah sebagai berikut:

Figur – 10



Peringatan. Hari raya paskah misalnya, mengingatkan malam kelepasan dari Mesir, dan hari raya pondok daun menyegarkan kenangan masa empat puluh tahun dalam hidup berkemah dihutan belantara selama pengembaraan mereka.
Mendidik. Dengan dorongan bahwa mereka akan menghadapi semua perjalanan musim sepanjang tahun dan akan menghadapi panen utama, pesta perayaan itu adalah bagian yang intergal dari pendidikan Ilahi bagi bangsa Israel. Perayaan ini menolong untuk memperoleh sikap ketergantungan pada Allah dan sikap berterimakasih dengan pujian. Sifat, sumber daya, dan tuntutan dari hubungan perjanjian itu diulangi, dijelaskan serta diberikan nasihat secara teratur mengenai urutan pelaksanaannya.
Ramalan. Tetapi tujuan utamanya ialah ramalan, atau lambang, oleh sebab setiap pesta perayaan mengandung aspek penting dari pekerjaan Kristus. Ini dapat diperagakan oleh persembahan korban untuk dosa anasir perggantian dalam satu bentuk atau bentuk lain dan dihubungkandengan setiap pesta perayaan. Tentu tidak ada korban hewan bayangan ini yang memiliki kuasa penyelamatan didalamnya. Korban hewani hanyalah gambaran dan penunjuk pada yang sesungguhnya yang akan datang. Seperti teleskop misalnya tidak dibuat untuk ditonton melainkan sebagai alat untuk melihat. Tujuannya ialah persembahan korban Agung yang akan datang, dimana ribuan korban yang tidak terhitung jumlahnya hanya berlaku sebagai penunjuk pada pengorbanan Kristus.
Adanya anasir ramalan dalam pesta perayaan tidak disangkal Yesus dan rasul-rasulNya. Paling sedikit tiga dari enam perayaan kuno itu disebut dalam Perjanjian Baru. Dan dinyatakan dengan jelas bahwa perayaan itu memenuhi kegenapannya dalam bebetapa fase pekerjaanNya untuk menyelamatkan. Perayaan-perayaan tersebut adalah:



Figur - 11










1. Hari raya paskah (I Korintus 5:7; I Petrus 1:19,20). Telah menemukan wujud itu dalam pengorbanan Kristus. Digenapi tepat sampai pada bulan, tanggal dan jamnya! (Bulan Nisan hari keempatbelas).
2. Hari raya roti tak beragi. Meskipun tidak ditekankan dalam perjanjian baru, perayaan ini merupakan bagaian dari serangkaian jenis paskah. Istilah paskah dan roti tak beragi sering digunakan secara berggantian untuk pesta perayaan yang sama. Ragi adalah lambang dosa (I Korintus 5:7-8) dan roti tanpa ragi adalah lambang Juruselamat yang tidak berdosa yang berhenti dalam kuburan pada hari Sabat Paskah akhir minggu itu. Digenapi sampai pada hari yang tepat (tanggal 15 Bulan Nisan).
3. Buah sulung. (I Korintus 15:20-23). Inilah jawaban lambang Perjanjian Lama berlaku khususnya bagi kebangkitan Yesus Kristus sebagai wujudnya. Digenapi tepat sampai pada harinya (hari ke - 16 bulan Nisan).
4. Pentakosta. (Kisah Para rasul 2:1-4). Terjadi tepat 50 hari persembahan roti yang dibuat dari hasil pertama (pada tanggal 16 bulan Nisan), pencurahan Roh Kudus dengan jelas duhubungkan dengan kegenapan sejarah yang dilambangkan oleh pesta perayaan itu. Pentakosta yang menjadi lambang dalam perjanjian lama adalah perayaan panen dan anasir ini jelas terlihat pada pentakosta sebagai wujudnya sebagaimana terlihat pada tuaian ajaib 3000 jiwa (ayat 41) yang dihasilkan oleh pekerjaan Roh Kudus. Digenapi tepat sampai pada harinya (hari ke 6 bulan Sivan). Jika kita menyamakan kesesuaian lambang-wujud dengan hubungan dua rantai yang paralel, maka kita sekarang sudah sampai pada kesimpulan bahwa kegenapan empat mata rantai pertama sudah kita lihat dengan pasangannya pada peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan kedatangan Yesus yang pertama (yakni kematianNya, penguburanNya, kebangkitanNya, dan pencurahan Roh Kudus). Akan tetapi dapatkah kita menempatkan ketiga kegenapan yang terakhir dengan kepastian yang sama? Dapatkan kita mencari ketiga peristiwa yang berurutan yang sama dengan ketiga pesta perayaan Musim Gugur dalam siklus hari raya bangsa Yahudi?
5. Serunai (Wahyu 14:6,7). Menemukan kegenapannya dalam kebangunan besar Advent kedua kali antara tahun 1830 dan 1840 an dengan mengumandangkan dekatnya kegenapan penyucian kaabah yang dimulai tahun 1844, telah menandai titik akhir nubuatan 2300 petang dan pagi dalam Daniel 8:14.
6. Hari grafirat (Hari Pendamaian). Daniel 7:9,10; 8: 14 ; Wahyu 11:18,19. digenapi dengan hari pehukuman sebelum kedatang Yesus - fase permulaan pehukuman terakhir yang dimulai sebagaimana dinubuatkan yakni tahun 1844, dan seirama dengan upacara tahunan penyucian kaabah pada pelayanan kaabah duniawi versus Kemah suci (Yesaya 35; Matius 8 :11; 13 : 39, 43; 24 : 31; Lukas 13 : 28, 29; Wahyu 7:9-17; 14:14- 6;19:6-9). Akan digenapi pada perkumpulan besar atau tuaian pulang ke rumah yakni umat tebusan Allah pada kedatangan Yesus kedua kali. Inilah puncaknya tuaian dari segala tuaian yang diproyeksikan dalam tujuan penuaian dari sekian banyak perumpamaan dan nubuatan (Matius 13: 9-41; Yakobus 5:7,8; Matius 3:12; Wahyu 14:14-16).
Jika kita mempelajarinya dalam rangka fakta sejarah dan firman Allah, pesta perayaan itu mengemukakan nubuatan yang dilakonkan tentang titik-titik penting dalam pekerjaan penyelamatan Kristus sepanjang masa Kristiani. Kedua titik puncak dari Alkitab kedatangan pertama kali dan kedua kali berdiri tegak bagaikan pertanda kesiapan. Perayaan pesta itu memberi tinjauan atas perjalanan Allah yang bersahaja, teratur, dan yang agung sepanjang zaman menuju kepada kemenanganNya yang terakhir. Sekali lagi kita bertanya: Mengapa Allah memberi kita kesempatan untuk mempelajari tema yang menggemparkan ini? Firman Yesus dalam Lukas 12: 35-36 memberi jawaban: Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nanti.








BAB II
KANONISASI PERJANJIAN BARU

Kanonisasi adalah suatu proses bagaimana buku-buku dari Alkitab itu menerima persetujuan untuk diterima oleh pemimpin-pemimpin sidang. Bagaimana buku-buku dalam Alkitab itu bisa diterima sebagai suatu bagian yang dianggap kanon dari Alkitab.
Untuk memahami kanon Alkitab dengan tepat perlu dipelajari: Apa itu kanon Alkitab?, Kapan terjadinya kanon Alkitab?, Kapan peristiwa penerimaan gereja terhadap kanon Alkitab?, Bagaimana sejarah kanon PL & PB?, Mengapa menolak Kitab-Kitab Apokrifa PL & PB?. Mari kita simak.

A. Apa Itu Kanon Alkitab?
Arti etimologis "Kanon" berasal dari kata Yunani “Kanon”, artinya "buluh". Karena pemakaian "buluh" dalam kehidupan sehari-hari jaman itu adalah untuk mengukur, maka kanon juga berarti sebatang tongkat/kayu pengukur atau penggaris (Yehezkiel 40:3; 42:16). Tombak pengukur arti metafor seperangkat peraturan/standard norma (kaidah) dalam hal etika, literatur dsb. Arti teologis dalam sejarah Gereja abad 1 kata "kanon" dipakai untuk menunjuk pada peraturan atau pengakuan iman. Tetapi pada pertengahan abad ke 4 (dimulai oleh Athanasius), kata ini dipakai untuk menunjuk pada Alkitab, dan mempunyai 2 arti, yakni: daftar naskah kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang telah memenuhi standard peraturan-peraturan tertentu, yang diterima oleh gereja sebagai kitab-kitab kanonik yang diakui diinspirasikan oleh Allah. Dan kumpulan kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang diterima sebagai Firman Tuhan yang tertulis, yang berotoritas penuh bagi iman dan kehidupan manusia (2Korintus 10:13-16; Galatia 6:16).

B. Kapan Terjadinya Kanon Alkitab?
Alkitab sendiri menolak dengan tegas pendapat bahwa Alkitab turun/jatuh dari surga (Lukas 1:1-4). Lalu bagaimana dan kapan kanon Alkitab itu terjadi? Tidak pernah ada satu peristiwa tertentu yang terjadi yang menandai dimulainya kanon Alkitab. Juga tidak ada sejarah khusus yang menentukan kapan kanon Alkitab itu ditetapkan (disahkan). Tetapi secara iman kita mengakui bahwa Tuhan sendirilah yang menentukan, bukan manusia. Ini harus menjadi pengakuan penting bagi orang Kristen, bahwa Alkitab, sebagai Firman Allah yang tertulis, akan tetap menjadi Firman Allah sekalipun manusia tidak mengesahkannya, karena pengesahan terhadap Alkitab datang dari Allah dan dari Alkitab itu sendiri. Manusia hanya bisa menerima dan mengakuinya, tetapi tidak menetapkannya. Peristiwa pengkanonan Alkitab, oleh Konsili di Karthago tahun 397M harus dipahami sebagai penerimaan iman oleh gereja bahwa Alkitab kanonik itu ada dan diterima sebagai standar iman dan kehidupan. Tangan Tuhanlah yang telah memimpin orang-orang percaya itu untuk mengumpulkan kitab-kitab kanonik sehingga disusun menjadi Alkitab. Pendapat ini tidak sama dengan pendapat dari gereja Roma Katolik. Menurut mereka penetapan Kanon ditetapkan oleh gereja Roma Katolik.

Figur – 12
Penetapan kanon ditetapkan oleh gereja Roma Katolik
Penetapan kanon ditetapkan oleh Tangan Tuhan sendiri







C. Kapan Peristiwa Penerimaan Gereja Terhadap Kanon Alkitab?
Sebenarnya sudah dimulai ketika Jemaat Gereja Pertama (Mula-mula) membaca Kitab-kitab Perjanjian Lama pada kebaktian-kebaktian. Dengan campur tangan Roh Kudus jemaat juga menambahkan kitab-kitab dan surat-surat para Rasul yang diinspirasikan Allah dan karenanya berwibawa. Sampai akhirnya pada tahun 367M, uskup Aleksandria, Athanasius, memberikan daftar kitab-kitab yang merupakan kanon. Daftar kitab-kitab itulah (66 buku) yang sampai sekarang dimasukkan sebagai Alkitab. Pertimbangan yang dipakai untuk menerima Kanon, yakni bukti dari Alkitab sendiri bahwa tulisan dalam kitab-kitab kanon itu diinspirasikan oleh Allah (2Timotius 3:16). Dengan demikian jelas kitab-kitab itu tidak hanya ditulis oleh tangan manusia tetapi merupakan campur tangan Allah sepenuhnya (theopeustos). Oleh karena itu, seluruh tulisan Alkitab mempunyai otoritas penuh dari Allah. Ditulis oleh orang-orang yang hidupnya dipimpin oleh Allah, baik para nabi (PL) maupun rasul (PB) atau orang-orang yang di bawah pengawasan mereka. Ada bukti-bukti dari dalam dan jelas tentang keaslian penulisannya.
Ada pengaruh kuasa Allah dalam tulisan-tulisan itu yang sanggup mengubah hidup manusia. Secara aklamasi (pernyataan setuju secara lisan) diterima oleh umat Allah secara luas sebagai kitab- kitab yang diinspirasikan oleh Allah. (Galatia 6:16, Lukas 11:51, Kolose 4:16, Wahyu 22:18). Beberapa pengertian yang salah tentang penerimaan Kitab kanon. Diantara banyak kitab-kitab kuno yang harus dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam kanon Alkitab, tidak semuanya diterima sebagai kitab kanon. Pertimbangan-pertimbangan terhadap kitab-kitab itu: Tidak didasarkan pada tuanya. Bukan karena ditulis dalam bahasa Ibrani. Bukan karena setuju dengan Taurat. Bukan karena mempunyai nilai agama.

D. Bagaimana Sejarah Kanon PL & PB?
1. Sejarah Kanon PL
Sejarah Kanon PL tidak mengalami banyak kesulitan untuk diterima, karena pada waktu kitab-kitab PL itu ditulis, saat itu juga langsung diterima sebagai kitab-kitab yang diinspirasikan oleh Allah sehingga otoritasnya diakui. Kitab-kitab (yang berupa gulungan-gulungan) disimpan bersama-sama dengan Tabut Perjanjian yakni di Kemah Tabernakel dan juga kemudian di Bait Allah. Para imam memelihara kitab-kitab itu dan mereka juga yang membuat salinan-salinannya apabila diperlukan (Ulangan 17:18; 31:9, 24-26; 1Samuel 10:25; 2Raja-Raja 22:8; 2Tawarikh 34:14). Pada waktu bangsa Yahudi dibuang ke tanah Babel, dan dihancurkan pada tahun 587SM, kitab-kitab itupun juga dibawa ke tanah pembuangan (Daniel 9:2). Pusat ibadah mereka bukan lagi Bait Allah di Yerusalem, tetapi kitab-kitab itu. Setelah pembangunan kembali Bait Allah, kitab- kitab itupun dipelihara dan dipindahkan ke sana. (Ezra 7:6; Nehemia 8:1; Yeremia 27:21-22).
Penyusunan seluruh kitab-kitab PL selesai pada tahun 430SM, imam Ezralah yang memainkan peranan penting dalam proses pengumpulan dan penyusunan kitab-kitab PL ini. Selain kitab-kitab Pentatuk (Kejadian-Ulangan) yang sangat dihargai, kitab-kitab para nabi juga biasa dibaca dalam ibadah Yahudi di rumah-rumah ibadah pada waktu jaman PB (Lukas 4:16-19). Pada tahun 90M para ahli Taurat dan pemimpin bangsa Yahudi melakukan persidangan di Yamnia. Salah satu keputusan yang diambil dalam persidangan itu adalah penerimaan kanon PL, yakni 39 kitab sebagai kanon Alkitab, seperti yang kita pakai sekarang. Jadi penetapan itu sebenarnya hanya memberikan pengakuan akan kitab-kitab yang memang sudah lama dipakai dalam ibadah orang Yahudi.
2. Sejarah Kanon PB
Sejarah Pengkanonan Perjanjian Baru (PB) mengalami lebih banyak pergumulan daripada PL. Baru pada pertengahan abad 4 Masehi masalah pengkanonan PB dianggap selesai. Latar belakang Kanon PB diawali dengan keadaan dan kebutuhan yang mendesak yang harus segera ditangani oleh gereja-gereja saat itu, antara lain:

Figur –13

SEJARAH KANON PERJANJIAN BARU






Krisis Otoritas, dibutuhkannya suatu pedoman iman dan kehidupan yang diakui berotoritas, apalagi setelah Tuhan Yesus dan para Rasul sudah tidak ada lagi diantara mereka.
Krisis Pengajaran, adanya pengajaran sesat yang mulai menyusup ke dalam gereja-gereja, sehingga diperlukan adanya satu sumber yang dapat menjadi standard pengajaran yang benar.
Dorongan Misi, penyebaran pengajaran Injil Yesus Kristus semakin berkembang ke daerah-daerah lain, sehingga diperlukan adanya kesepakatan terhadap kitab-kitab standard yang harus diterjemahkan.
Tekanan penganiayaan, semakin kuatnya penganiayaan yang dilancarkan kepada orang-orang Kristen baru mendorong gereja untuk mempertahankan sumber pengajaran demi kemurnian iman dan pengajaran yang sehat.
Sejarah Kanon PB, setelah kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga, pengajaran Injil diteruskan oleh para Rasul Tuhan dengan penuh otoritas karena merekalah saksi-saksi mata tentang keselamatan yang diajarkan oleh Yesus. Tulisan-tulisan tentang pengajaran iman Kristen oleh para Rasul (antara tahun 50-100M) sangat dibutuhkan mengingat bahwa merekalah para saksi mata yang dapat memberitakan pengajaran Injil Yesus Kristus dengan jelas dan menafsirkannya dengan tepat, sesuai dengan pimpinan Roh Kudus kepada mereka. (Yohanes 14:26).
Selama tahun 100-200M, tulisan-tulisan para Rasul itu dipakai dan dikumpulkan oleh sidang-sidang jemaat (Kolose 4:15-16).
Pada tahun 200 M sebenarnya kanon utama PB sudah terbentuk, dan disebut sebagai "Kanon Muratori" yang berisi 21 kitab/buku dan kemudian 6 kitab lagi ditambahkan. Memasuki abad ke 5 barulah dalam pertemuan konsili di Hippo dan Kartago tercapai kesepakatan diantara gereja Barat dan Timur dan menerima 27 kitab sebagai Kanon PB, seperti yang kita pakai sekarang.


E. Mengapa Menolak Kitab-Kitab Apokrifa PL & PB?
Pengertian istilah "apokrifa" berasal dari bahasa Yunani apokrufos, artinya "tersembunyi". Sekarang apokrifa dimengerti sebagai sejumlah kitab-kitab yang tidak dimasukkan ke dalam kanon Alkitab, tetapi yang disebutkan dalam Alkitab, yang ditulis pada waktu yang bersamaan, atau tidak lama sesudah Alkitab ditulis. Pendirian orang Kristen terhadap kedudukan kitab-kitab Apokrifa sebagai Kanon memang sedikit terombang-ambing sampai abad ke 16, namun sejak semula sebenarnya mereka sudah menolak menganggap kitab-kitab itu sebagai kanon.
Macam-macam Apokrifa PL, kitab-kitab ini ditulis antara tahun 300SM - 100 M. Kebanyakan tidak diketahui penulisnya. Kitab-kitab ini berjumlah 15 buah dan dimasukkan dalam versi Septuaginta abad 4. Apokrifa PL dibagi dalam 5 jenis, yakni: Pengajaran, Roman Religius, Sejarah, Nubuat, Dongeng. Apokrifa PB tidak ada daftar yang pasti. Kebanyakan kitab-kitab itu berisi fiksi religius, yakni untuk memenuhi keinginan mereka mengetahui informasi tentang peristiwa- peristiwa dalam kehidupan Tuhan Yesus yang tidak tertulis dalam Injil kanon. Juga cerita-cerita tentang akhir kehidupan para Rasul yang tidak diceritakan dalam kitab kanon PB. Beberapa kitab-kitab Apokrifa PB: Shepherd of Hermas, Didache, Teaching of the Twelve, Epistle of Pseudo Barnabas (Injil Barnabas), Gospel acconding to the Hebrews (Injil Ibrani).
1. Kitab-Kitab Apokrifa PL
Alasan menolak kitab-kitab Apokrifa PL. (1) Kitab-kitab itu tidak dimasukkan dalam PL Ibrani. (2) Penulis-penulis PB tidak ada yang mengutipnya, sedangkan kitab-kitab PB lain biasanya dikutip. (3) Yesus tidak pernah menyebutkan kitab-kitab itu. (4) Tidak ada bukti bahwa Apokrifa dimasukkan dalam Septuaginta abad 2. (5) Konsili-konsili gereja tidak pernah mengakuinya dan Bapak-bapak gereja juga menolak. (6) Tidak ada klaim "inilah Firman Tuhan" dalam Kitab-kitab tsb. (7) Adanya kesalahan-kesalahan dalam bidang sejarah, kronologi dan juga kisah-kisahnya bersifat khayal. (8) Ajaran moralnya rendah.
Penerimaan Gereja Roma Katolik: Ada 2 ajaran Gereja Katolik yang didukung Apokrypha, yakni: mendoakan orang mati (surat Makabe), dan keselamatan melalui perbuatan (Tobit).
2. Kitab-Kitab Apokrifa PB
Alasan-alasan menolak Apokrifa PB, (1) karena hanya dikenal secara lokal. (2) Tidak ada konsili gereja yang mengakui. (3) Hanya dianggap semi kanon. Namun demikian, ada nilai manfaat yang diakui: (1) Dokumentasi terpagi tentang gambaran gereja secara umum setelah jaman para Rasul. (2) Sebagai jembatan bagi tulisan-tulisan PB dengan tulisan dari Bapak- bapak Gereja abad 3 dan 4. (3) Mempunyai nilai sejarah tentang hal-hal praktis dan siasat (penyelidikan) gereja mula-mula.
BAB III
MASALAH-MASALAH DASAR
KITAB INJIL & KISAH PARA RASUL

Pada bab tiga ini akan dipelajari teori sumber Injil Sinoptis, Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Kisah Para Rasul yang akan diuraikan berurutan di bawah ini.

A. Teori Sumber Injil Sinoptis
Teori ini mengatakan bahwa Matius dan Lukas menulis Injil mereka berdasarkan Injil Markus, ditambah sebuah kumpulan. Pengembangan lebih lanjut dari teori ini telah dikemukakan oleh Burnett Streeter. la menghubungkan Markus dengan Roma (± tahun 60), "Q" dengan Antiokhia (± tahun 50), dan dokumen "M" (cerita dan ajaran non-Lukas, yang khusus terdapat dalam Matius) dengan Yerusalem (± tahun 65), dan dokumen "L" dengan Kaisarea (± tahun 60), termasuk materi non-Markus dalam Lukas 3, 6, 9-18, 19, 22-24. Dari keempat asal-usul inilah Injil Pertama dan Ketiga berasal, sedang Markus salah satu sumber, berkembang sendiri.
Namun tidak satu pun teori yang sudah diuraikan secara singkat di sini berhasil memberikan jawaban yang memuaskan mengenai asal usul kitab-kitab Injil. Harus ada lebih banyak bukti sebelum suatu jawaban yang lengkap dapat diberikan bagi semua pertanyaan yang mungkin timbul. Namun, ada beberapa fakta yang nampaknya cukup pasti, yakni:
1. Injil Matius merupakan catatan yang dibuat Matius mengenai pengajaran Yesus, dalam suatu rangka cerita yang sangat mirip dengan Injil Markus kadang-kadang sampai kepada pemilihan kata-katanya.
2. Injil Markus merupakan jalur induk dari kisah pengajaran tentang Yesus. Injil Markus disusun oleh seseorang yang mempunyai hubungan dengan para rasul sejak kelahiran gereja dan ditulis ketika sebagian dari mereka, sekurang-kurangnya, masih hidup.
3. Injil Lukas merupakan catatan bebas dari rekan seperjalanan Paulus, yang menulis pada dekade ketujuh dalam abad yang pertama, dan yang menggabungkan rangka cerita dari khotbah-khotbah apostolik dan hasil pengamatannya sendiri.
Ada juga yang menyatakan sehubungan dengan teori sumber sebagai berikut:
1. Bagian dari Matius dan Lukas itu diambil dari Injil Markus. Akan tetapi ada bagian-bagian lain dari Matius dan Lukas yang mirip tapi tidak ada di Markus. Artinya bagian-bagian yang mirip itu diambil dari sumber yang sama tapi bukan Markus, sumber itulah yang disebut quelle.
2. Ada lagi yang berpendapat progresnya itu Markus ke Matius ke Lukas. Jadi sebenarnya sumbernya Lukas itu Matius.
3. Ada lagi yang berpendapat ketiganya (Markus – Matius – Lukas) semuanya turunan.
Dari isi Injil Matius, Markus, Lukas, dan juga berdasarkan salah satu dari tiga hypotesis di atas bisa diperkirakan isinya Q (kalau memang exis).
1. Q = Bagian yang mirip dari Matius dan Lukas tapi tidak ada di Markus.
2. Q = Markus & Matius
3. Q = Bagian yang ada di Matius, Markus, Lukas.
Jika ketiga Injil itu, tidak ada yang tahu pasti sumbernya itu dari mana. Apa itu buku, atau orang, atau pelebaran, atau ingatan, atau bahkan Injil Markus sendiri yang dijadilkan sumber. Bukan itu saja, bahkan orang-orang yang mengeluarkan hipotesis itu tidak ada yang tahu pasti apakah benar ada sumber atau tidak. Jadi segala pendapat yang diungkapkan mengenai teori sumber tidak mengandung kebenaran, karena tidak ada banyak bukti sebagai jawaban.

B. Injil Matius
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an T.M

1. Latar Belakang Penulisan Injil Matius
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Matius 16:16). Meskipun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus. Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi, maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk:
1.1 ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
1.2 hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Matius 1:1-17);
1.3 pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Matius 1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30-31; 21:9,15; 22:41-45);
1.4 penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
1.5 petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain). Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (Matius 2:1-12; 8:11-12; 13:38; 21:43; 28:18-20). Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.

2. Tujuan Penulisan Injil Matius
Matius menulis Injil ini
2.1 untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
2.2 untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
2.3 untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
2.4 hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis
2.5 hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.



3. Survai Penulisan Injil Matius
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Matius 1:22-23), tempat lahir (Matius 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Matius 2:15) dan tinggal di Nazaret (Matius 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Matius 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Matius 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Matius 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Matius 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Matius 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Matius 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Matius 26:56). Matius 5:1-25:46 mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias.
Ada lima ajaran utama itu adalah:
3.1 Khotbah di Bukit (Matius 5:1-7:29);
3.2 pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (Matius 10:1-42);
3.3 perumpamaan tentang Kerajaan Allah (Matius 13:1-30);
3.4 sifat seorang murid sejati (Matius 18:1-35) dan
3.5 ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (Matius 24:1-25:46).
Ada lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
3.1 Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (Matius 8:1-9:38);
3.2 Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (Matius 11:1-12:50);
3.3 Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (Matius 14:1-17:27);
3.4 Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Matius 19:1-26:46);
3.5 Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Matius 26:47-28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Injil Matius
Tujuh ciri utama menandai Injil Matius.
4.1 Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
4.2 Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
4.3 Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus (1) selama pelayanan-Nya di Galilea dan (2) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
4.4 Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
4.5 Kerajaan Sorga/Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
4.6 Matius menekankan
(1) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (Matius 5:1-7:29);
(2) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
(c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
4.6 hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Matius 16:18; 18:17).

5. Garis Besar Penulisan Injil Matius
I. Memperkenalkan Mesias (Matius 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus (Matius 1:1-17)
B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir (Matius 1:18-2:23)
C. Perintis Jalan Sang Mesias (Matius 3:1-12)
D. Pembaptisan Sang Mesias (Matius 3:13-17)
E. Pencobaan Sang Mesias (Matius 4:1-11)
II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea(Matius 4:12-18:35)
A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea (Matius 4:12-25)
B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan (Matius 5:1-7:29)
C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan (Matius 8:1-9:38)
D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan (Matius 10:1-42)
E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan (Matius 11:1-12:50)
F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan (Matius 13:1-58)
G. Kisahan III: Krisis Kerajaan (Matius 14:1-17:27)
H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan (Matius 18:1-35)
III. Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem (Matius 19:1-26:46)
A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem (Matius 19:1-20:34)
B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem (Matius 21:1-26:46)
1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah (Matius 21:1-22)
2. Perdebatan dengan Orang Yahudi (Matius 21:23-22:46)
3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi (Matius 23:1-39)
4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan (Matius 24:1-25:46)
5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus (Matius 26:1-16)
6. Perjamuan Terakhir (Matius 26:17-30)
7. Getsemani (Matius 26:31-46)
IV. Yesus Ditangkap, Diadili, Disalibkan dan Dikubur (Matius 26:47-27:66)
A. Yesus Ditangkap (Matius 26:47-56)
B. Yesus Diadili (Matius 26:57-27:26)
C. Yesus Disalibkan (Maius 27:27-56)
D. Yesus Dikubur (Matius 27:57-66)
V. Yesus Bangkit (Matius 28:1-20)
A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita (Matius 28:1-10)
B. Saksi-Saksi Palsu (Matius 28:11-15)
C. Amanat Tuhan yang Bangkit (Matius 28:16-20)

C. Injil Markus
Penulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M

1. Latar Belakang Penulisan Injil Markus
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Markus 1:1). Sekalipun nama penulis tidak disebut dalam kitab itu sendiri (berlaku bagi semua Injil), dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberi kesaksian bahwa Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kisah Rasul 12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul PB: Paulus (Kisah Rasul 13:1-13; Kol 4:10; Filemon 1:24), Barnabas (Kisah Rasul 15:39) dan Petrus (1Petrus 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana menetapkan tanggalnya sekitar tahun 50-60 M; mungkin Injil ini yang pertama-tama ditulis.

2. Tujuan Penulisan Injil Markus
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan banyak di antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.

3. Survai Penulisan Injil Markus
Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus (Markus 8:27-9:10), ketika identitas dan misi penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi, di Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari" (Markus 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan sebagai harga kemuridan (Markus 3:21-22,30; 8:34-38; Markus 10:33-34,45; 13:8,11-13). Namun setelah mereka menderita karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia berkenan kepada mereka, sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.




4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Injil Markus
Empat ciri utama menandai Injil Markus:
4.1 Injil ini penuh kegiatan, yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan oleh-Nya (Markus mencantumkan 18 mukjizat Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya);
4.2 Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat-istiadat Yahudi, meniadakan semua daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran, penggunaan istilah Latin dan menerjemahkan kata-kata dalam bahasa Aram;
4.3 Injil ini bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang satu kepada episode yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan dengan "seketika itu juga".
4.4 Injil ini ditulis dengan hidup, seraya menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.

5. Garis Besar Penulisan Injil Markus
I. Persiapan untuk Pelayanan Yesus (Markus 1:1-13)
A. Pelayanan Yohanes Pembaptis (Markus 1:2-8)
B. Pembaptisan Yesus (Markus 1:9-11)
C. Pencobaan Yesus (Markus 1:12-13)
II. Pelayanan yang Mula-Mula di Galilea (Markus 1:14-3:6)
A. Empat Murid yang Pertama (Markus 1:14-20)
B. Hari Sabat di Kapernaum (Markus 1:21-34)
C. Perjalanan Pelayanan yang Pertama (Markus 1:35-45)
D. Pertentangan dengan Orang Farisi (Markus 2:1-3:6)
III. Pelayanan yang Kemudian di Galilea (Markus 3:7-7:23)
A. Menyingkir ke Pantai (Markus 3:7-12)
B. Pengangkatan Dua Belas Murid (Markus 3:13-19)
C. Sahabat dan Musuh (Markus 3:20-35)
D. Mengajar dengan Perumpamaan (Markus 4:1-34)
E. Mengajar Melalui Mukjizat (Markus 4:35-5:43)
F. Yesus di Nazaret (Markus 6:1-6)
G. Pengutusan Dua Belas Murid (Markus 6:7-13)
H. Herodes dan Yohanes Pembaptis (Markus 6:14-29)
I. Berbagai Mukjizat dan Pengajaran di Sekitar Danau Galilea (Markus 6:30-56)
J. Pertentangan dengan Tradisi (Markus 7:1-23)
IV. Pelayanan di Luar Galilea (Markus 7:24-9:29)
A. Penyembuhan Dua Orang Bukan Yahudi (Markus 7:24-37)
B. Mukjizat-Mukjizat Lagi (Markus 8:1-26)
C. Episode Kaisarea Filipi (Markus 8:27-9:1)
D. Episode Pemuliaan (Markus 9:2-29)
V. Menuju ke Yerusalem (Markus 9:30-10:52)
A. Melalui Galilea (Markus 9:30-50)
B. Pelayanan di Perea (Markus 10:1-52)
VI. Minggu Penderitaan (Markus 11:1-15:47)
A. Minggu: Memasuki Yerusalem dengan Jaya (Markus 11:1-11)
B. Senin:
1. Mengutuk Pohon Ara (Markus 11:12-14)
2. Menyucikan Bait Allah (Markus 11:15-19)
C. Selasa:
1. Iman dan Ketakutan (Markus 11:20-33)
2. Perumpamaan dan Pertentangan (Markus 12:1-44)
3. Khotbah di Betania (Markus 13:1-37)
4. Pengurapan di Betania (Markus 14:1-11)
D. Kamis: Perjamuan Akhir (Markus 14:12-25)
E. Jumat:
1. Yesus di Taman Getsemani (Markus 14:26-52)
2. Pengadilan Yahudi (Markus 14:53-72)
3. Pengadilan Romawi (Markus 15:1-20)
4. Penyaliban dan Penguburan (Markus 15:21-47)
VII. Kebangkitan (Markus 16:1-20)
A. Penemuan Kebangkitan (Markus 16:1-8)
B. Penampilan-Penampilan Pasca-Kebangkitan (Markus 16:9-18)
C. Kenaikan dan Penugasan Para Rasul (Markus 16:19-20)




D. Injil Lukas
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M

1. Latar Belakang Penulisan Injil Lukas
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Lukas 1:1,3; Kisah Rasul 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu. Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian:
1.1 kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas), dan
1.2 pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara "yang kekasih ... seorang dokter" (Kolose 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2Timotius 4:11; Filemon 1:24). Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (Lukas 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (Lukas 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kisah Para Rasul 21:17; Kisah Para Rasul 23:23-26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kisah Para Rasul 28:16).

2. Tujuan Penulisan Injil Lukas
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kisah Para Rasul 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Lukas 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai kepada Adam (Lukas 3:23-38) dan tidak hanya sampai Abraham seperti yang dilakukan oleh Matius (Matius 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.

3. Survai Penulisan Injil Lukas
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Lukas 1:5-2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Lukas 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
3.1 pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Lukas 4:14-9:50),
3.2 pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Lukas 9:51-19:27), dan
3.3 minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Lukas 19:28-24:43).
Meskipun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Lukas 9:51-19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Lukas 9:51) dan ayat kunci (Lukas 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Injil Lukas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
4.1 Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
4.2 Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
4.3 Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
4.4 Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
4.5 Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
4.6 Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
4.7 Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
4.8 Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (Lukas 1:15,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 12:12; 24:49).

5. Garis Besar Penulisan Injil Lukas
I. Pendahuluan Injil Lukas (Lukas 1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat (Lukas 1:5-2:52)
A. Pemberitahuan Kelahiran Yohanes (Lukas 1:5-25)
B. Pemberitahuan Kelahiran Yesus (Lukas 1:26-56)
C. Kelahiran Yohanes Pembaptis (Lukas 1:57-80)
D. Kelahiran Yesus (Lukas 2:1-20)
E. Yesus di Bait Allah Sebagai Seorang Bayi (Lukas 2:21-39)
F. Kunjungan Yesus ke Bait Allah Sebagai Seorang Anak (Lukas 2:40-52)
III. Persiapan bagi Pelayanan Juruselamat (Lukas 3:1-4:13)
A. Pemberitaan Yohanes Pembaptis (Lukas 3:1-20)
B. Pembaptisan Yesus (Lukas 3:21-22)
C. Silsilah Yesus (Lukas 3:23-38)
D. Pencobaan Yesus (Lukas 4:1-13)
IV. Pelayanan di Galilea (Lukas 4:14-9:50)
A. Permulaan Pelayanan Yesus dan Penolakan di Nazaret (Lukas 4:14-30)
B. Kapernaum: Wibawa Ilahi Yesus Dinyatakan (Lukas 4:31-44)
C. Penangkapan Ikan yang Ajaib (Lukas 5:1-11)
D. Penyembuhan Orang yang Sakit Kusta (Lukas 5:12-16)
E. Wewenang Yesus Ditantang (Lukas 5:17-26)
F. Juruselamat Orang-Orang Berdosa (Lukas 5:27-32)
G. Peresmian Tatanan Baru (Lukas 5:33-6:49)
H. Demonstrasi Kuasa Ilahi (Lukas 7:1-8:56)
I. Yesus Memberikan Kuasa kepada Murid-Murid-Nya (Lukas 9:1-6)
J. Herodes dan Yohanes Pembaptis (Lukas 9:7-9)
K. Memberi Makan Lima Ribu Orang (Lukas 9:10-17)
L. Pengakuan Petrus dan Tanggapan Yesus (Lukas 9:18-27)
M. Kemuliaan Juruselamat Dinyatakan (Lukas 9:28-50)
V. Pelayanan Selama Perjalanan Terakhir ke Yerusalem (Lukas 9:51-19:28)
A. Misi Penebusan Juruselamat (Lukas 9:51-10:37)
B. Petunjuk Khusus Yesus Mengenai Pelayanan dan Doa (Lukas 10:38-11:13)
C. Peringatan Yesus kepada Para Musuh dan Para Pengikut (Lukas 11:14-14:35)
D. Perumpamaan-Perumpamaan tentang yang Terhilang dan Ditemukan Kembali (Lukas 15:1-32)
E. Perintah-Perintah Kristus kepada Para Pengikut-Nya (Lukas 16:1-17:10)
F. Sembilan Orang Kusta yang Disembuhkan Namun Tak Berterima Kasih (Lukas 17:11-19)
G. Kedatangan Kembali Kristus Secara Mendadak Dinubuatkan (Lukas 17:20-18:14)
H. Juruselamat, Anak-Anak Kecil dan Seorang Pemimpin yang Kaya (Lukas 18:15-30)
I. Menjelang Akhir Perjalanan (Lukas 18:31-19:28)
VI. Minggu Penderitaan (Lukas 19:29-23:56)
A. Yesus Memasuki Yerusalem (Lukas 19:29-48)
B. Yesus Mengajar Setiap Hari di Bait Allah (Lukas 20:1-21:4)
C. Yesus Bernubuat tentang Kebinasaan Bait Allah dan Kedatangan-Nya Kembali (Lukas 21:5-38)
D. Persiapan-Persiapan Terakhir dan Perjamuan Malam (Lukas 22:1-38)
E. Getsemani dan Pengkhianatan (Lukas 22:39-53)
F. Pengadilan Yahudi (Lukas 22:54-71)
G. Pengadilan Romawi (Lukas 23:1-25)
H. Penyaliban (Lukas 23:26-49)
I. Penguburan (Lukas 23:50-56)
VII. Kebangkitan Sampai Kenaikan (Lukas 24:1-53)
A. Pagi Kebangkitan (Lukas 24:1-12)
B. Penampakan Diri Tuhan yang Sudah Bangkit (Lukas 24:13-43)
C. Pesan-Pesan Perpisahan (Lukas 24:44-53)

E. Injil Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan : 80-95 M

1. Latar Belakang Penulisan Injil Yohanes
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yohanes 13:23; 19:26; 20:2; 21:7,20'). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus). Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.

2. Tujuan Penulisan Injil Yohanes
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yohanes 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yohanes 20:31): yaitu aorist subjunctive ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan present subjunctive ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd.Yohanes 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.

3. Survai Penulisan Injil Yohanes
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
3.1 tujuh tanda (Yohanes 2:1-11; 4:46-54; 5:2-18; 6:1-15; 6:16-21; 9:1-41; Yohanes 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yohanes 3:1-21; 4:4-42; 5:19-47; Yohanes 6:22-59; 7:37-44; 8:12-30; 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
3.2 tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yohanes 6:35; 8:12; 10:7; 10:11; 11:25; Yohanes 14:6; 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
3.3 Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yohanes 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
3.1 Yohanes 1:1-12:50 yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
3.2 Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (Yohanes 13:1-21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (Yohanes 13:1-20), ajaran terakhir (Yohanes 14:1-16:33), dan doa-Nya yang terakhir (Yohanes 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal Yohanes 18:1-19:42) dan kebangkitan-Nya (Yohanes 20:1-21:25).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Injil Yohanes
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
4.1 Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yohanes 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yohanes 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
4.2 Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yohanes 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
4.3 "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
4.4 Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
4.5 Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
4.6 Injil ini menekankan "kebenaran" Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yohanes 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yohanes 8:44-47,51).
4.7 Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. Menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
4.8 Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".

5. Garis Besar Penulisan Injil Yohanes
Prolog tentang Logos (Yohanes 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel (Yohanes 1:19-51)
A. Oleh Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:19-36)
B. Kepada Murid-Murid Pertama (Yohanes 1:37-51)
II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya (Yohanes 2:1-12:50)

A. Penyataan Kristus kepada Israel (Yohanes 2:1-11:46)
1. Tanda Pertama: Air Menjadi Air Anggur (Yohanes 2:1-11). Selang Waktu (Yohanes 2:12)
2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem (Yohanes 2:13-25) Hari Raya di Yerusalem (Paskah) (Yohanes 2:23-25)
3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru (Yohanes 3:1-21). Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus (Yohanes 3:22-4:3)
4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan (Yohanes 4:4-42). Selang Waktu di Galilea (Yohanes 4:43-45)
5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana (Yohanes 4:46-54) Hari Raya di Yerusalem (Yohanes 5:1)
6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat (Yohanes 5:2-18)
7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus (Yohanes 5:19-47)
8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang (Yohanes 6:1-15)
9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air (Yohanes 6:16-21)
10. Ajaran Keempat: Roti Hidup (Yohanes 6:22-59)
11. Penyaringan Murid-Murid (Yohanes 6:60-71). Selang Waktu (Yohanes 7:1)
12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun) (Yohanes 7:2-36)
13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup (Yohanes 7:37-52) (Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan) (Yohanes 7:53-8:11)
14. Ajaran Keenam: Terang Dunia (Yohanes 8:12-30)
15. Perdebatan dengan Orang Yahudi (Yohanes 8:31-59)
16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya (Yohanes 9:1-41)
17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik (Yohanes 10:1-21) Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan) (Yohanes 10:22-42)
18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus (Yohanes 11:1-46)
B. Penolakan Kristus oleh Israel (Yohanes 11:47-12:50)
III. Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru (Yohanes 13:1-20:29)
A. Perjamuan Terakhir (Yohanes 13:1-14:31)
1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan (Yohanes 13:1-38)
2. Yesus, Jalan kepada Bapa (Yohanes 14:1-31)
B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan dengan Kristus (Yohanes 15:1-16:33)
C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru (Yohanes 17:1-26)
D. Hamba yang Menderita (Yohanes 18:1-19:42)
1. Penangkapan (Yohanes 18:1-12)
2. Pengadilan Yahudi (Yohanes 18:13-27)
3. Pengadilan Romawi (Yohanes 18:28-19:16)
4. Penyaliban (Yoanes 19:17-37)
5. Penguburan (Yohanes 19:38-42)
E. Tuhan yang Bangkit (Yohanes 20:1-29).
Pernyataan Tentang Tujuan Penulis (Yohanes 20:30-31)
Epilog (Yohanes 21:1-25)

F. Kisah Para Rasul
Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui Kuasa Roh Kudus
Tanggal Penulisan : Sekitar 63 T.M.

1. Latar Belakang Penulisan Kisah Para Rasul
Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang bernama "Teofilus" (Kisah Para Rasul 1:1). Sekalipun nama pengarangnya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung dari kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas "tabib ... yang kekasih" (Kolose 4:14). Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi, akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan.
1.1 "dalam bukuku yang pertama" ialah Injil tentang kehidupan Yesus, dan
1.2 buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya.
Jelas Lukas adalah seorang penulis yang unggul, sejarawan yang cermat dan seorang teolog yang diilhami. Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliput tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Sebagai sejarawan gereja, Lukas menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma sambil menyebutkan sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin menguatkan ketepatan Lukas dalam semua detail. Selaku seorang teolog, Lukas dengan cerdas melukiskan makna beberapa pengalaman dan peristiwa dalam tahun-tahun mula-mula gereja. Pada tahap awal, Alkitab PB terdiri atas dua kumpulan:
1.1 keempat Injil dan
1.2 surat-surat Paulus.
Kisah Para Rasul memainkan peranan yang penting sebagai penghubung di antara kedua kumpulan itu dan tempatnya benar dalam urutan kanonik adalah benar. Pasal 13 (Kisah Para Rasul 13:1-28) memberikan latar belakang sejarah yang diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam pelayanan dan surat-surat Paulus. Bagian ayat-ayat dalam kitab ini di mana Lukas menggunakan istilah "kami" (Kisah Para Rasul 16:10-17; 20:5-21:18; Kisah Para Rasul 27:1-28:16) menunjukkan keikutsertaannya dalam perjalanan Paulus.

2. Tujuan Penulisan Kisah Para Rasul
Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan.
2.1 Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun tentangan dan penganiayaan.
2.2 Dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.
Lukas secara eksplisit mengisahkan tiga kali bahwa baptisan dengan Roh Kudus disertai bahasa lidah (Kisah Para Rasul 2:4; 10:45-46; 19:1-7). Konteks dari bagian-bagian ini menunjukkan bahwa pengalaman ini adalah normatif dalam kekristenan mula-mula dan merupakan pola Allah yang tetap bagi gereja.

3. Survai Penulisan Kisah Para Rasul
Dalam Injil karangannya Lukas mencatat "segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus" (Kisah Para Rasul 1:1), tetapi kitab ini menerangkan apa yang selanjutnya diperbuat dan diajar oleh Yesus setelah naik ke sorga, melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui murid-murid-Nya dan jemaat mula-mula. Ketika Yesus naik ke sorga (Kisah Para Rasul 1:9-11), instruksi terakhir kepada murid-murid-Nya ialah menunggu di Yerusalem hingga mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:4-5). Ayat kunci kitab ini (Kisah Para Rasul 1:8) berisi ringkasan padat yang teologis dan geografis dari kitab ini: Yesus berjanji bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus dicurahkan atas mereka kuasa untuk menjadi saksi-Nya
3.1 "di Yerusalem" (Kisah Para Rasul 1:1-7:60),
3.2 "di seluruh Yudea dan Samaria" (Kisah Para Rasul 8:1-12:25), dan
3.3 "sampai ke ujung bumi" (Kisah Para Rasul 13:1-28:31).
Kisah Para Rasul mengisahkan perpaduan tindakan ilahi dengan tindakan manusia. Seluruh gereja, bukan hanya para rasul, ikut "menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil" (Kisah Para Rasul 8:4). Para diaken seperti Stefanus dan Filipus (Kisah Para Rasul 6:1-6) menjadi perkasa di dalam Roh Kudus dan iman, "mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak" (Kisah Para Rasul 6:8) bahkan sampai menggoncangkan beberapa kota dengan Injil (lih. Kisah Para Rasul 8:5-13). Umat yang saleh berdoa dengan tekun, melihat malaikat-malaikat, mendapatkan penglihatan, menyaksikan tanda dan mukjizat yang ajaib, mengusir setan-setan, menyembuhkan yang sakit serta memberitakan Injil dengan keberanian dan kekuasaan. Sekalipun di dalam gereja ada persoalan, seperti ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 15:1-41), dan kendatipun penganiayaan terus-menerus dari luar gereja oleh pemimpin agama dan penguasa sipil, nama Tuhan Yesus Kristus dimuliakan dalam perkataan dan tindakan dari kota yang satu ke kota yang lain. Dalam Kisah Para Rasul 1:1-12:25 pusat utama dari penjangkauan gereja adalah Yerusalem. Di situlah Petrus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil. Dalam Kisah Para Rasul 13:1-28:31 pusat utama penjangkauan gereja adalah Antiokhia di Siria; di situlah Paulus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil kepada orang yang bukan Yahudi. Kitab Kisah Para Rasul berakhir tiba-tiba dengan Paulus di Roma, sedang menunggu pengadilannya di depan Kaisar. Walaupun hasil pengadilan tertangguh, kitab ini diakhiri dengan nada kemenangan. Paulus masih tertawan, namun ia tetap memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus dengan berani tanpa rintangan (Kisah Para Rasul 28:31).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Kisah Para Rasul
Sembilan ciri utama menandai surat ini.
4.1 Gereja: kitab ini menyatakan sumber kuasa dan sifat sejati dari misi gereja, bersama beberapa prinsip yang harus menguasai gereja pada setiap angkatan.
4.2 Roh Kudus: oknum ketiga dari Trinitas disebut secara khusus lima puluh kali; baptisan dalam dan pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa ilahi (Kisah Para Rasul 1:8), keberanian (Kisah Para Rasul 4:31), ketakutan yang kudus akan Allah (Kisah Para Rasul 5:3,5,11), kebijaksanaan (Kisah Para Rasul 6:3,10), bimbingan (Kisah Para Rasul 16:6-10) dan karunia-karunia Roh (Kisah Para Rasul 19:6).
4.3 Amanat gereja mula-mula: Lukas dengan cermat mencatat khotbah-khotbah yang diilhamkan yang disampaikan oleh Petrus, Stefanus, Paulus, Yakobus dan orang lain yang memberikan pengetahuan tentang gereja mula-mula yang tidak terdapat dalam kitab-kitab PB lainnya.
4.4 Doa: Gereja mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap dan sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya luar biasa.
4.5 Tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan mukjizat-mukjizat: penyataan ini menyertai pekabaran Injil di dalam kuasa Roh Kudus.
4.6 Penganiayaan: pekabaran Injil dengan kuasa terus-menerus membangkitkan pertentangan dan penganiayaan, baik dari pihak agama maupun yang sekular.
4.7 Urutan Yahudi bukan Yahudi: sepanjang kitab ini Injil pertama-tama disampaikan kepada orang Yahudi, baru kepada bangsa-bangsa lainnya.
4.8 Wanita: keterlibatan wanita disebutkan secara khusus dalam pelaksanaan pelayanan gerejani.
4.9 Kemenangan: tembok pemisah (nasional, keagamaan, budaya, atau suku) dan pertentangan serta penganiayaan tidak dapat menahan meluasnya Injil.

5 Prinsip Hermeneutis Penulisan Kisah Para Rasul
Beberapa penafsir memandang kitab Kisah Para Rasul seolah di bawah suatu perjanjian dari PB yang lain, daripada melihatnya sebagai patokan Allah bagi gereja dan kesaksiannya selama seluruh periode yang disebut PB "hari-hari terakhir" (bd. Kisah Para Rasul 2:17). Kisah Para Rasul bukan saja buku sejarah dari gereja mula-mula, melainkan menjadi buku pedoman bagi kehidupan Kristen dan untuk gereja yang dipenuhi Roh. Orang percaya seharusnya mendambakan dan menantikan, sebagai norma atau patokan gereja masa kini, semua unsur pelayanan dan pengalaman gereja PB (kecuali penulisan PB); semuanya ini dapat dicapai apabila gereja bergerak dalam kuasa Roh yang penuh. Tidak ada sesuatu dalam Kisah Para Rasul atau PB yang mengatakan bahwa tanda-tanda, keajaiban-keajaiban, mukjizat-mukjizat, karunia-karunia rohani atau tolok ukur rasuli bagi kehidupan dan pelayanan gereja pada umumnya akan berhenti secara mendadak atau untuk selama-lamanya pada akhir masa para rasul. Kisah Para Rasul mencatat apa yang seharusnya gereja perbuat di dalam setiap generasi selama ia melanjutkan pelayanan Yesus dalam kuasa Pentakosta dari Roh Kudus (lihat Kisah Para Rasul 7:44).

6. Garis Besar Penulisan Kisah Para Rasul
Pendahuluan (Kisah Para Rasul 1:1-11)
I. Pencurahan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:12-2:41)
A. Persiapan untuk Perjanjian (Kisah Para rasul 1:12-26)
B. Hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-41)
II. Hari-Hari Permulaan Gereja di Yerusalem (Kisah Para Rasul 2:42-8:1a)
A. Ciri-Ciri Gereja Rasuli Setelah Pencurahan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:42-47)
B. Mukjizat Menakjubkan dan Dampak-Dampaknya (Kisah Para `Rasul 3:1-4:31)
C. Percobaan yang Berkelanjutan Dalam Hal Saling Membagi (Kisah Para Rasul 4:32-5:11)
D. Kesembuhan-Kesembuhan Lebih Lanjut dan Perlawanan Para Pemimpin Agama (Kisah Para rasul 5:12-42)
E. Pemilihan Tujuh Diaken (Kisah Para Rasul 6:1-7)
F. Stefanus: Syahid Kristen yang Pertama (Kisah Para rasul 6:8-8:1)
III. Penganiayaan Menghasilkan Pengembangan (Kisah Para Rasul 8:1-9:31)
A. Orang Kristen Tersebar di Seluruh Yudea dan Samaria (Kisah Para Rasul 8:1-4)
B. Filipus: Pelayanan Seorang Penginjil (Kisah Para Rasul 8:5-40)
C. Saulus dari Tarsus: Pertobatan Seorang Penganiaya (Kisah Para Rasul 9:1-31)
IV. Kekristenan Mulai Tersebar di Kalangan Orang Bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 9:32-12:25)
A. Pelayanan Petrus di Lida dan Yope (Kisah Para Rasul 9:32-43)
B. Pelayanan Petrus di Kaisarea (Kisah Para Rasul 10:1-48)
C. Laporan Petrus kepada Gereja di Yerusalem dan Tindakannya Disetujui (Kisah Para Rasul 11:1-18)
D. Antiokhia: Gereja Bukan Yahudi yang Pertama (Kisah Para Rasul 11:19-30)
E. Penganiayaan di Bawah Herodes Agripa I (Kisah Para Rasul 12:1-23)
F. Ringkasan Perkembangan Gereja (Kisah Para Rasul 12:24-25)
V. Perjalanan Misi Pertama Paulus (Kisah Para Rasul 13:1-14:28)
A. Paulus dan Barnabas Diutus oleh Gereja di Antiokhia (Kisah Para Rasul 13:1-3)
B. Wilayah Tertentu Diinjili (Kisah Para Rasul 13:4-14:28)
VI. Sidang di Yerusalem (Kisah Para rasul 15:1-35)
VII. Perjalanan Misi Kedua Paulus (Kiah Para Rasul 15:36-18:22)
A. Pertentangan Paulus dengan Barnabas (Kisah Para Rasul 15:36-40)
B. Wilayah Lama Dikunjungi Kembali (Kisah Para Rasul 15:41-16:5)
C. Penginjilan Wilayah Baru (Kisah Para Rasul 16:6-18:21)
D. Kembali ke Antiokhia di Siria (Kisah Para rasul 18:22)
VIII. Perjalanan Misi Ketiga Paulus (Kisah Para rasul 18:23-21:16)
A. Dalam Perjalanan ke Efesus (Kisah Para rasul 18:23). Sisipan: Pelayanan Apolos (Kisah Para Rasul 18:24-28)
B. Pelayanan yang Panjang di Efesus (Kisah Para Rasul 19:1-41)
C. Ke Makedonia, Yunani dan Kembali ke Makedonia (Kisah Para Rasul 20:1-5)
D. Kembali ke Yerusalem (Kisah Para Rasul 20:6-21:16)
IX. Penangkapan Paulus dan Pelayanannya Dalam Penjara (Kisah Para Rasul 21:17-28:31)
A. Di Yerusalem (Kisah Para rasul 21:17-23:35)
B. Di Kaisarea (Kisah Para Rasul 24:1-26:32)
C. Menuju ke Roma (Kisah Para rasul 27:1-28:15)
D. Di Roma (Kisah Para Rasul 28:16-31)




















BAB V
KESIMPULAN

Dengan demikian dalam mempelajari pengetahuan dan pembimbing atau pengantar Perjanjian Baru, mengajarkan kita agar dapat mengerti berita Perjanjian Baru dengan baik, bila kita memahami sedikit mengenai dunia yang pertama menerima berita ini. Oleh karena latar belakang kesusasteraan, politik, sosial, ekonomi, dan agama dari abad yang pertama merupakan konteks bagi pelayanan Allah di dalam Kristus.
Akan tetapi penafsiran Perjanjian Baru tidak melulu bergantung pada pengetahuan tentang zaman dahulu. Ajaran-ajarannya tetap mengikat, bukan karena peradaban modern secara kebetulan meniru kebudayaan dunia Yunani-Roma, melainkan karena hubungan manusia dengan Allah tetap sama, dan karena Allah yang abadi tidak mengubah sikap-Nya terhadap manusia.
Oleh karena itu saya yakin ketika Anda mempelajari mata kuliah ini akan memperoleh kemanfaatan, yakni: Mengetahui latar belakang Perjanjian Baru, Kanonisasi Perjanjian Baru, dan Masalah-masalah dasar Kitab Injil dan Kisah Para Rasul.

















TUGAS & PERTANYAAN - PERTANYAAN

Setiap mahasiswa-mahasiswi harus mengikuti petunjuk mengerjakan tugas.
1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran dengan teliti.
2. Bacalah Pertanyaan, lalu jawablah dengan jelas dan akurat.
3. Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Pembimbing di sekretariat Institut Teologi & Kepemimpinan Rahmat Emmanuel Program Ekstensi.

I. Tugas
Buatlah makalah / paper sebanyak 10 halaman, kertas kuarto, 1,5 spasi dengan judul pilihan:
1. Pandangan saya terhadap latar belakang Perjanjian Baru.
2. Pandangan saya terhadap kanonisasi Perjanjian Baru.
3. Pandangan saya terhadap masalah-masalah dasar kitab Injil dan Kisah Para Rasul.
II. Pertanyaan - Pertanyaan
1. Jelaskanlah kehidupan politik masa Perjanjian Baru.
2. Jelaskanlah kehidupan sosial masa Perjanjian Baru.
3. Jelaskanlah kehidupan ekonomi masa Perjanjian Baru.
4. Jelaskan kehidupan kesusasteraan masa Perjanjian Baru.
5. Jelaskan kehidupan agama masa Perjanjian Baru.
6. Jelaskan aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme (kaum parisi)
7. Jelaskan aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme (kaum saduki)
8. Jelaskan aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme (kaum zelot)
9. Jelaskan aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme (kaum eseni)
10. Jelaskan aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme (kaum helenis)
11. Jelaskan hari-hari raya Yahudi.
12. Jelaskan apa itu kanon Alkitab?
13. Jelaskan kapan terjadinya kanon Alkitab?
14. Jelaskan kapan peristiwa penerimaan Gereja terhadap kanon Alkitab?
15. Jelaskan bagaimana sejarah kanon PL dan PB?
16. Jelaskan mengapa menolak kitab-kitab apokrifa PL dan PB?
17. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan teori sumber?
18. Jelaskan siapa penulis Injil Matius, tanggal penulisan dan tujuan penulisan.
19. Jelaskan siapa penulis Injil Markus, tanggal penulisan dan tujuan penulisan.
20. Jelaskan siapa penulis Injil Lukas, tanggal penulisan dan tujuan penulisan.
21. Jelaskan siapa penulis Injil Yohanes, tanggal penulisan dan tujuan penulisan.
22. Jelaskan siapa penulis Kisah Para Rasul, tanggal penulisan dan tujuan penulisan.

SELAMAT BEKERJA TUHAN YESUS MEMBERKATI
MENTOR : PDT. DR. JOHN VIRGIL MILLA, D.TH.
Hp: 081319699336 - 081934170793







[1]John Virgil M.Milla, Handbook Of Homiletic, YAKI, 2004, 61.
[2] M.E. Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru.
[3] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru