Selasa, 06 Oktober 2009

PENGANTAR PERJANJIAN BARU 2

PENGANTAR PERJANJIAN BARU 2
Pdt. DR. John Virgil Milla, D.Th.

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan pembimbing Perjanjian Baru atau pengantar Perjanjian Baru 2, sebagai kelanjutan dari pengantar Perjanjian Baru 1, adalah bagian dalam ilmu Teologia Biblika yang baru dikenal secara umum pada abad ke 19. Tidak dapat dipungkiri sumbangsih ilmu ini sangat besar khususnya dalam penyediaan bahan-bahan penting yang dapat menolong kita menyelidiki dan menafsirkan Alkitab Perjanjian Baru secara bertanggung jawab.
Di antara orang-orang percaya dari golongan Injili selalu terdapat keyakinan yang mendalam bahwa pengetahuan yang luas mengenai Alkitab merupakan bagian yang integral dari pendidikan dasar. Materi yang dipelajari di rumah atau di sekolah Minggu perlu diperkuat oleh pelajaran di Sekolah Teologia atau Sekolah Alkitab agar iman orang percaya yang berusia muda itu menjadi komprehensip dan mantap.
Di dalam tulisan ini karangan dalam Perjanjian Baru telah ditempatkan dalam lingkungannya dan telah diuraikan secara garis besar sehingga pembaca dengan mudah dapat mengetahui arah pemikirannya. Oleh karena tujuan penulisan ini untuk penyelidikan bagi siswa sebuah pedoman singkat kepada fakta-fakta penting untuk menafsirkan Alkitab khususnya Perjanjian Baru bagi dirinya sendidri. Sama seperti sida-sida Etiopia yang meminta agar seorang membimbing dia pada awal penyelidikannya akan firman yang tertulis, demikian juga siswa zaman sekarang memerlukan penolong atau pedoman agar dapat melewati hal-hal yang membinggungkan yang sedang dihadapinya.


BAB I
PAULUS & KEHIDUPANNYA

Setelah pendahuluan selanjutnya kita mempelajari bab satu yakni Paulus dan Kehidupannya, yang mencakup: Tokoh Paulus, sumber-sumber dan kronologis, sejarah hidup Paulus, pribadi Paulus dan teologi Paulus yang diuraikan berurutan di bawah ini.

A. Tokoh Paulus
Paulus juga dipanggil Saulus (Kisah Para Rasul 13:9). Orang Farisi dari Tarsus (Kisah Para rasul 9:11; Filipi 3:5). Dididik di bawah Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3). Rasul (dalam Galatia 1:1-24). Setuju Stefanus dibunuh (Kisah Para Rasul 8:1; 22:20). Menganiaya jemaat (Kisah Para Rasul 8:3; 9:1,2; 22:4-5; 26:10-11; 1Korintus 15:9; Galatia 1:13; Filipi 3:6).Penglihatan tentang Yesus di jalan ke Damsyik (Kisah Para Rasul 9:3-19; 22:6-16; 26:12-18). Ke tanah Arab, kembali ke Damsyik (Galatia 1:17). Berkhotbah di Damsyik; luput kematian dalam sebuah keranjang dari atas tembok (Kisah Para Rasul 9:19-25). Di Yerusalem; dikirim kembali ke Tarsus (Kisah Para Rasul 9:26-30). Di bawah ke Antiokhia oleh Barnabas (Kisah Para Rasul 11:22-26).
Perjalanan misi pertama ke Kiprus dan Galatia (dalam Kisah Para Rasul 13:1-14:28). Dilempari batu di Listra (Kisah Para Rasul 14:19-20). Hadir sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:1-29; Galatia 2:1-10). Berpisah dari Barnabas karena Markus (Kisah Para Rasul 15:36-41).
Perjalanan misi kedua bersama Silas (dalam Kisah Para Rasul 16:1-20:38). Panggilan ke Makedonia (Kisah Para Rasul 16:6-10). Dibebaskan dari penjara di Filipi (Kisah Para Rasul 16:16-40). Di Tesalonika (Kisah Para Rasul 17:1-9). Khotbahnya di Atena (Kisah Para Rasul 17:16-33). Di Korintus (dalam Kisah Para Rasul 18:1-28\). Di Efesus (dalam Kisah Para Rasul 19:1-41). Kembali ke Yerusalem (dalam Kisah Para Rasul 20:1-38). Perpisahan dengan para penatua di Efesus (Kisah Para Rasul 20:13-38). Tiba di Yerusalem (Kisah Para Rasul 21:1-26), ditangkap (Kisah Para Rasul 21:27-36). Bicara kepada orang banyak (dalam Kisah Para Rasul 22:1-30), di hadapan Mahkamah Agama (Kisah Para rasul 23:1-11). Dipindahkan ke Kaisarea (Kisah Para Rasul 23:12-35). Dihadapan Feliks (dalam Kisah Para Rasul 24:1-27), Festus (Kisah Para Rasul 25:1-12), Agripa (Kisah Para Rasul 25:13-26:32). Perjalanan ke Roma; kapal terkandas (dalam Kisah Para Rasul 27:1-44). Tiba di Roma (dalam Kisah Para Rasul 28:1-31).
Surat-surat Kiriman: Roma, 1 dan 2 Korintus, Galatia, Efesus, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika, 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon. Rasul Yesus Kristus yang dahulu bernama Saulus (Kisah Para Rasul 7:58). Ia termasuk golongan Farisi -dan turut menganiaya jemaat Kristen. Ia bertobat dan dipanggil menjadi rasul, khususnya di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 9:1-43; Galatia 1:13-16). Ia melakukan perjalanan-perjalanan untuk menyebarkan Injil dan mendirikan jemaat-jemaat. Untuk memelihara jemaat-jemaat itu ia menulis surat-suratnya.
1. kehidupan sebelumnya, lahir di Tarsus (Kisah Para Rasul 22:3); saudara perempuannya (Kisah Para Rasul 23:16); belajar di Yerusalem di bawah bimbingan Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3); pembuat kemah (Kisah Para Rasul 18:3); menyetujui/membenarkan kematian Stefanus (Kisah Para Rasul 7:58; 8:1); menganiaya orang Kristen (Kisah Para rasul 8:3; 22:4-5; 26:10-11; lihat juga 1Korintus 15:9; Galatia 1:13; Filipi 3:6; 1Timotius 1:13)
2. pertobatan (Kisah Para Rasul 9:3-19; 22:6-16; 26:12-18)
3. awal pelayanan di Arab (Galatia 1:17); di Damsyik (Kisah Para Rasul 9:19-25; 26:20; 2Korintus 11:32-33; Galatia1:17); di Yerusalem (Kisah Para Rasul 9:26-29; 26:20; Galatia 1:18-19); di Tarsus (Kisah Para Rasul 9:30); di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:25-30; 12:25)
4. kegiatan penginjilan, perjalanan pertama (Kisah Para Rasul 13:1-14:28); sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:1-29; Galatia 2:1-10); perjalanan kedua (Kisah Para Rasul 15:36-18:23); perjalanan ketiga (Kisah Para Rasul 18:23-20:38); kembali ke Yerusalem (Kisah Para Rasul 21:1-26)
5. ditangkap dan dipenjarakan: ditangkap di Yerusalem (Kisah Para Rasul 21:27-23:22); dipenjarakan dan diadili di Kaisarea (Kisah Para Rasul 23:23-26:32); pelayaran ke Roma (Kisah Para Rasul 27:1-28:16); pelayanan di Roma (Kisah Para Rasul 28:17-31).

B. Sumber-Sumber & Kronologis
1. Sumber-sumber untuk biografi Paulus terutama adalah surat-surat Paulus dan Kisah Para Rasul. Adapun surat-surat yang pasti berasal dari Paulus adalah: Roma, 1 & 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Filemon, 1&2 Tesalonika, dan Ssurat-surat Pastoral.
2. Tidak sepucukpun surat Paulus yang diwariskan kepada kita mempunyai ketentuan tanggal yang pasti, sehingga memungkinkan pembuatan kronologis hidup Paulus yang tepat.
Memang ada dua buah kepastian tanggal yang tepat di dalam Kisah Para Rasul.: Kematian Herodes Agripa (tahun 44; Kisah Para Rasul 12:20-23) dan periode jabatan Prokonsul Gallio (tahun 50/51 atau tahun 52/53; Kisah Para Rasul 18:12-17). Apabila Paulus dihadapkan Gallio pada bulan Juni/Juli tahun 52, maka dapat dikatakan, bahwa ia datang di Korintus menjelang akhir tahun 50 atau awal tahun 51 (Korintus 18:11). Dengan demikian, konsili para Rasul (tahun 15; Galatia 2:1-10) dapat ditentukan tanggalnya pada tahun 49 dan tobatnya Paulus yang ditentukan 14 (atau 17) tahun sebelumnya (Galatia 2:1; bdk.: Galatia 1:18), yakni sekitar tahun 35/36 atau 33/34. Perjalanan misionarisnya yang ketiga barangkali dimulai pada tahun 53. Perjalanan itu berlangsung lebih kurang lima tahun. Tiga tahun dilakukannya di Efesus (Kisah Para Rasul 19:8,10; 20:31). Dan berakhirnya perjalanan itu di Yerusalem, dimana Paulus lalu ditangkap. Di Yerusalem dan di Kaisarea ia ditahan oleh Feliks (Kisah Para Rasul 24:23) dan Festus selama dua tahun (Kisah Para Rasul 24:27). Ia lalu dikirim ke Roma. Musim semi tahun 61 ia tiba di Roma dan tinggal di dalam penjara menjalani hukuman yang agak ringan selama dua tahun (Kisah Para Rasul 28:17-31). Penahanan ini barangkali diakhiri dengan sebuah pelepasan (Filemon 1:22). Paulus lalu melanjutkan karyanya pada tahun-tahun berikut sampai pada pelaksanaan pembunuhannya. Pada tahun-tahun tersebut hanya ditemukan berita-berita dari surat-surat Gembala. Kebanyakan menyebutkan tahun 67 sebagai tahun kematian Paulus (: sudah sejak Eusibius). Surat-surat tertua (1/2Tesalonika) ditulis tahun 51/52. Dan Galatia maupun 1Kointus 54/57; 2Korintus dari tahun 57; Roma ditulisnya akhir tahun 57 atau awal 58; surat-surat dari penjara sekitar tahun 61/63.

C. Sejarah Hidup Paulus
1. Asal dan masa mudanya Paulus dilahirkan di Tarsus daerah Silisia, sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani (Kisah Para Rasul 21:39). Ia berasal dari sebuah keluarga Yahudi (Filipi 3:5) yang berbahasa Aram (Kisah Para Rasul 13:9) dan kaya (Kisah Para Rasul 22:28). Pada saat kematian Stefanus (tahun 33/34 atau tahun 35/36) Paulus masih "seorang pemuda", artinya kira-kira baru umur 30 tahun sehingga ia diperkirakan lahir pada tahun-tahun pertama perhitungan waktu Kristen. Hari ke-8 setelah lahir ia disunati (Filipi 3:5) dan diberi nama Saul (nama Romawi: Paulus: Kisah Para Rasul 13:9). Sejak kecil ia belajar bahasa Yunani, bahasa pergaulan di Tarsus. Sekitar umur 15 tahun ia diperkirakan datang ke Yerusalem dan menjadi pengikut seorang yang giat dari golongan kaum Farisi (Kisah Para Rasul 22:3; Galatia 1:14). Sesuai dengan kebiasaan Yahudi ia belajar mengerjakan salah satu pekerjaan tangan (ia adalah seorang pembuat kemah; Kisah Para Rasul 18:3) yang dilakukannya di tengah-tengah kesibukan karya kerasulannya, dan dipakainya untuk penghidupan (Kisah Para Rasul 18:3; 1Korintus 4:12; 1Tesalonika 2:9) sehingga ia tidak tergantung pada siapapun juga (1Korintus 9:15).
2. Paulus yakin, bahwa ia harus melakukan pengejaran terhadap para pengikut pewarta kristen purba. Yang paling penting adalah bertobatnya. Paulus sendiri menyatakan, bahwa ia bertobat karena digerakkan oleh sebuah wahyu khusus dari Kristus (1Korintus 15:8; Galatia 1:15-16; bdk.: Galatia 9:1). Pernyataan itu sesuai dengan kesaksian (Kisah Para Rasul 9:3-6; 22:6 dst.; Kisah Para Rasul 23:13-18). Di dalam wahyu khusus Kristus itu Paulus sekaligus dipanggil menjadi rasul orang kafir (bdk. Roma 15:15-16; Galatia 2:7 dst.). Bagi Paulus panggilannya lewat wahyu khusus dari Kristus yang telah bangkit memberinya nilai kedudukan rasul yang sama dengan para Rasul terdahulu lainnya (2Korintus 10:1-13; Gal 1:1-2:21).
3. Menurut Galatia 1:17 Paulus segera pergi ke tanah Arab setelah pengalamannya di Damsyik. Kemudian waktu, setelah ia pulang kembali ke Damsyik, ia lalu meninggalkannya lagi bukan atas kemauannya sendiri, melainkan ia harus mengungsi ke Yerusalem disebabkan oleh penguasa yang menjadi wakil raja Aretas (2Korintus 11:32-33). Tidak lama kemudian ia berangkat dari situ untuk pergi kembali ke daerah Siria dan Silisia tanpa mengadakan hubungan dengan jemaat-jemaat Yahudi (Galatia 1:18-24). Dari Tarsus Paulus dibawa Barnabas ke Antiokhia. Kedua-duanya bekerja dengan rajin dan memperoleh hasil selama waktu setahun (Kisah Para Rasul 11:25-26). Dari situlah Paulus berangkat melakukan berbagai perjalanan misionaris.
3.1 Perjalanan misionaris pertama (tahun 44-49; Kisah Para Rasul 13:1-14:28). Semula Paulus pergi bersama Barnabas ke Siprus. Kemudian mereka pergi ke Asia Kecil lewat Ikonium dan Listra ke Derbe. Mereka pulang lewat jalan keberangkatannya kembali ke Antiokhia. Masalah yang menjadi bahan pertentangan adalah: Apakah orang kristen asal kafir ikut dituntut memenuhi hukum PL, terutama melaksanakan sunat. Hal itu diputuskan di dalam --Konsili para Rasul (tahun 49) sesuai dengan pandangan Paulus. Sekaligus ia diakui sebagai rasul untuk orang-orang kafir, seperti Petrus untuk orang-orang Yahudi (Galatia 2:7).
3.2 Perjalanan misionaris kedua (tahun 49-52; Kisah Para Rasul 15:36-18:22). Paulus pergi menuju benua Eropa lewat Asia Kecil dengan ditemani Silas dan Timotius. Paulus mendirikan sebuah jemaat yang hampir melulu terdiri dari orang kristen asal kafir (Kis 16:11-40; 1Tesalonika 2:2). Di Tesalonika Paulus menimbulkan sebuah permusuhan luar biasa dari pihak orang-orang Yahudi: Ia digugatkan kepemimpin kota. Atas adanya gugatan itu Paulus harus meninggalkan kota dan melanjutkan perjalanan ke Athena. Ia sedih sekali (1Tesalonika 3:3-4) dan setengahnya putus harapan (bdk: 1Korintus 2:3) atas kegagalannya di Athena. Putusannya sudah tetap untuk meninggalkan jalan kefasihan serta kebijaksanaan manusiawi, waktu ia datang di Korintus (Korintus 2:2-3). Di situ ia tinggal di rumah Akwila dan Priskila. Beberapa orang Yahudi dan banyak orang kafir ditobatkannya, terutama dari kalangan masyarakat rendahan (1Korintus 1:26). Diperkirakan, bahwa pada pertengahan tahun 52 ia digugatkan oleh orang-orang Yahudi pada Gallio. Ia dituduh sebagai penyebar agama "yang melawan hukum".Gallio menolak gugatan mereka. Paulus lalu pergi ke Antiokhia.
3.3 Dari Antiokhia Paulus berangkat untuk perjalanan misionarisnya yang ketiga (1Korintus 53-58; Kisah Para Rasul 18:23; 21:14), yang dilakukannya melintasi Asia Kecil menuju ke Efesus. Di situ ia tinggal selama tiga tahun dan "ada banyak kesempatan baginya untuk melakukan pekerjaan yang besar dan penting" (1Korintus 16:9). Di situ pula ditulisnya surat kepada jemaat di Galatia dan surat pertama kepada jemaat di Korintus. Ia terpaksa pergi karena timbulnya sebuah pengejaran. Kemudian ia datang di Korintus lewat Makedonia (Kisah Para Rasul 20:3). Ia berangkat ke Yerusalem membawa dana seraya dipenuhi berbagai macam pikiran (Kisah Para Rasul 20:13-21:17). Ia mengandung maksud untuk berada di Yerusalem pada hari Pentekosta. Di situ ia ditangkap karena menajiskan kenisah (Kisah Rasul 21:27-34).
4. Ketika berada di penjara. (Kisah Para Rasul 16:19-40; 21:17-28:31). Dari Yerusalem Paulus dibawa ke Prokurator Feliks di Kaisarea dengan penjagaan ketat. Di situ ia tinggal dua tahun di dalam penjara. Waktu Festus menggantikan Feliks, Paulus naik banding pada Kaisar. Oleh sebab itu ia perlu dikirim ke (tahun 60) Roma (Kisah Para Rasul 23:23-28:14). Dari Roma ditulisnya surat-surat penjara: Efesus., Kolose., Filemon, dan barangkali juga Filipi. Dalam kedua surat terakhir menyingsinglah harapan akan pembebasan yang sudah dekat (Filipi 1:26; 2:24; Filemon 1:22). Kisah para Rasul nampaknya juga menyindir hal itu. Mengenai tahun-tahun terakhir hidup Paulus, di luar keterangan dari Klemens dari Roma, kita hanya dapat mengetahuinya dari ungkapan-ungkapan yang secara kebetulan timbul di dalam surat-surat Gembala.

D. Pribadi Paulus
1. Pribadi manusiawi. Paulus hanya dapat ditangkap dari peristiwa yang disebut pengalamannya di Damsyik. Sampai pada kebatinannya yang sedalam-dalamnya ia terbawa oleh bimbingan Tuhan lewat wahyu Kristus (Galatia 1:15-16; 2:20; Filipi 3:12), menjadi "budak Kristus Yesus" (Roma 1:1; Gal 1:1). Hubungannya dengan orang-orang lain secara keseluruhan ditentukan oleh pengalamannya akan Allah di Damsyik (1Korintus 9:22; bdk.: Roma 15:1-3; Filipi 2:1 dst.).

Figur – 1








2. Surat-surat Paulus itu pada pandangan pertama bermaksud menjadi bantuan bagi jemaat-jemaat yang bersangkutan. Itulah sebabnya, bahwa di dalam surat-surat itu hanya dibicarakan masalah-masalah tertentu yang sudah dipilihnya dan kadang-kadang dijawabnya dengan semangat yang meluap-luap. Oleh karenanya dapatlah ditangkap bahwa bukan hanya corak bahasa yang tidak sama tingginya, atau kalimat-kalimat yang dipotong secara mendadak dan lain-lain, melainkan juga ada pertentangan antara berbagai ungkapan di dalam masing-masing surat.

E. Teologi Paulus
1. Sumber-sumbernya. Tidak dapat disangkal lagi adanya hubungan yang akrab sekali antara jalan pikiran Paulus dengan jalan pikiran Farisi Palestina (:berpikir dalam istilah ganda yang saling berlawanan; uraian Alkitab; Roma 3:10-18; 1Korintus 10:1-5; Galatia 4:21-26,30). Perlu diperhitungkan pula pengaruh aliran-aliran apokaliptis tertentu (Roma 5:14; 1Korintus 15:26-28,45), maupun teologi yang kita temui di dalam Kitab-kitab Kumran. Berlawanan dengan karya-karya awal abad 20, kini dinilai lebih kecil ketergantungan Paulus pada kesalehan misteri Helenisme. Sebaliknya kini lebih jelas diakui, betapa kuat Paulus diwarnai oleh warisan rasuli lain yang lebih tua (1Korintus 11:23-27; 15:3-7; Filipi 2:6-11; bdk.: Roma 1:3-4). Di situ hubungan Paulus dengan Yesus yang menyejarah tetap merupakan masalah (2Korintus 5:8).
2. Pesannya. Meskipun tidak mungkin memperkembangkan sebuah sistim theologinya lewat surat-suratnya, namun surat-surat itu menunjukkan pengertian-pengertian dasar tertentu, yang khas bagi Paulus. Secara menyeluruh kunci theologinya dibentuk dari Kristus yang disalibkan dan bangkit dari maut. Allah telah memanggil dan memberi kemampuan pada Paulus menjadi rasul Kristus (Galatia 1:15). Oleh karena itu Kristus-lah satu-satunya isi Injilnya (Roma 1:16-17; 1Korintus 1:17). Hanya di dalam Kristus berpancarlah pengetahuan Allah yang sebenarnya bagi Paulus (2Korintus 4:6). Di dalam penderitaan dan kematian Kristus terletaklah wahyu akan kehendak Allah yang menyelamatkan dengan tanpa syarat (Roma 3:25; 8:3-4). Di dalam kebangkitanNya dan pemuliaanNya nampaklah tanda dan jaminan kemenangan tetap dari belas kasih illahi (Roma 8:31-39), yang bermaksud mendamaikan kita denganNya (2Korintus 5:18-21). Di dalam dasar itulah Paulus tidak lelah-lelahnya menekankan rahmat penebusan (Galatia 2:16) yang diberikanNya secara gratis. Oleh rahmat itulah manusia dibebaskan dari tuntutan hukum yang tidak kenal ampun (Galatia 3:10,13; Kolose 2:14). Hanya iman manusia yang penuh percaya masih tetap merupakan jawaban yang sesuai dengan karya Tuhan yang penuh rahmat (Roma 1:17; 3:28; 4:18 dst. dll.). Di sini tidak ada pertentangan dengan Yakobus 2:14-19 karena jelas dibuktikan oleh Roma 7:4; Galatia 5:22; Filipi 1:11 dll. Umum mengakui hal ini. Karya keselamatan Allah yang tidak mengenal batas itu mengandung arti pula bagi Paulus, bahwa setiap orang selaku anggota umat manusia, ikut ambil bagian di dalam keselamatan illahi (Roms 5:12-19; 1Korintus 15:21-23,45-49). Seluruh umat manusia dipersatukan dan dibangun Kristus di dalam tubuhNya (Efesus 2:16; Kolose 1:18). Atas dasar itu kesatuan gereja merupakan salah satu puncak tertinggi dari perhatian rasul (1Korintus 1:10 dst.;1Korintus 3:3-4; 11:17-22; bdk.: Roma 15:5; Filipi 2:1-5; Efesus 4:1-32). Akhirnya keseluruhan pelayanan bagi Allah ditanggung oleh kesadaran orang, bahwa ia ada di dalam perjalanan menuju Allah keselamatan itu dan menuju Yesus Kristus, Tuhannya (Filipi 1:23; 2:16). Meskipun harapannya atas kedatangan Kristus berubah (bdk.: Filipi 1:23; 1Tesalonika 4:15 dst.), namun bagi Paulus tetap ada sebuah kepastian, bahwa pada akhirnya Allah akan menjadi "segala dalam segalanya" (1Korintus 15:24-28).

BAB II
PAULUS DAN SURAT-SURATNYA KEPADA JEMAAT

Setelah mempelajari bab satu yakni Paulus dan kehidupannya, maka pada bab dua ini kita mempelajari Paulus dan surat-suratnya kepada jemaat, yang mencakup: Surat Roma, surat 1 & 2 Korintus, surat Galatia, surat Efesus, surat Filipi, surat Kolose, dan surat 1 & 2 Tesalonika yang diuraikan berurutan di bawah ini.

A. Surat Roma
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan : Sekitar tahun 57

1. Latar Belakang Penulisan Surat Roma
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh.

Figur – 2






Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orangdari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Roma 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Roma 1:13-15; 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Roma 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (Roma 15:25-26; Kisah Para rasul 20:2-3; 1Korintus 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Roma 16:23; 1Korintus 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Roma 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta Kisah Para rasul 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Roma 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Roma 15:24,28).

2. Tujuan Penulisan Surat Roma
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya ganda, yakni:
2.1 Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (Roma 3:8; 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
2.2 Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (Roma 2:1-29; 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (Roma 11:11-36).

3. Survai Penulisan Surat Roma
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Roma 1:16-17, yakni bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Roma 1:18-3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Roma 3:21-4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (Roma 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (Roma 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (Roma 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (Roma 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (Roma 9:1-11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (Roma 12:1-14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (Roma 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (Roma 16:1-27).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Roma
Terdapat tujuh ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
4.2 Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (Roma 3:1,4-6,9,31).
4.3 Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
4.4 Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Roma 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
4.5 Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
(1) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Roma 1:1-5:11), dan
(2) prinsip "dosa" (Yunani: ἁμαρτία / hamartia / ham-ar-tee'-ah)[1], yakni kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Roma 5:12-8:39).
4.6 Roma 8:1-39 adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
4.7 Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (Roma 9:1-11:36).

5. Garis Besar Penulisan Surat Roma
Pendahuluan (Roma 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran (Roma 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi (Roma 1:18-32)
B. Kebutuhan Orang Yahudi (Roma 2:1-3:8)
C. Kebutuhan Semua Orang (Roma 3:9-20)
II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah (Roma 3:21-5:21)
A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan (Roma 3:21-31)
B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham (Roma 4:1-25)
C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran (Roma 5:1-11)
D. Adam dan Kristus Dibandingkan (Roma 5:12-21)
1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman (Roma 6:1-8:39)
A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa (Roma 6:1-23)
1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa (Roma 6:1-14)
2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran (Roma 6:15-23)
B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat (Roma 7:1-25)
C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan (Roma 8:1-39)
IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel (Roma 9:1-11:36)
A. Persoalan Penolakan Israel (Roma 9:1-10:21)
B. Kemenangan Rencana Allah (Roma 11:1-36)
V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman (Roma 12:1-15:13)
A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri (Roma 12:1-2)
B. Orang Percaya dan Masyarakat (Roma 12:3-21)
C. Orang Percaya dan Pemerintah (Roma 13:1-7)
D. Orang Percaya dan Hukum Kasih (Roma 13:8-15:13)
Penutup (Roma 15:14-16:27)

B. Surat 1 Korintus
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan : Tahun 55/56

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Korintus
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Figur – 3





Bersama dengan Priskila dan Akwila (1 Korintus 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kisah Para Rasul 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kisah Para Rasul 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi. Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kisah Para Rasul 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kisah Para Rasul 18:23-21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Korintus 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Korintus 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Korintus 7:1; bd. 1Kor 8:1; 12:1; 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Korintus
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
2.1 Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
2.2 Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.

3. Survai Penulisan Surat 1 Korintus
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Korintus 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Korintus 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Korintus 1:10-13; 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Korintus 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Korintus 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (1Korintus 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (1Korintus 8:1-13; 1Korintus 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (1Korintus 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (1Korintus 11:1-14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Korintus 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (1Korintus 12:1-14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (1Korintus 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (Korintus 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Korintus 12:28-30) keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Korintus 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Korintus 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (1Korintus 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Korintus 12:7; 14:4-6,26).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Korintus
Lima ciri utama menandai surat ini:
4.1 Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal, di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (1Korintus 1:10; 6:17,20; 7:7; 9:24-27; 1Korintus 10:31-32; 14:1-10; 15:22-23).
4.2 Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
4.3 Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (1Korintus 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Korintus 10:16-21; 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (1Korintus 12:1-31; 14:1-40); kasih agape (1Korintus 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (1Korintus 15:1-58).
4.4 Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang
4.5 Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Korintus 6:9-10; 9:24-27; 10:5-12,20-21; 15:1-2).


5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Korintus
Pendahuluan (1Korintus 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus (1Korintus 1:10-6:20)
A. Perpecahan dalam Jemaat (1Korintus 1:10-4:21)
1. Empat Golongan (1Korintus 1:10-17)
2. Penyebab Perpecahan (1Korintus 1:18-4:5)
a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat (1Korintus 1:18-3:4)
b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen (1Korintus 3:5-4:5)
3. Imbauan untuk Berdamai (1Korintus 4:6-21). Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus ( 1Korintus 12:12-20) tidak boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah (1Korintus 1:10,13)
B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat (1Korintus 5:1-6:20)
1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja (1Korintus 5:1-13)
2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen (1Kointus 6:1-11)
3. Masalah Kebejatan Seksual (1Korintus 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia (1Korintus 6:17,20)
II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus (1Korintus 7:1-16:9)
A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan (1Korintus 7:1-40)
1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang (1Korintus 7:1-9)
2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan (1Korintus 7:10-16)
3. Prinsip Kepuasan Hati (1Korintus 7:17-24)
4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah (1Korintus 7:25-38)
5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang (1Korintus 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya (1Korintus 7:7,32)
B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen (1Korintus 8:1-11:1)
1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala (1Korintus 8:1-13)
2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya (1Korintus 9:1-27)
3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan (1Korintus 10:1-13)
4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan(1Korintus 10:14-23)
5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis (1Korintus 10:24-11:1)Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan orang lain tersandung (1Korintus 10:31-32) atau mungkin saudaradidiskualifikasi dari pertandingan (1Korintus 9:24-27)
C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama (1Korintus 11:2-14:40)
1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat (1Korintus 11:2-16)
2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan (1Korintus 11:17-34)
3. Karunia-Karunia Rohani (1Korintus 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur (1Korintus 14:40)
D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan (1Korintus 15:1-58)
1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada Kebangkitan Orang Mati? (1Korintus 15:12)
J. Kepastian Kebangkitan (1Korintus 15:1-34) Mereka Akan Datang Kembali? (1Korintus 15:35)
2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah Mereka Akan Datang Kembali? (1Korintus 15:35)
J. Sifat Tubuh Kebangkitan (1Korintus 15:35-57)
3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu (1Korintus 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali (1Korintus 15:22-23)
E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus (1Korintus 16:1-9)
Pengarahan-Pengarahan Akhir (1Korintus 16:10-24)

C. Surat 2 Korintus
Penulis : Paulus
Tema : Kemuliaan Melalui Penderitaan
Tanggal Penulisan : Tahun 55/56

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Korintus
Paulus menulis surat kiriman ini kepada jemaat di Korintus dan kepada orang percaya di seluruh Akhaya (2Korintus 1:1), dengan menyebut namanya sendiri sebanyak dua kali (2Korintus 1:1; 10:1). Setelah mendirikan jemaat di Korintus selama perjalanan misinya yang kedua, Paulus dan jemaat itu sering berhubungan karena masalah dalam jemaat.
Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan 2 Korintus adalah sebagai berikut:
1.1 Setelah beberapa kali berhubungan dan surat-menyurat yang awal diantara Paulus dengan jemaat itu (misalnya: 1Korintus 1:11; 5:9; 7:1), maka Paulus menulis surat 1 Korintus dari Efesus (awal tahun 55/56).
1.2 Berikut, Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani masalah yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan ini diantara 1 dan 2 Korintus (2Korintus 13:1-2) merupakan suatu kunjungan yang tak menyenangkan, baik bagi Paulus maupun bagi jemaat itu (2Korintus 2:1-2).
1.3 Setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di Efesus bahwa para wewenang rasulinya, dengan harapan agar mereka dapat membujuk sebagian jemaat itu untuk menolak Paulus.
1.4 Sebagai tanggapan terhadap laporan ini, Paulus menulis surat 2 Korintus dari Makedonia (akhir tahun 55/56).
1.5 Segera sesudah itu, Paulus mengadakan perjalanan ke Korintus lagi (2Korintus 13:1), dan tinggal di situ selama lebih kurang tiga bulan (Kisah Para Rasul 20:1-3a). Dari situ ia menulis kitab Roma.

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Korintus
Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang di Korintus.
2.1 Pertama, ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka.
2.2 Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara menentang dia secara pribadi dengan harapan dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan untuk memutarbalikkan beritanya.
2.3 Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang dipengaruhi oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih lanjut.

Figur – 4





Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan datang.

3. Survai Penulisan Surat 2Korintus
Kitab 2 Korintus mempunyai tiga bagian utama.
3.1 Pada bagian pertama (Korintus 1:1-7:16), Paulus mulai dengan mengucap syukur kepada Allah atas penghiburan yang dikaruniakan-Nya di tengah-tengah penderitaan untuk Injil, memuji jemaat Korintus karena mendisiplinkan orang yang berbuat dosa serius sambil mempertahankan integritas Paulus dalam kaitan dengan perubahan rencana perjalanannya. Dalam 2Korintus 3:1-6:10 Paulus menyumbangkan pengertian yang paling luas dalam PB mengenai sifat yang benar dari pelayanan Kristen. Ia menekankan pentingnya pemisahan dari dunia ini (2Korintus 6:11-7:1) dan mengungkapkan sukacitanya ketika mendengar dari Titus tentang pertobatan banyak anggota jemaat di Korintus yang sebelumnya telah menentang wewenangnya (2Korintus 7:1-16).
3.2 Di pasal 8, 9; (2Korintus 8:1-24 dan 2Kor 9:1-15), Paulus menasihati jemaat Korintus untuk menandingi kemurahan hati orang Makedonia yang dengan sepenuh hati telah menyumbangkan persembahan yang telah dikumpulkannya untuk orang Kristen yang menderita di Yerusalem.
3.3 Pada pasal 10, 13; (2Korintus 10:1-13:13), nada surat berubah. Di sini Paulus mempertahankan kerasulannya dengan menguraikan panggilannya, kualifikasi, dan penderitaannya sebagai seorang rasul yang benar. Dengan ini Paulus mengharapkan jemaat Korintus akan mengenal rasul-rasul palsu di antara mereka dan dengan demikian mereka dapat luput dari disiplin yang lebih lanjut ketika ia sendiri datang lagi. Paulus mengakhiri kitab 2 Korintus dengan satu-satunya ucapan berkat yang menyinggung Trinitas dalam PB (2Korintus13:14).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Korintus
Empat ciri utama menandai surat ini:
4.1 Kitab ini merupakan surat yang paling banyak memberitahukan riwayat hidup Paulus. Banyak petunjuk pada dirinya ini, dibuatnya dengan rendah hati, minta maaf dan bahkan mengingat situasi yang ada di Korintus.
4.2 Kitab ini melampaui semua surat kiriman lain dari Paulus dalam hal menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak rohaninya.
4.3 Kitab ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai penderitaan Kristen (2Korintus 1:3-11; 4:7-18; 6:3-10; 11:23-30; 12:1-10) dan mengenai hal memberi secara kristiani (2Korintus 8:1-9:15).
4.4 Istilah-istilah kunci, seperti: kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan, dan kemuliaan, menggarisbawahi sifat unik dari surat ini.

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Korintus
Pendahuluan (2Korintus 1:1-11)
I. Pembelaan Paulus Demi Kepentingan Mayoritas Jemaat yang Setia (2Korintus 1:12-7:16)
A. Penyangkalan atas Tuduhan Bahwa Ia Plinplan (Berpendirian Tidak Tetap) (2Korintus 1:12-22)
B. Penjelasan Mengenai Perubahan Rencana Perjalanannya (2Korintus 1:23-2:17)
C. Penjelasan Mengenai Sifat Pelayanannya (2Korintus 3:1-6:10)
1. Pelayanan Terhadap Suatu Perjanjian Baru (2Korintus 3:1-18)
2. Pelayanan yang Terbuka dan Dalam Kebenaran (2Korintus 4:1-6)
3. Pelayanan Dalam Penderitaan Pribadi (2Korintus 4:7-5:10)
4. Pelayanan Dalam Penyerahan yang Penuh Belas Kasihan (2Korintus 5:11-6:10)
D. Permintaan Pribadi dan Rasa Hormat yang Penuh Kasih Sayang bagi Orang Korintus (2Korintus 6:11-7:16)
II. Pengumpulan Uang bagi Orang Kristen di Yerusalem yang Membutuhkan Bantuan (2Korintus 8:1-9:15)
A. Sifat Kemurahan Hati Kristen (2Korintus 8:1-15)
B. Titus Mengepalai Urusan Pengumpulan Uang Itu (2Korintus 8:16-24)
C. Imbauan untuk Tanggapan yang Segera (2Korintus 9:1-5)
D. Imbauan untuk Tanggapan yang Berkemurahan Hati (2Korintus 9:6-15)
III.Jawaban Paulus kepada Minoritas Jemaat yang Melawan (2Korintus 10:1-13:10)
A. Jawaban Terhadap Tuntutan Sifat Pengecut dan Kelemahan (2Korintus 10:1-18)
B. Keengganan Paulus untuk Membela Kerasulannya (2Korintus 11:1-12:18)
1. Minta Maaf Terhadap Nada Menyombongkan Diri (2Korintus 11:1-15)
2. Menegaskan bahwa Ia Tidak Lebih Rendah daripada Para Penganut Yudaisme (2Korintus 11:16-12:10)
3. Menuntut Pengakuan yang Sah atas Kerasulannya (2Korintus 12:11-18)
C. Kunjungan Ketiga yang Mendatang Disebut Sebagai Suatu Peringatan (2Korintus 12:19-13:10)
1. Kekuatiran Terhadap Jemaat Korintus (2Korintus 12:19-21)
2. Ketetapan Hati untuk Bersikap Teguh (2Korintus 13:1-10)
Penutup (2Korintus 13:11-14)

D. Surat Galatia
Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan : Sekitar 49 TM

1. Latar Belakang Penulisan Surat Galatia
Paulus menulis surat ini (Galatia 1:1; 5:2; 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia" (Galatia 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulai gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kisah Para Rasul 13:1-14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:1-41). Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kisah Para Rasul 15:1-41). Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:
1.1 Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat?
1.2 Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?
Figur – 5








Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.

2. Tujuan Penulisan Surat Galatia
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini
2.1 untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan
2.2 menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.




3. Survai Penulisan Surat Galatia
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa
3.1 Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (bd. Galatia 1:1,7,12; 2:8-9);
3.2 berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem (bd. Galatia 1:9; 2:2-10); dan
3.3 beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum (bd. Galatia 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.
3.1 Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes (Galatia 1:1-2:21).
3.2 Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus (Galatia 3:1-4:31).
3.3 Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (Galatia 5:1-6:18).
Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:1-2,5), dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik (Galatia 1:7), penghalang (Gaatia 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Galatia 6:12). Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia (Galatia 1:10), saudara-saudara palsu (Galatia 2:4),
4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Galatia
Empat ciri unik menandai surat ini:
4.1 Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Galatia 1:8-9; 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Galatia 1:6; 3:1; 4:19-20).
4.2 Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus.
4.3 Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada beberapa jemaat (akan tetapi
4.4 Surat ini berisi daftar buah Roh (Galatia 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Galatia 5:19-21).

5. Garis Besar Penulisan Surat Galatia
Pendahuluan (Galatia 1:1-10)
A. Salam (Galatia 1:1-5)
B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia (Galatia 1:6-10)
I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi) (Galatia 1:11-2:21)
A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus (Galatia 1:11-24)
B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes (Galatia 2:1-10)
C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus (Galatia 2:11-21)
II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran) (Galatia 3:1-4:31)
A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik (Galatia 3:1-14)
B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat (Galatia 3:15-24)
C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba (Galatia 3:25-4:7)
D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka (Galatia 4:8-20)
E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak (Galatia 4:21-31)
III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis) (Galatia 5:1-6:10)
A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih Karunia (Galatia 5:1-12)
1. Memelihara Kebebasan Kristen (Galatia 5:1)
2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat (Galatia 5:2-12)
B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk Memperturutkan Tabiat Berdosa (Galatia 5:13-26)
1. Perintah Kasih (Galatia 5:13-15)
2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa (Galatia 5:16-26)
C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus (Galatia 6:1-10)
1. Saling Menanggung Beban (Galatia 6:1-5)
2. Menolong Pelayan Firman Allah (Galatia 6:6) (Galatia 6:7-10)
Penutup (Galatia 6:11-18)

E. Surat Efesus
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan : Sekitar 62 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat Efesus
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Efesus 3:1; Efesus 4:1; 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Efesus 6:21; bd. Kolose 4:7). Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Efesus 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kolose 4:16.

2. Tujuan Penulisan Surat Efesus
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Efesus 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis.Efesus 4:1-3; 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus" (Efesus 1:3-14; 3:10-12) untuk gereja (Efesus 1:22-23; 2:11-22; 3:21; 4:11-16; 5:25-27) dan untuk setiap orang (Efesus 1:15-21; 2:1-10; 3:16-20; 4:1-3,17-32; 5:1-6:20).

3. Survai Penulisan Surat Efesus
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
3.1 bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
3.2 bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Efesus 1:1-3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Efesus 4:1-6:24) difokuskan pada yang kedua.
3.1 Pasal 1-3 (Efesus 1:1-3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Efesus 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Efesus 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-Nya (Efesus 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Efesus 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Efesus 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Efesus 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Efesus 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Efesus 1:10).
3.2 Pasal 4-6 (Efesus 4:1-6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
3.1 Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk
"kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Efesus 1:4),
"menjadi bait Allah yang kudus" (Efesus 2:21),
"hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Efesus 4:1),
"mencapai ... kedewasaan penuh" (Efesus 4:13),
hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Efesus 4:24),
"hiduplah di dalam kasih" (Efesus 5:2; bd. Ef esus3:17-19),
dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Efesus 5:26)
agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ...kudus dan tidak bercela" (Efesus 5:27).
3.2 Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Efesus 5:22-6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
3.3 Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Efesus 6:10-20).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Efesus
Lima ciri utama menandai surat ini.
4.1 Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Efesus 1:1-3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Efesus 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Efesus 3:14-21).
4.2 "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada"di dalam Kristus".
4.3 Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
4.4 Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Efesus 1:13-14,17; 2:18; 3:5,16,20; 4:3-4,30; 5:18; Ef esus 6:17-18).
4.5 Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).

5. Garis Besar Penulisan Surat Efesus
Salam Kristen (Efesus 1:1-2)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya (Efesus 1:3-3:21)
A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan (Efesus 1:3-14)
1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa (Efesus 1:3-6)
2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya (Efesus 1:7-12)
3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus (Efesus 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani (Efesus 1:15-23)
B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus (Efesus 2:1-3:21)
1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru di Dalam Kristus (Efesus 2:1-10)
2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan (Efesus 2:11-15)
3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga (Efesus 2:16-22)
4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja (Efesus 3:1-13)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani (Efesus 3:14-21)
II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya (Efesus 4:1-6:20)
A. Hidup Baru Orang Percaya (Efesus 4:1-5:21)
1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja (Efesus 4:1-16)
2. Hidup Baru yang Kudus (Efesus 4:17-5:7)
3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang (Efesus 5:8-14)
4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh (Efesus 5:15-21)
B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya (Efesus 5:22-6:9)
1. Suami dan Istri (Efesus 5:22-33)
2. Anak-Anak dan Orang-Tua (Efesus 6:1-4)
3. Hamba dan Tuan (Efesus 6:5-9)
C. Peperangan Rohani Orang Percaya (Efesus 6:10-20)
1. Sekutu Kita -- Allah (Efesus 6:10-11a)
2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya (Efesus 6:11-12)
3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah (Efesus 6:13-20)
Penutup (Efesus 6:21-24)

F. Surat Filipi
Penulis : Paulus
Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan : Sekitar 62/63 TM

1. Latar Belakang Penulisan Surat Filipi
Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang terkenal. Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah berikan di Troas (Kisah Para Rasul 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2Korintus 11:9; Filipi 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Korintus 8:1-9:15). Agaknya dua kali Paulus mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kisah Para Rasul 20:1,3,6).

2. Tujuan Penulisan Surat Filipi
Dari penjara (Filipi 1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma (Kisah Para Rasul 28:16-31), Paulus menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Epafroditus (Filipi 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Filipi 1:12-30), menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Filipi 2:25-30), dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera.

3. Survai Penulisan Surat Filipi
Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama surat ini ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu. Dari salamnya (Filipi 1:1) sampai ke doa berkat (Filipi 4:23), surat ini memusatkan perhatian pada Kristus Yesus sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang percaya akan hidup kekal.
Dalam surat ini, Paulus memang berbicara mengenai tiga masalah kecil di Filipi:
3.1 Keputusasaan mereka karena masa hukumannya yang begitu lama (Filipi 1:12-26);
3.2 benih-benih ”perpecahan” di antara dua orang wanita di dalam gereja (Filipi 4:2; bd. Fili 2:2-4); dan
3.3 ancaman ”ketidaksetiaan” yang selalu ada dalam gereja oleh karena para penganut agama Yahudi dan orang-orang yang berpikiran duniawi (Filipi 3:1-16).
Karena ketiga masalah yang potensial ini, kita mempunyai ajaran Paulus yang paling kaya mengenai
3.1 sukacita di tengah-tengah segala keadaan hidup (Filipi 1:4,12; 2:17-18; 4:4,11-13),
3.2 kerendahan hati dan pelayanan Kristen (Filipi 2:1-18), dan
3.3 nilai pengenalan akan Kristus yang melebihi segala sesuatu (Fili 3:1-16).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Filipi
Lima ciri utama menandai surat ini.
4.1 Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih sayang, serta mencerminkan hubungan akrab Paulus dan orang percaya di Filipi.
4.2 Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus, serta mencerminkan hubungan dekat Paulus dengan Kristus (mis. Filipi 1:21; 3:7-14).
4.3 Memberikan salah satu pernyataan yang paling mendalam mengenai Kristologi dalam Alkitab (Filipi 2:5-11).
4.4 Merupakan terutama suatu "surat sukacita" PB.
4.5 Menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk hidup dengan rendah hati dan sebagai seorang hamba (Filipi 2:1-8), berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan (Filipi 3:13-14), bersukacita selalu di dalam Tuhan (Filipi 4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan (Filipi 4:6), merasa senang dalam segala keadaan (Filipi 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih karunia Kristus yang memberi kekuatan (Filipi 4:13).

5. Garis Besar Penulisan Surat Filipi
Pendahuluan (Filipi 1:1-11)
A. Salam Kristen (Filipi 1:1-2)
B. Ucapan Syukur dan Doa untuk Jemaat Filipi (Filipi 1:3-11)
I. Keadaan Paulus Sekarang Ini (Filipi 1:12-26)
A. Injil Mengalami Kemajuan Karena Paulus Dipenjarakan (Filipi 1:12-14)
B. Dalam Segala Hal Kristus Diberitakan (Filipi 1:15-18)
C. Kerelaannya untuk Hidup atau Mati (Filipi 1:19-26)
II. Hal-Hal yang Penting bagi Gereja (Filipi 1:27-4:9)
A. Nasihat Paulus kepada Jemaat Filipi (Filipi 1:27-2:18)
1. Supaya Tetap Setia (Filipi 1:27-30)
2. Supaya Bersatu (Filipi 2:1-2)
3. Supaya Merendahkan Diri dan Menjadi Hamba Tuhan (Filipi 2:3-11)
4. Supaya Taat dan Berperilaku Tidak Bercela (Filipi 2:12-18)
B. Utusan-Utusan Paulus kepada Gereja (Filipi 2:19-30)
1. Timotius (Filipi 2:19-24)
2. Epafroditus (Filipi 2:25-30)
C. Peringatan Paulus Mengenai Ajaran Palsu (Filipi 3:1-21)
1. Sunat Palsu Lawan Sunat Benar (Filipi 3:1-16)
2. Berpikiran Duniawi Lawan yang Rohani (Filipi 3:17-21)
D. Nasihat Akhir Paulus (Filipi 4:1-9)
1. Kemantapan dan Kerukunan (Filipi 4:1-3)
2. Sukacita dan Kelemahlembutan (Filipi 4:4-5)
3. Kebebasan dari Kekhawatiran (Filipi 4:6-7)
4. Pengendalian Pikiran dan Kehendak (Filipi 4:8-9)
Penutup (Filipi 4:10-23)
A. Pernyataan Terima Kasih Atas Pemberian yang Diterima (Filipi 4:10-20)
B. Salam Akhir dan Doa Berkat (Filipi 4:21-23)

G. Surat Kolose
Penulis : Paulus
Tema : Keunggulan Kristus
Tanggal Penulisan : Sekitar 62 TM

1. Latar Belakang Penulisan Surat Kolose
Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kolose 4:16) di bagian barat daya Asia Kecil, kira-kira 160 kilometer tepat di sebelah timur kota Efesus. Agaknya jemaat Kolose telah didirikan sebagai akibat tiga tahun pelayanan yang luar biasa dari Paulus di Efesus (Kisah Para Rasul 20:31). Pengaruh pelayanannya begitu luar biasa dan luas jangkauannya sehingga "semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani" (Kisah Para Rasul 19:10). Walaupun Paulus sendiri mungkin tidak pernah mengunjungi Kolose (Kolose 2:1), ia telah memelihara hubungannya dengan gereja itu melalui Epafras, seorang yang bertobat di bawah pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kolose 1:7; 4:12). Alasan untuk menulis surat ini adalah munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose (Kolose 2:8). Ketika Epafras, seorang pemimpin dalam gereja Kolose dan boleh jadi pendirinya, mengadakan perjalanan untuk mengunjungi Paulus dan memberitahukan tentang situasi di Kolose (Kolose 1:8; 4:12aulus menanggapinya dengan menulis surat ini. Pada waktu itu ia berada dalam tahanan (Kolose 4:3,10,18), mungkin sekali di Roma (Kisah Para Rasul 28:16-31) sambil menantikan naik bandingnya kepada Kaisar (Kisah Para Rasul 25:11-12). Rekan Paulus, Tikhikus sendiri membawa surat ini ke Kolose atas nama Paulus (Kolose 4:7).
Sifat yang tepat dari ajaran palsu yang terdapat di Kolose ini tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, karena para pembaca yang mula- mula sudah memahaminya dengan baik. Akan tetapi dari berbagai pernyataan Paulus yang menentang ajaran palsu itu, nyatalah bahwa bidat yang hendak meruntuhkan dan menggantikan Yesus Kristus sebagai inti kepercayaan Kristen adalah suatu campuran yang aneh yang terdiri atas ajaran Kristen, tradisi-tradisi Yahudi tertentu di luar Alkitab dan filsafat kafir (serupa dengan campuran kultus-kultus dewasa ini).

2. Tujuan Penulisan Surat Kolose
Paulus menulis
2.1 untuk memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang menggantikan keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan, penyataan, penebusan, dan gereja; dan
2.2 untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan tuntutannya pada orang percaya.

3. Survai Penulisan Surat Kolose
Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur karena iman, kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus maju sebagai orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok persoalan yang penting: ajaran yang betul (Kolose 1:13-2:23) dan nasihat-nasihat praktis (Kolose 3:1-4:6). Dari segi teologi, Paulus menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kolose 1:15), kepenuhan ke-Allahan dalam bentuk jasmaniah (Kolose 2:9), Pencipta segala sesuatu (Kolose 1:16-17), kepala gereja (Kolose 1:18) dan sumber yang serba cukup dari keselamatan kita (Kolose 1:14,20-22). Kristus benar-benar memadai, sedangkan bidat di Kolose itu sama sekali tidak memadai -- hampa, palsu, dan bersifat kemanusiaan (Kolose 2:8); dangkal secara rohani dan angkuh (Kolose 2:18); serta tanpa kuasa terhadap keinginan-keinginan berdosa dari tubuh (Kolose 2:23). Dalam nasihat-nasihat praktisnya, Paulus mengimbau agar hidup ini didasarkan pada kecukupan dari Kristus sebagai satu-satunya cara untuk maju dalam kehidupan Kristen. Realitas Kristus yang hidup di dalam kita (Kolose 1:27) harus tampak dalam perilaku Kristen (Kolose 3:1-17), hubungan rumah tangga (Kolose 3:18-4:1) dan disiplin rohani (Kolose 4:2-6).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Kolose
Tiga ciri utama menandai surat ini.
4.1. Kolose memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari keutamaan Kristus an kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih dari kitab-kitab lain dalam PB.
4.2 Kitab ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan Kristus (Kolose 2:9) dan berisi salah satu bagian yang paling agung di PB mengenai kemuliaan-Nya (Kolose 1:15-23).
4.3 Kitab ini sering dianggap sebagai "surat kembar" bersama kitab Efesus, karena keduanya mempunyai beberapa persamaan dalam hal isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar dari kedua kitab ini).

5. Garis Besar Penulisan Surat Kolose
Pendahuluan (Kolose 1:1-12)
A. Salam Kristen (Kolose 1:1-2)
B. Ucapan Syukur Karena Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka (Kolose 1:3-8)
C. Doa untuk Kemajuan Rohani Mereka (Kolose 1:9-12)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya (Kolose1:13-2:23)
A. Keutamaan Kristus yang Mutlak (Kolose 1:13-23)
1. Sebagai Penebus Demi Orang Lain (Kolose 1:13-14; bd. Kolose 1:20,22).
2. Sebagai Tuhan atas Ciptaan (Kolose 1:15-17)
3. Sebagai Kepala Gereja (Kolose 1:18)
4. Sebagai Pendamai Segala Sesuatu (Kolose 1:19-20)
5. Sebagai Pendamai Jemaat Kolose dengan Allah (Kolose 1:21-23)
B. Pelayanan Paulus Dalam Rahasia Allah di dalam Kristus (Kolose 1:24-2:7)
1. Menggenapkan Penderitaan Kristus (Kolose 1:24-25)
2. Menyempurnakan Orang Percaya di dalam Kristus (Kolose 1:26-2:7)
C. Berbagai Peringatan Terhadap Ajaran Sesat (Kolose 2:8-23)
1. Persoalan: Ajaran yang Tidak Menurut Kristus (Kolose 2:8)
Pemecahan: Disempurnakan di dalam Kristus (Kolose 2:9-15)
2. Persoalan: Berbagai Perbuatan Ibadah yang Tidak Menurut Kristus (Kolose 2:16-23)
Pemecahan: Disalibkan Bersama Kristus (Kolose 2:20)
II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya (Kolose 3:1-4:6)
A. Perilaku Pribadi Orang Percaya (Kolose 3:1-17)
1. Bila Kristus Adalah Hidup Kita (Kolose 3:1-4)
2. Mengesampingkan Hidup Lama yang Berdosa (Kolose 3:5-9)
3. Mengenakan Manusia Baru di dalam Kristus (Kolose 3:10-17)
B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya (Kolose 3:18-4:1)
1. Suami dan Istri (Kolose 3:18-19)
2. Anak dan Orang-Tua (Kolose 3:20-21)
3. Hamba dan Tuan (Kolose 3:22-4:1)
C. Pengaruh Rohani Orang Percaya (Kolose 4:2-6)
1. Kehidupan yang Diabdikan kepada Doa (Kolose 4:2-4)
2. Perilaku Bijaksana Terhadap Orang Luar (Kolose 4:5)
3. Perkataan yang Dibumbui Kasih Karunia (Kolose 4:6)
Penutup (Kolose 4:7-18)


H. Surat 1 Tesalonika
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan : Sekitar 51 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Tesalonika
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kisah Para Rasul 17:1-9). Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kisah Para Rasul 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kisah Para Rasul 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tesalonika 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kisah Para Rasul 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tesalonika 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Tesalonika
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
2.1 untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,
2.2 untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
2.3 untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.

3. Survai Penulisan Surat 1 Tesalonika
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tesalonika 1:1), Paulus dengan sukacita memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala penderitaan (1Tesalonika 1:2-10; 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tesalonika 2:1-6), kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tesalonika 2:7-8,17-20; 3:1-10), serta kelakuannya yang jujur di tengah mereka (1Tesalonika 2:9-12). Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tesalonika 3:13; 4:1-8; 1Tesalonika 5:23-24), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tesalonika 1:5). Paulus mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat (1Tealonika 5:19-20). Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas muka bumi ini (1Tesalonika 1:10; 4:13-18; 5:1-11). Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tesalonika 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tesalonika 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka (1Tesalonika 5:23-24).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Tesalonika
Empat ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
4.2 Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tesalonika 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tesalonika 5:1-11).
4.3 Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang percaya (1Tesalonika 1:10; 2:19; 3:13; 4:13-18; 5:1-11,23).
4.4 Surat ini memberikan wawasan yang unik
(1) mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh semangat dan
(2) mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.

5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Tesalonika
Salam Kristen (1Tesalonika 1:1)
I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika (1Tesalonika 1:2-3:13)
A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus (1Tesalonika 1:2-10)
1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka (1Tesalonika 1:2-3)
2. Pertobatan Mereka yang Sejati (1Tesalonika 1:4-6)
3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain (1Tesalonika 1:7-10)
B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka (1Tesalonika 2:1-3:8)
1. Meninjau Kembali Pelayanannya (1Tesalonika 2:1-12)
2. Mengingat Tanggapan Mereka (1Tesalonika 2:13-16)
3. Memelihara Perhatiannya (1Tesalonika 2:17-3:8)
C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani dan Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan (1Tesalonika 3:9-13)
II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika (1Tesalonika 4:1-5:22)
A. Mengenai Kekudusan Seksual (1Tesalonika 4:1-8)
B. Mengenai Kasih Persaudaraan (1Tesalonika 4:9-10)
C. Mengenai Kerja yang Jujur (1Tesalonika 4:11-12)
D. Mengenai Kedatangan Kristus (1Tesalonika 4:13-5:11)
1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus (1Tesalonika 4:13-18)
2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus (1Tesalonika 5:1-11)
E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani (1Tesalonika 5:12-13)
F. Mengenai Kehidupan Kristen (1Tesalonika 5:14-18)
G. Mengenai Pengenalan Rohani (1Tesalonika 5:19-22)
Penutup (1Tesalonika 5:23-28)
A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka (1Tesalonika 5:23-24)
B. Permohonan Terakhir dan Berkat (1Tesalonika 5:25-28)

I. Surat 2 Tesalonika
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan : Sekitar 51 atau 52 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Tesalonika
Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan ketika ia menulis surat yang pertama. Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa bulan saja setelah surat pertama ketika Paulus masih bekerja di Korintus bersama Silas dan Timotius (2Tesalonika 1:1; bd. Kisah Para Rasul 18:5). Rupanya ketika diberi tahu mengenai penerimaan surat pertama dan beberapa perkembangan baru di tempat itu, Paulus tergerak untuk menulis surat kedua ini.

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Tesalonika
Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:
2.1 menghibur orang percaya baru yang dianiaya;
2.2 menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja untuk mencari nafkah; dan
2.3 memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan "Hari Tuhan" (2Tesalonika 2:2).

3. Survai Penulisan Surat 2 Tesalonika
Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama bernada seorang perawat lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tesalonika 2:7), dalam surat ini nadanya lebih seperti bapa yang mendisiplin anak-anak yang kurang tertib dan memperbaiki jalannya (2Tesalonika 3:7-12; bd. 1Tesalonika 2:11). Namun demikian Paulus memuji mereka karena iman yang teguh dan mendorong mereka lagi untuk tetap setia dalam penganiayaan yang mereka hadapi (2Tesalonika 1:3-7). Bagian utama surat ini membahas hari Tuhan pada akhir zaman (2Tesalonika 2:1-12; bd. 2Tesalonika 1:6-10). Dari 2Tesalonika 2:2 tampaknya bahwa beberapa orang dalam jemaat menyatakan, entah melalui "nubuat" (suatu penyataan), "laporan" (berita lisan) atau "surat" (katanya dari Paulus) bahwa masa kesengsaraan besar dan hari Tuhan sudah mulai. Paulus memperbaiki salah paham ini dengan mengatakan bahwa tiga peristiwa penting akan menandai tibanya hari Tuhan (2Tesalonika 2:2);
3.1 akan terjadi kemurtadan dan pemberontakan besar (2Tesalonika 2:3);
3.2 Penahanan yang ditentukan Allah terhadap kejahatan akan diangkat (2Tesalonika 2:6-7) dan
3.3 "manusia durhaka" akan dinyatakan (2Tesalonika 2:3-4,8-12). Paulus menegur mereka di dalam gereja yang mempergunakan penantian akan kedatangan Kristus ini sebagai alasan untuk tidak bekerja. Ia mendorong semua orang percaya untuk hidup dengan rajin dan disiplin (2Tesalonika 3:6-12).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Tesalonika
Tiga ciri utama menandai surat ini,
4.1 Surat ini berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai pelanggaran hukum yang tanpa kendali dan penipuan pada akhir sejarah (2Tesalonika 2:3-12).
4.2 Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan kedua Kristus digambarkan dengan istilah apokaliptis, mirip dengan kitab Wahyu (2Tesalonika 1:6-10; 2:8).
4.3 Kitab ini memakai istilah-istilah eskatologi untuk Antikristus yang tidak digunakan di bagian Alkitab yang lain (2Tesalonika 2:3,8).

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Tesalonika
Salam Kristen (2Tesalonika 1:1-2)
I. Paulus Menghibur Jemaat Tesalonika yang Dianiaya (2Tesalonika 1:3-12)
A. Rasa Syukur Karena Pertumbuhan Rohani (2Tesalonika 1:3)
B. Pujian Atas Ketabahan Gereja Lainnya (2Tesalonika 1:4)
C. Keyakinan Mengenai Hasil Akhir (2Tesalonika 1:5-10)
D. Doa Paulus bagi Mereka (2Tesalonika 1:11-12)
II. Paulus Memperbaiki Pengakuan Kepercayaan Jemaat Tesalonika (2Tesalonika 2:1-17)
A. Hari Tuhan Belum Tiba (2Tesalonika 2:1-2)
B. Manusia Durhaka Akan Dinyatakan Dahulu (2Tesalonika 2:3-12)
C. Berdiri Teguh di Dalam Kepastian Kebenaran dan Kasih Karunia (2Tesalonika 2:13-17)
III.Paulus Menasihati Jemaat Tesalonika Tentang Hal-Hal Praktis (2Tesalonika 3:1-15)
A. Mendoakan Dirinya (2Tesalonika 3:1-2)
B. Tetap Setia Bertahan di Dalam Tuhan (2Tesalonika 3:3-5)
C. Menjauhi Orang yang Tidak Mau Patuh dan Hidup Berdisiplin (2Tesalonika 3:6-15
Salam Penutup dan Berkat (2Tesalonika 3:16-18)



BAB III
PAULUS & SURAT PASTORAL SERTA SURAT PRIBADI

Setelah mempelajari bab dua perihal Paulus dan surat-suratnya kepada jemaat, maka pada bab tiga ini mempelajari perihal Paulus dan surat pastoral serta surat pribadi yang mencakup: Surat 1 & 2 Timotius dan surat Titus serta surat Filemon yan diuraikan berurutan di bawah ini.

A. Surat 1 Timotius
Penulis : Paulus
Tema : Doktrin yang Benar dan Kesalehan
Tanggal Penulisan : Sekitar tahun 65 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Timotius
Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat Pastoral atau Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Timotius 1:1; 2Timotius 1:1; Titus 1:1) kepada Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai pelayanan pastoral di gereja. Beberapa pengeritik telah mempersoalkan kepenulisan Paulus atas surat ini, namun gereja mula-mula dengan tegas menempatkannya sebagai surat-surat Paulus yang asli. Walaupun ada perbedaan gaya penulisan dan kosakata dalam Surat-Surat Penggembalaan dibanding dengan surat kiriman lain dari Paulus, usia lanjut dan perhatian pribadi Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat menerangkan perbedaan ini dengan cukup menyakinkan. Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam pasal terakhir Kisah Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali dialami Paulus di Roma (Kisah Para Rasul 28:1-30) rupanya berakhir dengan kebebasan (2Timotius 4:16-17). Setelah itu, menurut keterangan Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan Kanon Muratoria (sekitar tahun 170 M), Paulus meninggalkan Roma menuju ke arah barat ke Spanyol dan di sana melaksanakan pelayanan yang sudah lama dicita-citakannya (bd. Roma 15:23-24,28). Berdasarkan data dalam Surat-Surat Penggembalaan ini, Paulus kemudian kembali ke daerah Laut Aegea (khususnya Kreta, Makedonia, dan Yunani) untuk pelayanan selanjutnya. Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-65 M), Paulus menugaskan Timotius sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus di Kreta. Dari Makedonia, Paulus menulis surat yang pertama kepada Timotius, dan beberapa waktu kemudian dia menulis kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di Roma, ketika dia menulis surat yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum dia mati syahid pada tahun 67/68 M (lihat 2Tim 4:6-8)

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Timotius
Paulus mempunyai tiga maksud ketika menulis surat ini:
2.1 menasihati Timotius sendiri mengenai kehidupan pribadi dan pelayanannya;
2.2 mendorong Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dan standarnya yang kudus dari pencemaran oleh guru palsu; dan
2.3 memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai berbagai urusan dan persoalan gereja di Efesus.

3. Survai Penulisan Surat 1 Timotius
Salah satu hal utama yang disampaikan Paulus kepada pembantu mudanya ialah supaya Timotius tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati dan membuktikan kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa Injil yang menyelamatkan (1Timotius 1:3-7; 4:1-8; 6:3-5,20-21). Paulus juga menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat kerohanian dan sifat bagi para pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun dari macam orang yang diizinkan menjadi pemimpin rohani gereja (lih. daftar syarat terperinci di garis besar). Antara lain, Paulus menasihatkan Timotius bagaimana bergaul dengan berbagai kelompok dalam jemaat, seperti perempuan (1Timotiu 2:9-15; 5:2), janda-janda (1Timotius 5:3-16), orang laki-laki tua dan muda (1Timotius 5:1), para penatua (1Timotius 5:17-25), budak (1Timotius 6:1-2), guru palsu (1Timotius 6:3-10) dan orang kaya (1Timotius 6:17-19). Paulus memberikan lima instruksi jelas kepada Timotius yang harus dilaksanakannya (1Timotius 1:18-20; 3:14-16; 4:11-16; 5:21-25; 6:20-21). Di dalam surat ini Paulus menyatakan kasih sayangnya kepada Timotius sebagai anak rohaninya dalam iman dan mengajukan suatu standar kesalehan yang tinggi untuk kehidupannya dan untuk gereja.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Timotius
Empat ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat ini yang dialamatkan langsung kepada Timotius sebagai wakil Paulus di jemaat Efesus, sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan perasaan yang mendalam.
4.2 Bersama dengan surat 2 Timotius, maka lebih dari surat PB lainnya surat ini menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara Injil agar tetap murni dan bebas dari ajaran palsu yang akan melemahkan kuasanya untuk menyelamatkan.
4.3 Surat ini menekankan nilai unggul dari Injil, pengaruh setan di belakang semua pencemaran, panggilan gereja yang kudus dan syarat tinggi yang ditetapkan Allah bagi para pemimpinnya.
4.4 Surat ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai bagaimana seorang gembala harus berhubungan secara patut dengan pria dan wanita serta dengan semua kelompok usia dan sosial dalam gereja.

5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Timotius
Pendahuluan (1Timotius 1:1-20)
I. Pengarahan Tentang Pelayanan Gereja (1Timotius 2:1-4:5)
A. Pentingnya Doa (1Timotius 2:1-8)
B. Perilaku Wanita yang Sopan (1Timotius 2:9-15)
C. Syarat-Syarat bagi Penilik Jemaat (1Timotius 3:1-7)
1. Pribadi
1.1 Tak Bercacat 1Timotius 3:2)
1.2 Dapat Menahan Diri (1Timotius 3:2)
1.3 Bijaksana (1Timotius 3:2)
1.4 Sopan (1Timotius 3:2)
1.5 Suka Memberi Tumpangan (1Timotius 3:2)
1.6 Cakap Mengajar (1Timotius 3:2)
1.7 Bukan Peminum (1Timotius 3:3)
1.8 Bukan Pemarah (1Timotius 3:3)
1.9 Peramah (1Timotius 3:3)
1.10 Pendamai (1Timotius 3:3)
1.11 Bukan Hamba Uang (1Timotius 3:3)
1.12 Mempunyai Nama Baik (1Timotius 3:7)
1.13 Jangan Orang Baru Bertobat (1Timotius 3:6)
2. Keluarga
2.1 Suami dari Satu Istri (1Timotius 3:2)
2.2 Kepala Keluarga yang Baik (1Timotius 3:4-5)
2.3 Disegani dan Dihormati oleh Anak-Anaknya (1Timotius 3:4)
D. Syarat-syarat bagi Diaken (1Timotius 3:8-12)
1. Pribadi
1.1 Orang Terhormat (1Timotius 3:8)
1.2 Jangan Bercabang Lidah (1Timotius 3:8)
1.3 Jangan Penggemar Anggur (1Timotius 3:8)
1.4 Jangan Serakah (1Timotius 3:8)
1.5 Orang yang Memelihara Rahasia Iman Dalam Hati Nurani yang Suci (1Timotius 3:9)
1.8 Diuji dan Tak Bercacat (1Timotius 3:10)
2. Keluarga
2.1 Suami dari Satu Istri (1Timotius 3:12)
2.2 Istri Adalah Orang Terhormat (1Timotus 3:11)
2.3 Mengurus Anak-Anak dan Keluarga dengan Baik (1Timotius 3:12)
E. Alasan Gereja Memerlukan Syarat Tinggi bagi Pemimpin (1Timotius 3:13-4:5)
II. Pengarahan Tentang Pelayanan Timotius (1Timotius 4:6-6:19)
A. Kehidupan Pribadinya (1Timotius 4:6-16)
B. Hubungan dengan Orang Dalam Gereja (1Timotius 5:1-6:19)
1. Orang yang Tua dan Orang Muda (1Timotius 5:1)
2. Perempuan Tua dan Perempuan Muda (1Timotius 5:2)
3. Janda-Janda (1Timotius 5:3-16)
4. Penatua dan Calon Penatua (1Timotius 5:17-25)
5. Budak-Budak (1Timotius 6:1-2)
6. Guru-Guru Palsu (1Timotius 6:3-10). Sisipan: Nasihat kepada Timotius Sendiri (1Timotius 6:11-16)
7. Orang-Orang Kaya (1Timotius 6:17-19)
Penutup (1Timotius 6:20-21)



B. Surat 2 Timotius
Penulis : Paulus
Tema : Bertekun dengan Ketabahan
Tanggal Penulisan : Sekitar tahun 67

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Timotius
Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero sedang berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi menjadi tahanan negara di Roma (2Timotius 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai seorang penjahat biasa (2Timotius 2:9), ditinggalkan oleh kebanyakan sahabatnya (2Timotius 1:15), dan sadar bahwa pelayanannya sudah berakhir dan kematiannya sudah dekat (2Tiotius 4:6-8,18; untuk pembahasan yang lebih lanjut mengenai latar belakang dan kepenulisan). Paulus menulis kepada Timotius sebagai "anakku yang kekasih" (2Timotius 1:2) dan teman sekerja yang setia (bd. Roma 16:21). Hubungan yang erat serta kepercayaannya terhadap Timotius dilihat dalam halnya Paulus menyebutkan Timotius ikut terlibat dalam mengirimkan enam buah surat, kehadiran Timotius dengan Paulus dalam tahanan yang pertama (Filipi 1:1; Kolose 1:1; Filemon 1:1) dan kedua surat pribadi kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi kemungkinan dihukum mati adalah dekat, dua kali ia minta Timotius menemaninya di Roma (2Timotius 4:9,21). Ketika Paulus mengirim surat kedua ini, Timotius masih berada di Efesus (2Timotius 1:18; 4:19).

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Timotius
Karena mengetahui bahwa Timotius pemalu serta menghadapi kesukaran, dan karena menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan adanya guru-guru palsu di dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius agar dia memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-tugasnya.

3. Survai Penulisan Surat 2 Timotius
Dalam pasal 1; (2Timotius 1:1-18\) Paulus meyakinkan Timotius tentang kasih dan doanya yang tetap sambil mendorong dia untuk tetap setia tanpa berkompromi tehadap Injil, memelihara kebenaran dengan tekun dan mengikuti teladannya. Dalam pasal 2; (2Timotius 2:1-26) Paulus menugaskan anak rohaninya untuk tetap memelihara iman dengan mempercayakan kebenarannya kepada orang lain yang dapat dipercayai untuk mengajarkannya kepada orang lain (2Timotius 2:2). Paulus menasihati gembala yang muda ini untuk menanggung kesukaran seperti prajurit yang baik (2Timotius 2:3), melayani Allah dengan rajin dan memberitakan firman kebenaran dengan tepat (2Timotius 2:15), memisahkan diri dari mereka yang meninggalkan kebenaran rasuli (2Timotius 2:18-21), memelihara kemurniannya (2Timotius 2:22) dan bekerja dengan tekun sebagai guru (2Timotius 2:23-26). Dalam pasal berikutnya Paulus mengingatkan Timotius bahwa kejahatan dan kemurtadan akan meningkat (2Tiotius 3:1-9), tetapi Timotius harus tetap setia kepada iman yang diwarisinya dan kepada Alkitab (2Timotius 3:10-17). Dalam pasal terakhir Paulus menugaskan Timotius untuk memberitakan Firman serta melaksanakan semua tugas pelayanannya (2Timotius 4:1-5). Paulus menutup surat ini dengan memberitahukan Timotius tentang keadaan dirinya pada saat dia menghadapi kematian, sambil memohon Timotius datang dengan cepat (2Timotius 4:6-22).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Timotius
Lima ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat ini berisi perkataan terakhir Paulus yang ditulis sebelum pelaksanaan hukum mati oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun setelah pertobatannya kepada Kristus di jalan ke Damsyik.
4.2 Surat ini berisi pernyataan yang paling terang dalam Alkitab mengenai pengilhaman dan tujuan ilahi Alkitab (2Timotius 3:16-17): Paulus menekankan bahwa Alkitab harus ditafsirkan dengan cermat oleh pelayan-pelayan Firman (2Timotius 2:15) dan mendorong penyerahan Firman Allah kepada orang yang dapat dipercayai yang kemudian dapat mengajar orang lain (2Timotius 2:2).
4.3 Sepanjang surat ini muncul nasihat-nasihat pendek tetapi tepat misalnya, "mengobarkan karunia Allah" (2Timotius 1:6), "janganlah malu" (2Timotius 1:8), "menderita bagi Injil-Nya" (2Timotius 1:8), "Peganglah ... ajaran yang sehat" (2Timotius 1:13), "peliharalah harta yang indah" (2Timotius 1:14), "jadilah kuat oleh kasih karunia" (2Timotius 2:1), "ikutlah menderita" (2Timotius 2:3), "memberitakan perkataan kebenaran" (2Timotius 2:15), "hindarilah" (2Timotius 2:16), "jauhilah ... kejarlah" (2Timotius 2:22), berhati-hatilah terhadap kemurtadan yang mendekat (2Timotius 3:1-9), "tetap berpegang kepada kebenaran" (2Timotius 3:14), "beritakanlah Firman" (2Timotius 4:2), "lakukanlah pekerjaan pemberita Injil" (2Timotius 4:5), "tunaikanlah tugas pelayananmu" (2Timotius 4:5).
4.4 Tema yang berulang-ulang dari banyak nasihatnya adalah untuk berpegang pada iman (Yesus Kristus dan Injil asli dari rasul-rasul), jagalah iman itu dari pemutarbalikan dan kerusakan, menentang guru palsu, dan beritakan Injil yang benar dengan ketekunan yang teguh.
4.5 Kesaksian terakhir Paulus adalah suatu contoh yang mengharukan dari keberanian dan harapan ketika menghadapi mati syahid yang sudah pasti (2Timotius 4:6-8).

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Timotius
Pendahuluan (2Timotius 1:1-4)
I. Pesan Paulus kepada Timotius (2Timotius 1:5-18)
A. Mengobarkan Karunia Allah (2Timotius 1:5-7)
B. Bersedia Menderita untuk Injil (2Timotius 1:8-10)
C. Teladan Paulus (2Timotius 1:11-12)
D. Peganglah dan Pelihara Kebenaran (2Timotius 1:13-14)
E. Sahabat-sahabat Paulus di Roma yang Setia dan Tidak Setia (2Timotius 1:15-18)
II. Tuntutan-Tuntutan Terhadap Hamba Tuhan yang Setia (2Timotius 2:1-26)
A. Jadilah Kuat oleh Kasih Karunia (2Timotius 2:1)
B. Percayakan Berita kepada Orang yang Dapat Dipercayai (2Tiotius 2:2)
C. Bertahan Dalam Kesukaran (2Timotius 2:3-7)
1. Sebagai Prajurit yang Baik (2Timotius 2:3-4)
2. Sebagai Olahragawan yang Berdisiplin (2Tiotius 2:5)
3. Sebagai Petani yang Bekerja Keras (2Timotius 2:6-7)
D. Mati dan Menderita dengan Yesus Kristus (2Timotius 2:8-13)
E. Hindarilah Soal-soal yang Bodoh dan Mempertahankan Injil Dalam Cara yang Tidak Tercela (2Timotius 2:14-26)
III.Peningkatan Kejahatan Terakhir yang Mendekat (2Timotius 3:1-9)
IV. Ketekunan Dalam Kebenaran (2Timotius 3:10-17)
A. Yang Dipelajari dari Paulus (2Timotius 3:10-14)
B. Yang Dipelajari dari Alkitab (2Timotius 3:15-17)
V. Beritakanlah Firman Allah (2Timotius 4:1-5)
VI. Kesaksian dan Pengarahan Paulus (2Timotius 4:6-18)
A. Kesaksian Perpisahan Paulus (2Timotius 4:6-8)
B. Pengarahan Pribadi untuk Timotius (2Timotius 4:9-13)
C. Sebuah Kata Peringatan (2Timotius 4:14-15)
D. Keyakinan tentang Kesetiaan Allah (2Timotius 4:16-18)
Penutup (2Timotius 4:19-22)

C. Surat Titus
Penulis : Paulus
Tema : Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan : Sekitar 65-66 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat Titus
Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada salah seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat Penggembalaan" karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanannya. Titus, seorang bertobat bukan Yahudi (Galatia 2:3), menjadi pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul (mungkin karena ia saudara Lukas) hubungan erat dengan Paulus ditunjukkan dengan
1.1 disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus,
1.2 dia adalah orang yang bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Titus 1:4) dan seperti Timotius menjadi teman sekerja Paulus yang terpercaya dalam pelayanan (2Korintus 8:23),
1.3 dijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke Korintus selama perjalanan misi ketiga Paulus (2Korintus 2:12-13; 7:6-15;2Korintus 8:6,16-24), dan
1.4 pelayanannya sebagai teman sekerja Paulus di Kreta (Titus 1:5).
Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya Asia Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan yang kedua. Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang Kreta (Titus 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia (bd. 1Timotius 1:3). Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada Titus, menginstruksikan dia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka awali bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada Zenas dan Apolos yang akan melewati Kreta (Titus 3:13). Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim Artemas atau Tikhikus dengan segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu Titus harus ikut serta dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat yang direncanakan menjadi tempat tinggal Paulus selama musim dingin (Titus 3:12). Kita mengetahui bahwa rencana ini terlaksana (bd. 2Timotius 4:10*) karena Paulus kemudian menugaskan Titus di Dalmatia (Yugoslavia sebelum pecah).

2. Tujuan Penulisan Surat Titus
Paulus menulis surat ini kepada Titus terutama untuk menugaskan Titus
2.1 menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua (Titus 1:5);
2.2 membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan (Titus 1:1);
2.3 membungkam guru-guru palsu (Titus 1:11); dan
3.4 datang kepada Paulus setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Titus 3:12).

3. Survai Penulisan Surat Titus
Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini.
3.1 Dia menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan syarat rohani yang diperlukan mereka yang akan dipilih menjadi penatua (penilik jemaat) di dalam gereja. Penatua haruslah orang saleh yang sifatnya terbukti, berhasil menuntun keluarganya sendiri (Titus 1:5-9).
3.2 Paulus menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang benar serta membungkam dan menegur para guru palsu (Titus 1:10-2:1). Di dalam surat ini Paulus memberikan dua rangkuman tentang ajaran yang sehat (Titus 2:11-14; 3:4-7).
3.3 Paulus menggambarkan untuk Titus (bd. 1Timotius 5:1-6:2) peranan yang patut untuk laki-laki yang sudah lanjut usia (Titus 2:1-2), wanita yang sudah tua (Titus 2:3-4), wanita yang masih muda (Titus 2:4-5), para pemuda (Titus 2:6-8), dan para budak (Titus 2:9-10).
3.4 Akhirnya, Paulus menekankan bahwa kebajikan dan kehidupan yang benar adalah buah yang perlu dari iman yang sejati (Titus 1:16; 2:7,14; Titus 3:1,8,14; bd. Yakobus 2:14-26).


4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Titus
Tiga ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya dari keselamatan dalam Kristus Yesus (Titus 2:11-14; 3:4-7).
4.2 Surat ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di atas landasan rohani, teologis dan etis yang sangat kuat.
4.3 Surat ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan syarat yang harus dipenuhi pemimpin dalam pelayanan gerejani (Titus 1:5-9; bd. 1Timotius 3:1-13).

5. Garis Besar Penulisan Surat Titus
Pendahuluan (Titus 1:1-4)
I. Pengarahan Mengenai Penugasan Penatua (Titus 1:5-9)
A. Tetapkan Penatua di Tiap Kota (Titus 1:5)
B. Berbagai Syarat bagi Penatua (Titus 1:6-9)
1. Pribadi
1.1 Tak Bercacat (Titus 1:6)
1.2 Pelayan yang Dapat Dipercayai (Titus 1:7)
1.3 Tidak Angkuh (Titus 1:7)
1.4 Bukan Pemberang (Titsu 1:7)
1.5 Bukan Peminum (Titus 1:7)
1.6 Bukan Pemarah (Titus 1:7)
1.7 Tidak Serakah (Titus 1:7)
1.8 Suka Memberi Tumpangan (Titus 1:8)
1.9 Suka Akan yang Baik (Titus 1:8)
1.10 Bijaksana (Titus 1:8)
1.11 Adil (Titus 1:8)
1.12 Saleh (Titus 1:8)
1.13 Berpegang Kepada Perkataan yang Benar (Titus 1:9)
1.14 Sanggup Menasihati berdasarkan Ajaran (Titus 1:9)
1.15 Sanggup Meyakinkan Para Penentang (Titus 1:9)
2. Keluarga
2.1 Mempunyai Hanya Satu Istri (Titus 1:6)
2.2 Anak-Anaknya Hidup Beriman (Titus 1:6)
2.3 Anak-Anaknya Hidup Senonoh dan Tertib (Titus 1:6)
II. Pengarahan Mengenai Guru Palsu (Titus 1:10-16)
A. Tabiat Mereka (Titus 1:10)
B. Kelakuan Mereka (Titus 1:11-12)
C. Penegoran Mereka (Titus 1:13-16)
III.Pengarahan Mengenai Aneka Kelompok Dalam Gereja (Titus 2:1-15)
A. Lingkup Pengarahan (Titus 2:1-10)
B. Dasar Pengarahan (Titus 2:11-14)
C. Tanggung Jawab Titus (Titus 2:15)
IV. Nasihat Tentang Kebajikan (Tius 3:1-11)
A. Kelakuan Terhadap Sesama (Titus 3:1-2)
B. Kemurahan Allah Kepada Kita (Titus 3:3-7)
C. Membedakan yang Berguna dan Mana yang Tidak(Titus 3:8-11)
Penutup (Titus 3:12-15)

D. Surat Filemon
Penulis : Paulus
Tema : Perdamaian
Tanggal Penulisan : Sekitar 62 M
1. Latar Belakang Penulisan Surat Filemon
Paulus menulis "surat penjara" ini (Filemon 1:1,9) sebagai surat pribadi kepada seorang bernama Filemon, kemungkinan besar sementara masa penahanan yang pertama di Roma (Kisah Para Rasul 28:16-31). Nama-nama sama yang disebut dalam Filemon (Filemon 1:1-2,10,23-24) dan Kolose (Kolose 4:9-10,12,14,17) menunjukkan bahwa Filemon tinggal di Kolose, dan kedua surat ini ditulis dan diantarkan pada waktu yang sama. Filemon menjadi pemilik hamba (Filemon 1:16) dan anggota gereja di Kolose (bd. Filemon 1:1-2 dengan Kolose 4:17), mungkin ia bertobat dibawah pelayanan Paulus (Filemon 1:19). Onesimus menjadi hamba Filemon yang telah lari ke Roma; di situ dia kenal Paulus, yang membawa dia kepada Kristus. Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara mereka (Filemon 1:9-13). Sekarang dengan segan Paulus mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, ditemani oleh Tikhikus, teman sekerja Paulus, bersama dengan surat ini (Kolose 4:7-9).
2. Tujuan Penulisan Surat Filemon
Paulus menyurati Filemon untuk mengurus persoalan khusus tentang hambanya Onesimus yang telah melarikan diri. Menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan diri dapat dihukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon dan memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang percaya dan sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan menerima Paulus sendiri.

3. Survai Penulisan Surat Filemon
Permohonan Paulus adalah sebagai berikut:
3.1 Dia memohon dengan sangat supaya Filemon, sebagai saudara dalam Kristus (Filemon 1:8-9,20-21) menerima Onesimus kembali, bukan sebagai hamba tetapi sebagai saudara dalam Kristus (Filemon 1:15-16).
3.2 Paulus menyatakan bahwa Onesimus (yang artinya "berguna") yang dahulu "tidak berguna", tetapi sekarang "berguna" bagi Paulus dan Filemon (Filemon 1:10-12).
3.3 Paulus ingin Onesimus dapat tinggal di Roma, tetapi sebaliknya mengirimnya kembali kepada tuan yang memilikinya (Filemon 1:13-14).
3.4 Paulus menawarkan diri sebagai pengganti untuk hutang Onesimus dan mengingatkan Filemon tentang hutang budinya kepada Paulus (Filemon 1:17-19). Surat ditutup dengan salam dari beberapa teman sekerja di Roma (Filemon 1:23-24) dan pengucapan syukur (Filemon 1:25).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Filemon
Tiga ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat ini adalah yang terpendek di antara surat-surat Paulus.
4.2 Lebih dari lain bagian PB, surat ini menjelaskan bagaimana Paulus dan gereja mula-mula menghadapi persoalan perbudakan Roma. Daripada menyerang langsung atau menimbulkan pemberontakan bersenjata, Paulus mengemukakan prinsip Kristen yang menyingkirkan kekerasan dari perbudakan Roma dan akhirnya menghapuskannya sama sekali antara orang Kristen.
4.3 Surat ini memberikan pengertian unik ke dalam kehidupan Paulus, karena dia begitu erat manunggal dengan seorang hamba sehingga Onesimus disebut "buah hatiku" (Filemon 1:12).

5. Garis Besar Penulisan Surat Filemon
Salam Kristen (Filemon 1:1-3)
I. Penghargaan Terhadap Filemon (Filemon 1:4-7)
A. Pokok Doa Syukur (Filemon 1:4-6)
B. Saat Kegembiraan Besar (Filemon 1:7)
II. Permohonan untuk Onesimus (Filemon 1:8-21)
A. Permohonan Bukan Perintah (Filemon 1:8-11)
B. Alasan Mengirim Onesimus Kembali (Filemon 1:12-16)
C. Permohonan Bersifat Penggantian (Filemon 1:17-19)
D. Tanggapan Positif Diharapkan dari Filemon (Filemon 1:20-21)
Hal-hal Terakhir (Filemon 1:22-25)
A. Harapan untuk Segera Mengunjungi (Filemon 1:22)
B. Salam dari Sahabat Paulus (Filemon 1:23-24)
C. Pengucapan Berkat (Filemon 1:25)













BAB IV
SURAT IBRANI

Setelah pada bab tiga mempelajari perihal Paulus dan surat pastoral serta surat pribadi maka pada bab empat ini mempelajari surat Ibrani.

Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan : 67-69 M (tidak dapat dipastikan)

1. Latar Belakang Penulisan Surat Ibrani
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibrani 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa. Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibrani 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5. Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Galatia 1:11-12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibrani 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kisah Para Rasul 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini. Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.

2. Tujuan Penulisan Surat Ibrani
Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para pembacanya
2.1 untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya,
2.2 untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
2.3 untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.

3. Survai Penulisan Surat Ibrani
3.1 Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibrani 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.
3.2 Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibrani 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia-- lebih tinggi daripada para nabi (Ibrani 1:1-3), malaikat (Ibrani 1:4-2:18), Musa (Ibrani 3:1-6) dan Yosua (Ibrani 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibrani 2:1-3; 3:7-4:2).
3.3 Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibrani 4:14-5:10; 6:19-7:25), watak (Ibrani 7:26-28), dan pelayanan (Ibrani 8:1-10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibrani 5:11-6:12).
3.4 Bagian yang terakhir (Ibrani 10:19-13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Ibrani
Delapan ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
4.2 Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Lukas 1:1-4).
4.3 Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
4.4 Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk Kristus.
4.5 Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
4.6 Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibrani 11:1-40).
4.7 Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
4.8 Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.

5. Garis Besar Penulisan Surat Ibrani
I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul daripada Agama Orang Yahudi (Ibrani 1:1-10:18)
A. Dalam Penyataan (Ibrani 1:1-4:13) Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah kepada Manusia
1. Lebih Unggul dari Para Nabi (Ibrani 1:1-3)
2. Lebih Unggul dari Para Malaikat (Ibrani 1:4-2:18)
Peringatan: Bahaya Pengabaian (Ibrani 2:1-4)
3. Lebih Unggul dari Musa (Ibrani 3:1-6)
Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan (Ibrani 3:7-19)
4. Lebih Unggul dari Yosua (Ibrani 4:1-13)
B. Dalam Renungan (Ibrani 4:14-10:18)
Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi
1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya (Ibrani 4:14-7:25)
Peringatan: Bahaya Ketidakdewasaan Rohani (Ibrani 5:11-6:3)
Peringatan: Bahaya Kemurtadan (Ibrani 6:4-20)
2. Lebih Unggul Watak-Nya (Ibrani 7:26-28)
3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya (Ibrani 8:1-10:18)
3.1 Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik (Ibrani 8:1-5)
3.2 Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik (Ibrani 8:6-13)
3.3 Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik (Ibrani 9:1-22)
3.4 Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna (Ibrani 9:23-10:18)
II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun (Ibrani 10:19-13:17)
A. Dalam Bidang Keselamatan (Ibrani 10:19-38)
B. Dalam Bidang Iman (Ibrani 10:39-11:40)
1. Sifat-Sifat Iman (Ibrani 10:39-11:3)
2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama (Ibrani 11:4-38)
3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus (Ibani 11:39-40)
C. Dalam Bidang Ketabahan (Ibrani 12:1-13)
D. Dalam Bidang Kekudusan (Ibrani 12:14-13:17)
1. Pengutamaan Kekudusan (Ibrani 12:14-29)
2. Pelaksanaan Kekudusan (Ibrani 13:1-17)
Penutup (Ibrani 13:18-25)


























BAB V
SURAT-SURAT UMUM

Setelah pada bab empat mempelajari surat Ibrani, maka pada bab lima ini mempelajari surat-surat umum, yang mencakup: Surat Yakobus, surat 1 & 2 Petrus, surat 1,2,3 Yohanes, dan surat Yudas yang diuraikan berurutan di bawah ini.

A. Surat Yakobus
Penulis : Yakobus
Tema : Iman yang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan : Tahun 45-49 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat Yakobus
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas suku di perantauan" (Yakobus 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yakobus 2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kisah Para Rasul 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kisah Para Rasul 11:19). Hal ini menerangkan
1.1 mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yakobus 1:2-12),
1.2 pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan
1.3 nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem, Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.
Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya "Yakobus" (Yakobus 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain dalam PB (mis. Kisah Para Rasul 12:17; 21:18; Galatia 1:19; 2:9,12; 1Korintus 15:7) sangat cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat in ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yakobus 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.

2. Tujuan Penulisan Surat Yakobus
Yakobus menulis
2.1 untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,
2.2 untuk memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan, dan
2.3 untuk menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.

3. Survai Penulisan Surat Yakobus
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yakobus 1:2-11); melawan godaan (Yakobus 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar (Yakobus 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan pengakuan yang kosong (Yakobus 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yakobus 3:1-12; 4:11-12), hikmat duniawi (Yakobus 3:13-16), kelakuan berdosa (Yakobus 4:1-10), kehidupan yang congkak (Yakobus 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan diri sendiri (Yakobus 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yakobus 5:7-20). Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dankehidupan yang saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah:
- iman yang teruji (Yakobus 1:2-16),
- aktif (Yakobus 1:19-27),
- mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yakobus 2:1-13),
- menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yakobus 2:14-26),
- menguasai lidah dengan benar (Yakobus 3:1-12),
- mencari hikmat Allah (Yakobus 3:13-18),
- tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yakobus 4:1-12),
- mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yakobus 4:13-17),
- tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yakobus 5:1-6),
- sabar dalam penderitaan (Yakobus 5:7-12), dan
- tekun dalam doa (Yakobus 5:13-20).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Yakobus
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
3.1 Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.
3.2 Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.
3.3 Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.
3.4 Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena
(1) penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan Kristen yang sejati dan
(2) ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat dan analogi yang hidup.
3.5 Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat manusia berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan tabiat manusia berdosa (mis. Yakobus 3:1-12).
3.6 Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada kitab PB lainnya (khususnya: Yakobus 2:14-16).
3.7 Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.

5. Garis Besar Penulisan Surat Yakobus
Salam Kristen (Yakobus 1:1)
I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya (Yakobus 1:2-18)
A. Menerimanya Sebagai Sarana Pertumbuhan (Yakobus 1:2-4)
B. Memohon Hikmat untuk Mengatasinya (Yakobus 1:5-8)
C. Bersukacita Dalam Tindakan Penyamarataannya (Yakobus 1:9-12)
D. Mengetahui Bedanya Pengujian dan Pencobaan (Yakobus 1:13-18)
II. Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya (Yakobus 1:19-27)
III.Tidak Pilih Kasih dan Menunjukkannya (Yakobus 2:1-13)
IV. Mengaku Beriman dan Membuktikannya (Yakobus 2:14-26)
V. Menyadari Jebakan-Jebakan dan Mengelakkannya (Yakobus 3:1-5:6)
A. Lidah yang Sukar Dikendalikan (Yakobus 3:1-12)
B. Hikmat yang Tidak Rohani (Yakobus 3:13-18)
C. Kelakuan Berdosa (Yakobus 4:1-10)
D. Memfitnah Saudara Seiman (Yakobus 4:11-12)
E. Hidup dengan Congkak (Yakobus 4:13-17)
F. Kekayaan yang Mementingkan Diri Sendiri (Yakobus 5:1-6)
VI. Kebajikan dan Kehidupan Kristen (Yakobus 5:7-20)
A. Kesabaran dan Ketekunan (Yakobus 5:7-11)
B. Kejujuran yang Polos (Yakobus 5:12)
C. Doa Tak Berkeputusan untuk Orang Sakit (Yakobus 5:13-18)
D. Memulihkan yang Terhilang (Yakobus 5:19-20)

B. Surat 1 Petrus
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan : 60-63 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Petrus
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Petrus 1:1; 2Petrus 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yunani Silvanus) sebagai juru tulisnya (1Petrus 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Petrus 1:11,19; 2:21-24; 3:18; 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Petrus 1:3,21; 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Petrus 2:25; 5:2a; bd. Yohanes 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul. Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Petrus 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kisah Para Rasul 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Petrus 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Petrus 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Petrus 2:12-17). Petrus menulis dari "Babilon" (1Petrus 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Petrus 5:12), dan Markus (1Petrus 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kolose 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Petrus
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.

3. Survai Penulisan Surat 1 Petrus
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
3.1 bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Petrus 1:2-5);
3.2 bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
3.3 bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Petrua 1:10-12); dan
3.4 bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Petrus 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Petrus 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Petrus 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Petrus 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Petrus 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Petrus 2:13-3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Petrus 2:18-24; 1Petrus 3:9-5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Petrus
Lima ciri utama menandai surat ini.
4.1 Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
4.2 Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Petrus 3:9-5:11).
4.3 Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Petrus 1:1; 2:11).
4.4 Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Petrus 2:5,9-10).
4.5 Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (Petrus 3:19-20).

5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Perus
Salam Kristen (1Petrus 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah (1Petrus 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh Iman (1Petrus 1:3-12)
B. Kekudusan Karena Ketaatan (1Petrus 1:13-2:10)
II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya (1Petrus 2:11-3:12)
A. Tanggung Jawab Umum (1Petrus 2:11-17)
B. Tanggung Jawab Rumah Tangga (1Petrus 2:18-3:7)
1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya (1Petrus 2:18-25)
2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya (1Petrus 3:1-)
3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya (1Petrus 3:7)
C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya (1Petrus 3:8-12)
III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan (1Petrus 3:13-5:11)
A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan (1Petrus 3:13-4:11)
1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil (1Petrus 3:13-17)
2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa (1Petrus 3:18-4:6)
3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman (1Petrus 4:7-11)
B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan (1Petrus 4:12-19)
1. Karena Menguji Realitas Iman Kita (1Petrus 4:12)
2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus (1Petrus 4:13,14-16)
3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya (1Petrus 4:13,17-19)
C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan (1Petrus 5:1-11)
1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba (1Petrus 5:1-4)
2. Kepada Orang yang Lebih Muda (1Petrus 5:5-11)
Penutup (1Petrus 5:12-14)

C. Surat 2 Petrus
Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan : 66-68 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Petrus
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis surat ini; kemudian (2Petrus 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis kepada orang percaya yang sama di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama (1Petrus 1:1). Karena Petrus, seperti halnya Paulus, dihukum mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang jahat (yang kemudian wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa Petrus menulis surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di Roma (2Petrus 1:13-15). Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata, penekanan, dan gaya penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika menerima kedua surat itu.
1.1 Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan serius yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan serius dari dalam oleh para guru palsu yang mengancam landasan kebenaran gereja.
1.2 Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya dia mempunyai seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis suratnya yang pertama (1Petrus 5:12), kelihatannya Silas tidak ada ketika Petrus menulis surat yang kedua itu. Petrus mungkin memakai bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis yang tidak sepandai Silas.

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Petrus
Petrus menulis surat ini
2.1 untuk menasihati orang percaya agar mereka dengan tekun mengejar kesalehan dan pengenalan yang benar akan Kristus, dan
2.2 untuk membeberkan dan menolak tindakan yang berakal busuk dari para nabi dan guru palsu di kalangan gereja di Asia Kecil yang sedang meruntuhkan kebenaran rasuli.
Petrus meringkaskan maksudnya dalam 2Pet 3:17-18 ketika dia menasihati orang percaya yang sejati
2.1 untuk waspada supaya mereka tidak "terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum" (2Petrus 3:17), dan
2.2 untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Petrus 3:18).

3. Survai Penulisan Surat 2 Petrus
Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah mulai dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan moral, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa dan pengenalan yang benar akan Tuhan Yesus (2Petrus 1:3-11). Pasal berikut dengan sungguh-sungguh mengingatkan mereka tentang para nabi dan guru palsu yang muncul di kalangan gereja. Petrus mengecam guru-guru palsu itu sebagai orang yang tidak mengenal hukum (2Petrus 2:1,3; 3:17) yang menuruti keinginan jahat dari hawa nafsu (2Petrus 2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Petrus 2:3,14-15), congkak (2Petrus 2:18) dan keras kepala (2Petrus 2:10), dan menghina pemerintahan Allah (2Petrus 2:10-12). Petrus berusaha untuk melindungi orang percaya sejati terhadap pengajaran sesat yang membinasakan itu (2Petrus 2:1) dengan menyingkapkan maksud dan kelakuan mereka yang jahat. Dalam pasal 3 (2Petrus 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya keragu-raguan guru-guru ini terhadap kedatangan Tuhan (2Petrus 3:3-4). Sebagaimana angkatan Nuh dengan keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir besar dari Allah, para pencemooh ini juga buta rohani tentang janji-janji kedatangan Kristus. Tetapi dengan tindakan menentukan yang sama dengan hukuman air bah tersebut (2Petrus 3:5-6), Kristus akan kembali dan menghanguskan bumi ini dengan api (2Petrus 3:7-12) lalu menciptakan tatanan baru yang benar (2Petrus 3:13). Mengingat semuanya ini, orang percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Petrus 3:11,14).


4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Petrus
Empat ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai pengilhaman, keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Petrus 1:19-21).
4.2 Pasal dua dan surat Yudas sangat mirip dalam pengecaman guru palsu. Mungkin Yudas, yang kemudian menghadapi persoalan yang sama dengan guru-guru palsu, menggunakan bagian-bagian dari ajaran Petrus yang diilhami untuk mengatakan hal yang sama.
4.3 Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan Kristus yang kedua.
4.4 Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus sebagai Firman Allah dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan "tulisan-tulisan yang lain" (2Petrus 3:15-16).

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Petrus
Salam Kristen (2Petrus 1:1-2)
I. Pujian Atas Pengenalan yang Benar (2Petrus 1:2-21)
A. Kuasa Pengenalan Akan Allah yang Mengubah Hidup (2Petrus 1:2-4)
B. Sifat Progresif Pertumbuhan Kristen (2Petrus 1:5-11)
C. Kesaksian Rasul Terhadap Firman Kebenaran (2Petrus 1:12-21)
1. Motivasinya (2Petrus 1:12-15)
2. Metodenya (2Petrus 1:16-21)
2.1 Saksi Mata dari Firman yang Dinubuatkan (2Petrus 1:16-19)
2.2 Pengilhaman Kitab Suci yang Dinubuatkan (2Petrus 1:20-21)
II. Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu (2Petrus 2:1-22)
A. Yang Dapat Diharapkan dari Guru Palsu (2Petrus 2:1-3)
B. Yang Dapat Mereka Harapkan dari Allah (2Petrus 2:4-10)
C. Beberapa Ciri Guru-Guru Palsu (2Petrus 2:10-19)
D. Bahaya-Bahaya Kemunduran dari Kebenaran (2Petrus 2:20-22)
III.Kepastian Kedatangan Tuhan (2Petrus 3:1-18)
A. Penyangkalan Kedatangan-Nya (2Petrus 3:1-7)
B. Kepastian Kedatangan-Nya (2Petrus 3:8-10)
C. Hidup Menantikan Kedatangan-Nya (2Petrus 3:11-18)
Ucapan Berkat (2Petrus 3:18)

D. Surat 1 Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Kebenaran
Tanggal Penulisan : 85-95 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Yohanes
Lima kitab dalam PB ditulis oleh Yohanes: sebuah Injil, tiga buah surat dan kitab Wahyu. Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut namanya di surat ini, saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias, Ireneus, Tertullianus, Klemens dari Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes, salah seorang dari dua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam gaya penulisan, kosakata, dan tema di antara surat ini dengan Injil Yohanes memperkuat kesaksian kekristenan mula-mula yang dapat diandalkan bahwa kedua kitab ini ditulis oleh rasul Yohanes. Penerima surat ini tidak disebutkan. Tidak ada salam atau nama orang, tempat, atau peristiwa di dalam surat ini. Penjelasan yang paling tepat untuk menerangkan kenyataan yang agak aneh ini ialah bahwa dari tempat tinggalnya di Efesus, Yohanes menulis surat yang sama kepada berbagai gereja di propinsi Asia yang berada di bawah tanggung jawab rasulinya (bd. Wahyu 1:11). Karena jemaat-jemaat itu mempunyai persoalan dan kebutuhan yang sama, Yohanes menulis surat ini sebagai sebuah surat edaran dan mengutus utusan pribadinya yang membawa salamnya secara lisan. Persoalan yang paling menonjol yang melatarbelakangi penulisan surat ini ialah ajaran palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri orang percaya. Beberapa orang, yang dahulu merupakan bagian dari sidang pembaca, kini sudah meninggalkan persekutuan jemaat (1Yohanes 2:19), tetapi hasil dari ajaran palsu mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana mereka bisa "mengetahui" bahwa mereka mempunyai hidup kekal. Dari segi doktrin, ajaran sesat mereka menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (1Yohanes 2:22; bd. 1Yoh 5:1) atau bahwa Kristus menjelma menjadi manusia (1Yohanes 4:2-3); dari segi etika, mereka mengajarkan bahwa menaati perintah Kristus (1Yohanes 2:3-4; 5:3) dan hidup kudus dan terpisah dari dosa (1Yohanes 3:7-12) dan dari dunia (1Yoanes 2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang menyelamatkan (bd. 1Yohanes 1:6; 5:4-5).

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Yohanes
Maksud Yohanes dalam menulis surat ini adalah dua:
2.1 untuk membeberkan dan menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru palsu, dan
2.2 untuk menasihati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan persekutuan yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh (1Yohanes 1:4) dan kepastian (1Yohanes 5:13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada Yesus sebagai Putra Allah (1Yohanes 4:15; 5:3-5,12), dan dengan kehadiran Roh Kudus (1Yohanes 2:20; 4:4,13). Beberapa orang percaya bahwa surat ini juga ditulis untuk menemani Injil Yohanes.

3. Survai Penulisan Surat 1 Yohanes
Kepercayaan dan kelakuan dijalin secara erat sekali dalam surat ini. Para guru palsu, yang oleh Yohanes dinamakan "antikristus" (1Yohanes 2:18-22) sedang meninggalkan ajaran rasuli mengenai Kristus dan kehidupan yang benar. Seperti surat 2 Petrus dan Yudas, surat ini dengan penuh semangat menolak dan menghukum guru palsu (mis. 1Yohanes 2:18-19,22-23,26; 4:1,3,5) dengan ajaran dan kelakuan mereka yang merusak. Dari segi yang positif, surat ini mengemukakan ciri-ciri persekutuan yang sejati dengan Allah (mis. (1Yohanes 1:3-2:2) dan menyatakan lima ujian khusus bagi orang percaya untuk mengetahui dengan yakin bahwa mereka mempunyai hidup yang kekal:
3.1 ujian kebenaran rasuli mengenai Kristus (1Yohanes 1:1-3; 2:21-23; 4:2-3,15; 5:1,5,10,20);
3.2 ujian iman yang taat kepada perintah Kristus (1Yohanes 2:3-11; 5:3-4);
3.3 ujian hidup yang kudus, yaitu berbalik dari dosa kepada persekutuan dengan Allah (1Yohanes 1:6-9; 2:3-6,15-17,29; 3:1-10; 5:2-3);
3.4 ujian kasih akan Allah dan sesama orang percaya (1Yohanes 2:9-11; 3:10-11,14,16-18; 4:7-12,18-21); dan
3.5 ujian kesaksian Roh (1Yohanes 2:20,27; 4:13; 5:7-12). Yohanes menyimpulkan bahwa orang dapat mengetahui dengan pasti bahwa mereka memiliki hidup kekal (1Yohanes 5:13) jikalau buah dari kelima bidang hidup ini nyata dalam hidup mereka.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Yohanes
Lima ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat ini mendefinisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang bertentangan dan dengan seakan-akan tidak memberikan peluang kompromi di antara terang dan gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih dan kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah dan anak-anak setan.
4.2 Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai Yesus sebagai pengantara (Yunani: parakletos) kita dengan Bapa pada saat kita sebagai orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yohanes 2:1-2; bd. Yohanes 14:16-17,26; 15:26; 16:7-8).
4.3 Berita yang disampaikan surat ini didasarkan hampir seluruhnya pada kesaksian rasuli dan bukan pada penyataan PL dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak ada.
4.4 Karena surat ini menyampaikan Kristologi berhubungan dengan penyangkalan suatu bentuk ajaran sesat tertentu, maka itu berfokus pada penjelamaan dan darah (yaitu, salib) Yesus tanpa menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus.
4.5 Gaya penulisannya sederhana dan berulang sewaktu Yohanes membahas berbagai istilah seperti "terang", "kebenaran", "percaya", "tetap tinggal", "mengenal", "mengasihi", "kebenaran", "kesaksian", "lahir dari Allah", dan "hidup kekal".

5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Yohanes
Pendahuluan (1Yohanes 1:1-4)
I. Persekutuan dengan Allah (1Yohanes 1:5-2:28)
A. Prinsip-Prinsip Persekutuan dengan Allah (1Yohanes 1:5-2:2)
1. "Tidak Ada Kegelapan" Dalam Allah (1Yohanes 1:5)
2. Tidak Ada Persekutuan Dalam Kegelapan (1Yohanes 1:6)
3. Persekutuan Dalam Terang (1Yohanes 1:7)
4. Persekutuan Dalam Penyucian dari Dosa (1Yohanes 1:8-2:2)
B. Manifestasi-Manifestasi Persekutuan dengan Allah (1Yohanes 2:3-28)
1. Ketaatan (1Yohanes 2:3-5)
2. Keserupaan dengan Kristus (1Yohanes 2:6)
3. Kasih (1Yohanes 2:7-11)
4. Pemisahan dari Dunia (1Yohanes 2:12-17)
5. Kesetiaan Kepada Kebenaran (1Yohanes 2:18-28)
II. Anak-Anak Allah (1Yohanes 2:29-3:24)
A. Ciri-Ciri Khas Anak-Anak Allah (1Yohanes 2:29-3:18)
B. Keyakinan Anak-Anak Allah (1Yohanes 3:19-24)
III.Roh Kebenaran (1Yohanes 4:1-6)
A. Mengenali Roh Kesesatan (1Yohanes 4:1,3,5)
B. Mengakui Roh Kebenaran (1Yohanes 4:2,4,6)
IV. Kasih Allah (1Yohanes 4:7-5:3)
A. Asal-Usul Ilahi dari Kasih (1Yohanes 4:7-10)
B. Tanggapan yang Layak Terhadap Kasih Allah (1Yohanes 4:11-13,19-21)
C. Tinggal Dalam Kasih Allah (1Yohanes 4:14-16)
D. Kesempurnaan Kasih (1Yohanes 4:17-18)
E. Ketaatan Kasih (1Yohanes 5:1-3)
V. Jaminan dari Allah (1Yohanes 5:4-20)
A. Mengenai Hal Mengalahkan Dunia (1Yohanes 5:4-5)
B. Mengenai Keterandalan Injil (1Yohanes 5:6-10)
C. Mengenai Hidup Kekal di Dalam Anak-Nya (1Yohanes 5:11-13)
D. Mengenai Jawaban-Jawaban untuk Doa (1Yohanes 5:14-17)
E. Mengenai Tiga Kepastian Besar (1Yohanes 5:18-20)
Penutup (1Yohanes 5:21)

E. Surat 2 Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Berjalan Dalam Kebenaran
Tanggal Penulisan : 85-95 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Yohanes
Penulis memperkenalkan dirinya sebagai "penatua" (2Yohanes 1:1). Barangkali ini adalah gelar terhormat yang diberikan kepada rasul Yohanes sepanjang dua dasawarsa terakhir abad pertama karena usianya yang sudah lanjut dan kedudukannya yang sangat terhormat selaku satu-satunya rasul yang masih hidup. Yohanes menulis surat ini kepada "Ibu yang terpilih dan anak-anaknya" (2Yohanes 1:1). Beberapa orang menafsirkan "Ibu yang terpilih" ini secara kiasan sebagai suatu gereja lokal, "anak-anaknya" sebagai anggota jemaat, dan "anak-anak saudaramu yang terpilih" (2Yohanes 1:13) sebagai jemaat tetangga. Orang lain lagi menafsirkan istilah ini secara harfiah sebagai seorang janda terhormat yang dikenal Yohanes dalam sebuah jemaat lokal di Asia Kecil yang di bawah pengawasan rohani Yohanes. Keluarganya (2Yohanes 1:1) dan keluarga saudaranya (2Yohanes 1:13) adalah orang terkenal dalam gereja-gereja di wilayah itu. Sebagaimana surat Yohanes lainnya, 2 Yohanes tampaknya ditulis dari Efesus pada akhir tahun 80-an atau awal 90-an.

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Yohanes
Yohanes menulis surat ini untuk mengingatkan "Ibu yang terpilih" itu tentang hal memberi tumpangan, salam atau sokongan kepada pekerja keliling (guru, penginjil, dan nabi) yang sudah menyimpang dari kebenaran rasuli dan menyebarkan ajaran palsu, agar dia tidak ikut berperan dalam menyebarkan ajaran yang salah sehingga ikut bersalah. Surat ini mengecam ajaran palsu yang sama dengan yang dikecam dalam surat 1 Yohanes.

3. Survai Penulisan Surat 2 Yohanes
Surat ini menggarisbawahi suatu peringatan yang juga terdapat dalam 1 Yohanes mengenai bahaya guru palsu yang menyangkal penjelmaan Yesus Kristus dan menyimpang dari berita rasuli (2Yohanes 1:7-8). Yohanes memuji "Ibu yang terpilih" dan anak-anaknya yang "hidup dalam kebenaran" (2Yohanes 1:4). Kasih yang sejati terwujud dalam menaati perintah Kristus dan mengasihi sesama (2Yohanes 1:6). Kasih Kristen harus membedakan di antara kebenaran dan kesalahan dan tidak membuka pintu bagi guru palsu (2Yohanes 1:7-9). Menerima guru palsu dengan ramah berarti berpartisipasi dalam kesalahan mereka (2Yohanes 1:10-11). Surat ini singkat karena Yohanes merencanakan untuk berkunjung kepada ibu ini untuk berbicara "berhadapan muka" (2Yohanes 1:12).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Yohanes
Tiga ciri utama menandai surat ini:
4.1 Surat ini merupakan kitab terpendek dalam PB.
4.2 Surat ini sangat mirip dengan 1 dan 3 Yohanes dalam berita, kosakata dan gaya penulisannya yang sederhana.
4.3 Surat ini memberikan keseimbangan yang penting bagi berita surat 3 Yohanes dengan memperingatkan terhadap dukungan yang sembarangan kepada pekerja yang bukan dari jemaat sendiri. Surat ini mendorong supaya memakai kebijaksanaan saksama dengan mengingat ajaran Kristus dan para rasul sebelum membantu pekerja tersebut.

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Yohanes
Salam Kristen (2Yohanes 1:1-3)
A. Kepada Ibu yang Terpilih dan Anak-Anaknya (2Yohanes 1:1)
B. Oleh Karena Kebenaran (2Yohanes 1:2-3)
I. Pujian dan Perintah (2Yohanes 1:4-6)
A. Kesetiaan yang Lampau kepada Kebenaran Dipuji (2Yohanes 1:4)
B. Kasih dan Ketaatan Diperintahkan (2Yohanes 1:5-6)
II. Nasihat dan Peringatan (2Yohanes 1:7-11)
A. Mengenali Guru-Guru Palsu (2Yohanes 1:7)
B. Waspada Agar Jangan Terpengaruh oleh Mereka (2Yohanes 1:8-9)
C. Jangan Membiarkan Mereka Memakai Rumahmu (2Yohanes 1:10-11)
Penutup (2Yohanes 1:12-13)

F. Surat 3 Yohanes
Penulis : Yohanes
Tema : Bertindak Dengan Setia
Tanggal Penulisan : 85-95 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 3 Yohanes
Yohanes, rasul yang dikasihi, sekali lagi menyebut dirinya "penatua" (3Yohanes 1:1). Surat pribadi ini dialamatkan kepada seorang percaya yang setia bernama Gayus (3Yohanes 1:1), barangkali anggota jemaat di salah satu gereja di daerah Asia Kecil. Seperti halnya surat Yohanes yang lain, surat ini kemungkinan besar ditulis dari Efesus pada bagian akhir tahun 80-an atau awal 90-an. Mendekati akhir abad pertama Masehi, para pekerja keliling dari kota ke kota pada umumnya memperoleh sokongan dari orang percaya setempat dengan ditampung dan kemudian dibekali untuk meneruskan perjalanan mereka (3Yohanes 1:5-8; bd. 2Yoanes 1:10). Gayus merupakan salah seorang Kristen setia yang dengan murah hati menyokong dan menampung para pekerja keliling ini (3Yohanes 1:1-8). Akan tetapi, ada seorang pemimpin bernama Diotrefes yang dengan sifat sombong menentang wibawa Yohanes dan menolak untuk menerima saudara-saudara seiman yang diutus Yohanes.

2. Tujuan Penulisan Surat 3 Yohanes
Yohanes menulis surat ini untuk memuji Gayus atas kesetiaannya menyediakan tumpangan dan bantuan bagi para pekerja keliling yang dapat diandalkan, serta mengingatkan si pemberontak Diotrefes secara tidak langsung dan mempersiapkan jalan untuk kunjungannya sendiri.

3. Survai Penulisan Surat 3 Yohanes
Ada tiga orang yang disebut namanya di dalam surat ini.
3.1 Gayus yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya yang saleh di dalam kebenaran (3Yohanes 1:3-4) serta teladannya menyediakan tumpangan bagi saudara seiman yang berkeliling (3Yohanes 1:5-8).
3.2 Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat diktator, dikecam karena kesombongannya ("ingin menjadi orang terkemuka", 3Yohanes 1:9) beserta manifestasinya: menolak surat Yohanes yang dikirim sebelumnya (3Yohanes 1:9), memfitnah Yohanes, menolak untuk menerima utusan-utusan Yohanes dan mengancam akan mengucilkan orang yang menerima mereka (3Yohanes 1:10).
3.3 Demetrius, yang mungkin pembawa surat ini atau seorang gembala sidang dalam suatu masyarakat sekitar situ, dipuji sebagai seorang yang mempunyai reputasi baik dan setia kepada kebenaran (3Yohanes 1:12).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 3 Yohanes
Dua ciri utama menandai surat ini.
4.1 Sekalipun singkat, surat ini memberikan pengertian mengenai beberapa segi sejarah gereja mula-mula menjelang akhir abad pertama.
4.2 Terdapat beberapa persamaan mencolok di antara 2 Yohanes dengan surat ini. Meskipun demikian, kedua surat tersebut berbeda dalam satu aspek penting: 3 Yohanes menganjurkan penyediaan tumpangan dan bantuan bagi pekerja keliling yang dapat dipercaya, sedangkan 2 Yohanes mendorong agar tumpangan dan dukungan tidak disediakan bagi pekerja yang tidak dapat dipercaya sehingga orang percaya tidak dituduh mendukung perbuatan jahat.

5. Garis Besar Penulisan Surat 3 Yohanes
Salam Kristen (3Yohanes 1:1)
I. Pujian bagi Gayus (3Yohanes 1:2-8)
A. Karena Kesehatan Rohaninya (3Yohanes 1:2)
B. Karena Hidup Dalam Kebenaran (3Yohanes 1:3-4)
C. Karena Kesediaan Menerima Saudara-Saudara yang Dalam Perjalanan (3Yohanes 1:5-8)
II. Nasihat untuk Gayus (3Yohanes 1:9-12)
A. Mengenai Contoh Jelek Diotrefes (3Yohanes 1:9-11)
B. Mengenai Teladan Baik Demetrius (3Yohanes 1:12)
Penutup (3Yohanes 1:13-14)

G. Surat Yudas
Penulis : Yudas
Tema : Berjuang untuk Mempertahankan Iman
Tanggal Penulisan : 70-80 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat Yudas
Yudas memperkenalkan dirinya sekadar sebagai "saudara Yakobus" (Yudas 1:1). Satu-satunya pasangan saudara dalam PB yang bernama Yudas dan Yakobus adalah saudara tiri Yesus (Matius 13:55; Markus 6:3). Mungkin Yudas menyebutkan nama Yakobus karena kedudukannya sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem akan membantu menjelaskan identitas dan kekuasaannya sendiri. Surat yang singkat namun tegas ini ditulis untuk menentang para guru palsu yang terang-terangan berhaluan antinomisme (yaitu mereka mengajarkan bahwa keselamatan melalui kasih karunia mengizinkan mereka untuk berdosa tanpa dijatuhi hukuman) dan yang menghina pernyataan rasuli tentang pribadi dan tabiat Yesus Kristus (Yudas 1:4). Dengan demikian mereka memecah-belah gereja mengenai apa yang harus dipercaya (Yudas 1:19,22) dan bagaimana harus berperilaku (ayat Yudas 1:4,8,16). Yudas melukiskan guru palsu yang tak berprinsip ini sebagai "orang-orang fasik" (Yudas 1:15) dan juga sebagai orang "tanpa Roh Kudus" (Yudas 1:19). Kemungkinan hubungan di antara Surat Yudas dengan 2Petrus 2:1-3:4 mempunyai sangkut-pautnya dengan saatnya surat ini ditulis. Sangat mungkin Yudas mengetahui tentang 2 Petrus (Yudas 1:17-18) dan oleh karena itu ia menulis setelah 2 Petrus ditulis, yaitu sekitar tahun 70-80 M. Penerima surat ini tidak disebutkan secara khusus, tetapi mungkin sama dengan penerima surat 2 Petrus.

2. Tujuan Penulisan Surat Yudas
Yudas menulis surat ini
2.1 untuk sangat mengingatkan orang percaya mengenai ancaman serius dari para guru palsu dan pengaruh mereka yang merusak di dalam gereja, dan
2.2 untuk menantang orang percaya yang sejati dengan keras supaya mereka bangkit dan "berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 1:3).

3. Survai Penulisan Surat Yudas
Setelah memberikan salam (Yudas 1:1-2), Yudas menyatakan bahwa tujuannya mula-mula ialah menulis tentang sifat keselamatan (Yudas 1:3a). Akan tetapi, sebaliknya dia terdorong untuk menulis surat ini karena guru-guru palsu yang memutarbalikkan kasih karunia Allah dan dengan demikian melemahkan kebenaran dalam gereja (Yudas 1:4). Yudas menuduh mereka sebagai tidak suci secara seksual (Yudas 1:4,8,16,18), berkompromi seperti Kain (Yudas 1:11), serakah seperti Bileam (Yudas 1:11), suka memberontak seperti Korah (Yudas 1:11), congkak (Yudas 1:8,16), penipu (Yudas 1:4,12), sensual (Yudas 1:19) dan memecah-belah (Yudas 1:19). Yudas menyatakan kepastian hukuman Allah atas semua orang yang berbuat dosa seperti itu dan menggambarkannya dengan enam contoh dari PL (Yudas 1:5-11). Gambaran dua belas ciri kehidupan mereka menunjukkan bahwa mereka siap untuk menerima murka Allah (Yudas 1:12-16). Orang percaya didorong untuk waspada dan untuk menaruh belas kasihan bercampur ketakutan bagi mereka yang goyah (Yudas 1:20-23). Yudas menutup suratnya dengan suatu peningkatan pengilhaman dalam ucapan berkatnya (Yudas 1:24-25).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Yudas
Empat ciri utama menandai surat ini.
4.1 Surat ini berisi celaan yang paling blak-blakan dan bersemangat dari PB terhadap para guru palsu. Itu menggarisbawahi betapa seriusnya ancaman ajaran palsu terhadap iman yang sejati dan hidup yang kudus bagi segala angkatan.
4.2 Surat ini menunjukkan kesenangan untuk memberikan ilustrasi dengan memakai rangkaian tiga -- misalnya: tiga contoh penghukuman dalam PL (Yudas 1:5-7), tiga ciri guru palsu (Yudas 1:8), dan tiga contoh orang tidak kudus dalam PL (Yudas 1:11).
4.3 Di bawah pengaruh penuh dari Roh Kudus, Yudas dengan leluasa menunjuk kepada sumber-sumber tertulis:
(1) Alkitab PL (Yuda 1:5-7,11),
(2) tradisi Yahudi (Yudas 1:9,14-15) dan
(3) 2 Petrus, serta mengutip langsung 2Petrus 3:3, yang diakuinya sebagai berasal dari rasul-rasul (Yudas 1:17-18).
4.4 Surat ini berisi ucapan berkat PB yang paling agung.

5. Garis Besar Penulisan Surat Yudas
Salam Kristen (Yudas 1:1-2)
I. Penjelasan Mengenai Penulisan Surat Ini (Yudas 1:3-4)
II. Menyingkapkan Guru-Guru Palsu (Yudas 1:5-16)
A. Ajal Mereka Digambarkan Dalam Masa Lampau (Yudas 1:5-7)
1. Pengalaman Israel (Yuda 1:5)
2. Pengalaman Malaikat-Malaikat Pemberontak (Yudas 1:6)
3. Pengalaman Sodom dan Gomora (Yudas 1:7)
B. Penggambaran Mereka Sekarang Ini (Yudas 1:8-16)
1. Bahasa yang Tidak Sopan (Yudas 1:8-10)
2. Sifat yang Tidak Kudus (Yudas 1:11)
3. Perilaku yang Salah (Yudas 1:12-16)
III.Nasihat bagi Orang-Orang Percaya Sejati (Yudas 1:17-23)
A. Ingat Nubuat Para Rasul (Yudas 1:17-19)
B. Peliharalah Dirimu di Dalam Kasih Allah (Yudas 1:20-21)
C. Tolonglah Orang Lain Dengan Kemurahan, Bercampur Dengan Takut(Yudas 1:22-23)
Lagu Pujian (Yudas 1:24-25)




























BAB VI
KITAB WAHYU

Setelah pada bab lima mempelajari surat-surat umum, maka pada bab enam ini mempelajari kitab Wahyu.

Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan : 90-96 M

1. Latar Belakang Penulisan Kitab Wahyu
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahyu 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahyu 1:3; 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahyu 1:4,11; 2:1-3:22). (Istilah "penyingkapan" (Inggris: apocalypse) berasal dari kata Yunani: apocalupsis, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahyu 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya. Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahyu 1:1-20).
1.1 "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahyu 1:1).
1.2 Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahyu 1:1,10-18).
1.3 Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahyu 1:1,4,9; 22:8).
1.4 Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahyu 1:9).
1.5 Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahyu 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M) Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahyu 1:19; 2:10,13; 6:9-11; 7:14-17; 11:7; 12:11,17; 17:6; Wahyu 18:24; 19:2; 20:4).

2. Tujuan Penulisan Kitab Wahyu
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
2.1 Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
2.2 Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
2.3 Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.

3. Survei Penulisan Kitab Wahyu
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (Wahyu 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (Wahyu 6:1-19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia). Setelah prolog (Wahyu 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahyu 1:9-3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahyu 1:11,19). Setiap surat (Wahyu 2:1-3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu. Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahyu 4:1-11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (Wahyu 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (Wahyu 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahyu 4:1-5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahyu 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahyu 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahyu 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahyu 8:1-9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahyu 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahyu 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahyu 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (Wahyu 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan pasal 12-22 (Wahyu 12:1-22:21). Bagian utama yang ketiga (Wahyu 12:1-22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahyu 12:1-13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas:
3.1 si naga besar (Wahyu 12:1-18),
3.2 binatang laut (Wahyu 13:1-10), dan
3.3 binatang bumi (Wahyu 13:11-18).
Pasal 14-15 (Wahyu 14:1-15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (Wahyu 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (Wahyu 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahyu 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Dombadengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahyu 19:1-10). Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahyu 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahyu 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahyu 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahyu 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahyu 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahyu 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahyu 20:14-15; 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahyu 21:1-22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahyu 22:6-21).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Kitab Wahyu
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
4.1 Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
4.2 Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
4.3 Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
4.4 Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
4.5 Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
4.6 Kitab ini bersifat polemik yang
(1) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
(2) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahyu 1:5; 19:16).
4.7 Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
4.8 Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran: Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
(1) Penafsiran preterist (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahyu 19:1-22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
(2) Penafsiran historicist (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
(3) Penafsiran idealist (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
(4) Penafsiran futurist (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahyu 4:1-22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.

5. Garis Besar Penulisan Kitab Wahyu
Prolog (Wahyu 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya (Wahyu 1:9-3:22)
A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian (Wahyu 1:9-20)
B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat (Wahyu 2:1-3:22)
II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah (Wahyu 4:1-11:19)
A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga (Wahyu 4:1-5:14)
1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona (Wahyu 4:1-11)
2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak (Wahyu 5:1-14)
B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai dan Tujuh Sangkakala (Wahyu 6:1-11:19)
1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama(Wahyu 6:1-17)
Selingan Pertama: Dua Kumpulan Orang Banyak (Wahyu 7:1-17)
2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh Sangkakala (Wahyu 8:1-6)
3. Enam Sangkakala yang Pertama (Wahyu 8:7-9:21)
Selingan Kedua: Gulungan Kitab Kecil (Wahyu 10:1-11), Dua Orang Saksi (Wahyu 11:1-14)
4. Sangkakala yang Ketujuh (Wahyu 11:15-19)
III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis (Wahyu 12:1-22:5)
A. Perspektif mengenai Konflik Itu (Wahyu 12:1-15:8)
1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi (Wahyu 12:1-13:18)
1.1 Naga Besar (Wahyu 12:1-17)
1.2 Binatang Laut (Wahyu 13:1-10)
1.3. Binatang Bumi (Wahyu 13:11-18)
2. Dari Pandangan Sorga (Wahyu 14:1-20)
Selingan Ketiga: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka (Wahyu 15:1-8)
B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu (Wahyu 16:1-19:10)
1. Tujuh Cawan Murka Allah (Wahyu 16:1-21)
2. Hukuman Atas Pelacur Besar (Wahyu 17:1-18)
3. Jatuhnya Babel yang Besar (Wahyu 18:1-24)
4. Sorak-Sorai di Sorga (Wahyu 19:1-10)
C. Puncak Konflik Itu (Wahyu 19:11-20:10)
1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus (Wahyu 19:11-18)
2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya (Wahyu 19:19-21)
3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan (Wahyu 20:1-10)
D. Sesudah Konflik (Wahyu 20:11-22:5)
1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar (Wahyu 20:11-15)
2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar (Wahyu 20:14-15; 21:8)
3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (Wahyu 21:1-22:5)
Epilog (Wahyu 22:6-21)














BAB VII
KESIMPULAN

Dalam mempelajari pengetahuan dan pembimbing atau pengantar Perjanjian Baru 2, mengajarkan kita agar dapat mengerti berita Perjanjian Baru dengan baik. Oleh karena, bila kita memahami sedikit mengenai Paulus dan kehidupannya, Pulus dan surat-suratnya kepada jemaat, Paulus dan surat pastoral serta surat pribadi, surat Ibrani, surat-surat umum dan kitab Wahyu, maka kita dapat memahami dan memberitakan secara tepat dan benar.
Oleh sebab itu saya yakin ketika Anda mempelajari mata kuliah ini akan memperoleh kemanfaatan seputar: Kehidupan rasul Paulus dan surat-surat kirimannya, serta surat Ibrani, Yakobus, Petrus, Yohanes dan kitab Wahyu secara komprehensif dan mendalam.




















TUGAS & PERTANYAAN - PERTANYAAN

Setiap mahasiswa-mahasiswi harus mengikuti petunjuk mengerjakan tugas.
1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran dengan teliti.
2. Bacalah Pertanyaan, lalu jawablah dengan jelas dan akurat.
3. Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Pembimbing di sekretariat Institut Teologi & Kepemimpinan Rahmat Emmanuel Program Ekstensi.
I. Tugas
Buatlah makalah / paper minimal sebanyak 10 halaman, kertas kuarto, 1,5 spasi dengan judul pilihan:
1. Pandangan saya terhadap Paulus & kehidupannya
2. Pandangan saya terhadap surat Ibrani
3. Pandangan saya terhadap kitab Wahyu
II. Pertanyaan - Pertanyaan
1. Jelaskanlah sejarah kehidupan Paulus.
2. Jelaskan teologi Paulus.
3. Jelaskan kapan dan latar belakang penulisan surat Roma?
4. Jelaskan siapa dan tujuan penulisan surat 1 Korintus?
5. Jelaskan ciri-ciri khas penulisan surat 2 Korintus.
6. Jelaskan survai penulisan surat Galatia.
7. Jelaskan siapa, kapan dan latar belakang penulisan surat Efesus?
8. Jelaskan tujuan penulisan surat Filipi.
9. Jelaskan survai penulisan surat Kolose.
10. Jelaskan ciri-ciri khas penulisan surat 1 Tesalonika.
11. Jelaskan tujuan penulisan surat 2 Tesalonika.
12. Jelaskan latar belakang penulisan surat 1 Timotius.
13. Jelaskan tujuan penulisan surat 2 Timotius.
14. Jelaskan ciri-ciri khas penulisan surat Filemon.
15. Jelaskan siapa yang menulis surat Ibrani?
16. Jelaskan latar belakang penulisan surat Yakobus.
17. Jelaskan latar belakang penulisan surat 1 Petrus.
18. Jelaskan tujuan penulisan surat 2 Petrus.
19. Jelaskan ciri-ciri khas penulisan surat 1 Yohanes.
20. Jelaskan kapan dan tujuan penulisan surat 2 Yohanes?
21. Jelaskan kapan dan latar belakang penulisan surat 3 Yohanes?
22. Jelaskan latar belakang penulisan surat Yudas.
23. Jelaskan kapan, latar belakang dan tujuan penulisan kitab Wahyu.

SELAMAT BEKERJA TUHAN YESUS MEMBERKATI
MENTOR : PDT. DR. JOHN VIRGIL MILLA, D.TH.





















[1]Edited by: Spiros Zodhiates, The Complete WordStudy New Testament , USA: AMG Publisher, 1992, pag. 881.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar